5 Cara Teknologi Dapat Mempererat Hubungan dengan Pasangan, Beauties Wajib Coba!

Kebijaksanaan konvensional memberi tahu kita bahwa teknologi itu buruk. Terlalu banyak waktu menatap gawai bisa mengganggu tidur dan mengganggu fokus kita. Penggunaan media sosial secara terus-menerus bisa berubah menjadi doomscrolling yang kurang sehat. Selain itu, penelitian menunjukkan potensi efek negatif dari teknologi pada hubungan.

Salah satu contohnya adalah fenomena technoference atau interupsi dalam interaksi pasangan yang disebabkan oleh penggunaan teknologi. Sebuah studi tahun 2019 terhadap 173 pasangan di Computer in Human Behaviors menemukan bahwa jenis perilaku ini dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada suasana hati dan perasaan kita tentang hubungan.

Namun dengan sedikit kesadaran diri, beberapa peneliti ungkap bahwa teknologi berpotensi mendekatkan kita dengan pasangan, lho! Dilansir dari SELF, berikut 5 cara teknologi dalam mempererat hubungan menurut para ahli.

Tetapkan Batasan Teknologi yang Sehat

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/fxquadro

"Teknologi adalah penghubung, perlindungan, dan bahkan jalur kehidupan bagi sebagian besar dari kita selama pandemi," tulis Michelle Drouin, seorang profesor psikologi di Universitas Purdue dalam bukunya yang berjudul Out of Touch: How to Survive on Intimacy Famine. Tapi pandemi atau tidak, ada jebakan untuk koneksi kita di mana-mana.

Technoference dalam interaksi tatap muka dapat memiliki dampak yang serius. "Ini dapat mengirimkan sinyal ke pasangan bahwa kamu lebih memilih ponsel daripada mereka," ungkapnya.

Cara terbaik untuk menghindari technoference adalah mendekati subjek dengan cara yang tidak mengancam dan dapat membantu kamu dan pasangan menetapkan batasan teknologi yang cocok untuk kalian berdua. Pikirkan untuk menyimpan ponsel saat makan malam atau waktu tidur dan menetapkan batas waktu untuk menggulir media sosial.

Belajar Membaca Pesan Secara Tersirat

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/prostooleh

Mimi Winsberg, seorang psikiater lulusan Stanford dan kepala tugas medis di Brightside Health, menyebut SMS sebagai lingua franca of love. Artinya SMS telah menjadi bentuk komunikasi utama kita, tidak hanya dengan teman dan keluarga, tapi juga dengan pasangan kita.

"Anda bisa menjadi orang yang paling paham teknologi di dunia, tapi otak kita masih mengikuti cara kita dalam menggunakan teknologi di dunia, kita masih harus banyak belajar," paparnya.

Dalam bukunya yang berjudul Speaking in Thumbs: A Psychiatrist Decodes Your Relationship Texts So You Don't Have To, Winsberg memanfaatkan 25 tahun pengalaman dan penelitian klinis untuk membantu orang memahami bagaimana SMS berdampak pada hubungan kita. Winsberg berpendapat bahwa setiap orang memiliki cara yang mereka inginkan untuk mengungkapkan kasih sayang mereka.