Modest Fashion di Eropa, Pertentangan Antara Dilarang hingga Dikreasikan Rumah Mode Mewah

Rumah Mode Mewah dan Modest Fashion

Gucci Nojum Collection/ Foto: gucci.com/Prod Antzoulis

Beauties, tidak ada salahnya ketika sebuah brand fashion berusaha membangun inklusivitas. Bahkan hal ini bisa dipandang positif karena pada satu sisi bisnis, mereka ingin menjangkau lebih banyak konsumen, dan di sisi lain, konsumen yang membutuhkannya bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan sejumlah opsi. Misalnya ketika rumah mode merilis koleksi spesial Chinese New Year.

Serupa dengan hal itu, ketika brand fashion mewah merilis koleksi khusus modest fashion, seperti menjelang Ramadan, langkah ini menjawab keinginan konsumen yang mencari produk mewah untuk Hari Raya. Popularitas modest fashion pun tak terbatas pada umat muslim saja, tapi golongan lainnya yang merasa nyaman mengenakan pakaian tertutup. Hal ini disampaikan Reina Lewis, seorang profesor di London College of Fashion, sebagaimana dikutip dari laman South China Morning Post.

“Mainstream fashion kini membicarakan modest fashion sebagai sebuah tren. Sepuluh tahun yang lalu, jika kamu adalah sebuah brand yang berlatar belakang agama dan mencoba menjualnya di sebuah department store, menyebutnya sebagai modest fashion atau brand muslim akan menjadi sebuah celaka,” ujarnya. “Istilah ‘modesty’ muncul di pasar niche sebagai istilah yang berguna karena tidak bergantung pada agama tertentu.”

Rumah mode mewah pun mengambil wilayah Timur Tengah sebagai inspirasinya. Dolce & Gabbana merilis koleksi modest yang menghadirkan abaya dan headscarves sejak tahun 2016. Bahkan pada tahun 2024, mereka mengadakan private show di Riyadh. Tahun 2022, Gucci merilis Nojum Collection yang bernuansa modest wear. Tak hanya dari koleksi itu sendiri, rumah mode juga menggandeng model berhijab untuk menampilkan busananya, seperti Halima Aden yang jadi salah satu sorotan ketika berjalan di runway Milan Fashion Week, peragaan busana Max Mara tahun 2017.

Pelarangan Pemakaian Abaya hingga Burka

Prancis melarang pemakaian burqa dan niqab di publik. / Foto: Pexels.com/Kuntal Biswas

Representasi modestwear dalam industri fashion mewah ini mungkin jadi sebuah progres awal dunia bisa menerima sepenuhnya gaya berbusana ini. Namun masih ada pihak yang menentang, seperti negara Prancis yang melarang penggunaan abaya di sekolah di tahun 2023 karena melanggar prinsip sekularisme di Prancis (laïcité), seperti yang dikutip dari BBC. Meski menuai banyak kritik, pengadilan administratif tertinggi Prancis, Dewan Negara, telah menolak permohonan pembatalan larangan, memutuskan bahwa larangan tersebut didasarkan pada hukum Prancis dan tidak menyebabkan "kerugian serius atau bahaya ilegal yang jelas".

Melansir dari The Guardian, pemerintah Prancis juga telah memberlakukan larangan pemakaian simbol-simbol keagamaan yang mencolok pada tahun 2004, ini termasuk jilbab, kippa Yahudi, turban Sikh, dan salib besar Kristen.

Contoh lain di Italia di mana RUU baru menargetkan larangan pemakaian burka dan niqab di tempat umum. Mengikuti Prancis yang telah melarang pemakaian pakaian ini di tempat umum di negaranya sejak 2011, RUU Italia tersebut ditujukan untuk memerangi "radikalisasi agama dan kebencian bermotif agama", kata teks pengantarnya, seperti yang dikutip dari Reuters.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!