4 Fakta Sains tentang Law of Attraction atau Kekuatan Pikiran Saat Membayangkan Sesuatu Hingga Benar Sampai Terwujud

Budi Rahmah Panjaitan | Beautynesia
Selasa, 17 Jan 2023 12:30 WIB
4 fakta sains tentang hukum ketertarikan atau law of attraction/ Foto: Freepik.com/wayhomestudio

Beauties, bagi kamu yang tertarik dengan topik-topik self development, istilah ‘Law of Attraction’ atau biasa disingkat ‘LOA’ mungkin sudah tidak asing lagi. Hukum ketertarikan sendiri sederhananya menjelaskan bahwa kekuatan pikiran benar-benar bisa memengaruhi. Mengingat bahwa pikiran adalah sesuatu yang abstrak dan tidak bisa terjamah, maka masih banyak yang meragukannya.

Tidak ada yang salah sebenarnya, baik itu percaya ataupun masih kurang percaya. Namun, tidak ada salahnya untuk menelisik beberapa fakta sains tentang hukum ketertarikan. Dikutip dari laman  The Law Of Attraction, berikut adalah beberapa fakta sains tentang hukum ketertarikan.

1. Mendapat Dukungan dari Jurnal Medis


Ilustrasi jurnal medis/ Foto: Freepik.com/racool_studio

Salah satu dukungan ilmiah untuk Law of Attraction (LOA) berasal dari jurnal medis Yonsei Medical Journal pada 2007. Peneliti Korea Ji Young dan rekannya menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara berpikir positif dengan kepuasan hidup secara keseluruhan.

Para penulis jurnal medis ini mengungkapkan bahwa temuan mereka menawarkan bahwa berpikir positif dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mengintervensi secara psikologis guna merasakan kepuasan dalam hidup.

2. Mendapat Dukungan dari Ahli Saraf


Ilustrasi ahli saraf/ Foto: Freepik.com/lifestylememory

Tahukah kamu Beauties bahwa para ilmuwan yang bekerja di Wellcome Trust Centre for Neuroimaging di Institute of Neurology London telah menemukan bahwa orang yang memvisualisasikan masa depan yang lebih baik lebih mungkin untuk dapat mewujudkan masa depan itu.

Hal ini sejalan dengan bunyi dari hukum ketertarikan yang menggambarkan bahwa mental sehari-hari yang jelas tentang kehidupan yang lebih baik dapat membantu menarik kehidupan lebih baik.

Dalam publikasi temuannya, para ahli saraf menuliskan bahwa kemampuan seseorang untuk membangun skenario hipotesis dalam imajinasi  sebelum sesuatu benar-benar terjadi mungkin memberikan akurasi yangg lebih besar dalam memprediksi hasil akhirnya.

(fip/fip)