Bilan, Media Pertama Somalia yang Seluruh Karyawannya Perempuan

Bilan, media pertama di Somalia yang seluruh karyawannya adalah perempuan ini menampilkan perpaduan berita terkini dan fitur mendalam yang berfokus pada realitas kehidupan perempuan. Ruang berita yang beranggotakan enam perempuan ini telah berdiri selama lebih dari setahun dan berlokasi di Mogadishu.

Sebagai media independen dan dikelola perempuan, jurnalis Bilan memutuskan apa yang akan mereka liput, kapan, dan bagaimana, sehingga menawarkan perspektif unik dan akses terhadap kehidupan dan opini perempuan.

Sejak beroperasi, Bilan telah didistribusikan secara lokal di Dalsan dan internasional melalui berbagai media, termasuk Guardian, BBC, El Pais, dan Toronto Star. Kini, kantor mereka akan diperluas untuk mendukung lebih banyak jurnalis perempuan di kota-kota lain.

Karyawan Bilan/Foto: Instagram.com/bilan.media

Ini merupakan prestasi penting bagi negara yang menurut PBB menduduki peringkat keempat terendah dalam hal kesetaraan gender secara global. Perempuan dan anak perempuan di Somalia menghadapi tantangan yang sangat berat, dengan angka kematian ibu dan bayi termasuk yang tertinggi di dunia, serta pernikahan dini menjadi salah satu yang paling tinggi dengan 36 persen anak perempuan menikah pada usia 18 tahun.

Fathi Mohamed Ahmed, pemimpin redaksi Bilan, mengatakan kepada Reuters bahwa karena budaya negara yang sangat patriarki, beberapa orang tidak dapat mendiskusikan isu-isu perempuan secara terbuka.

“Bagi warga Somalia, masalah anak perempuan adalah hal yang memalukan. Contohnya tanda-tanda masa remaja seperti haid, anak perempuan tidak diajarkan hal-hal tentang perempuan di kelas," ungkapnya.

Karyawan Bilan/Foto: Instagram.com/bilan.media

Ahmed dan timnya mencoba menyoroti kisah-kisah yang selama ini diabaikan di negaranya dengan meliput beragam isu, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, tahanan perempuan, kesenjangan upah berdasarkan gender, dan pengasuhan anak.

Menurut Reuters, liputan Bilan baru-baru ini mengenai isu-isu seperti HIV/AIDS, autisme, dan pendidikan kebersihan menstruasi, telah memulai pembicaraan penting secara online dan di ruang publik, yang mengarah pada seruan perubahan materi dan politik bagi perempuan. 

Mantan Pemimpin Redaksi Bilan, Nasrin Mohamed Ahmed, mengatakan bahwa menjadi jurnalis perempuan di Somalia berarti harus siap melakukan pengorbanan besar. “Wartawan perempuan tidak hanya menghadapi pemboman dan kondisi kehidupan yang keras, ada juga isu-isu lain yang spesifik bagi perempuan di media,” katanya.

Salah satu karyawan Bilan/Foto: Instagram.com/bilan.media

Salah satu dari lima reporter Bilan, Farhio Mohamed Hassan, mengatakan bahwa dia selalu bersemangat menceritakan kisah-kisah perempuan, namun hal itu sangat menantang.

“Banyak rekan perempuan saya yang meninggalkan profesinya karena pelecehan dan kurangnya kesempatan,” katanya . “Tetapi, saya bertahan karena saya yakin perempuan perlu mengungkap kesulitan Somalia, betapapun sulitnya hal itu.”

Program pendampingan dan pelatihan juga ditawarkan kepada jurnalis perempuan muda yang bercita-cita tinggi, dengan kemitraan yang melibatkan jurnalis dari BBC, ITV, Channel 4, dan Al Jazeera.

Menurut Abdallah Al Dardari, direktur Biro Regional Program Pembangunan PBB untuk negara-negara Arab, stasiun berita tersebut merevolusi industri jurnalisme di negara berpenduduk lebih dari 18 juta jiwa. 

“Dengan suara unik mereka dan semakin luasnya jangkauan merek Bilan Media, mereka menciptakan tuntutan akan perubahan dan perlakuan yang lebih baik terhadap perempuan dan anak perempuan yang tidak dapat diabaikan,” kata Al Dardari.

Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mendukung Bilan dengan menyediakan dana dan peralatan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!