Belum lama ini Gwen Stefani melakukan wawancara dengan Allure magazine soal brand kecantikannya, GXVE.
Pada peluncuran lini kecantikan Harajuku Lovers fragrance, baginya, terinspirasi dari kebudayaan Harajuku Jepang. Lalu ketika tengah membicarakan koleksi tersebut, tampaknya Gwen 'terlalu jauh' membahasnya, Beauties.
Dikutip E News, ia mengaku Japanese atau orang Jepang, yang mana sebenarnya ayahnya adalah seorang Italia-Amerika dan ibunya, Irlandia-Amerika. Karena hal tersebut, tuai kritikan dan disebut melakukan cultural appropriation (apropriasi budaya).
Apropriasi budaya dimaksudkan dari Oxford Language, merupakan tindakan adopsi kebiasaan, praktik, atau ide yang tidak tepat dari satu orang atau masyarakat, oleh masyarakat lain yang lebih dominan. Hal ini juga dimaksudkan untuk kepentingan pribadi alias tidak benar-benar memahami makna dari budaya tersebut.
"Adalah pengaruh Jepang dan merupakan kebudayaan yang kaya dengan tradisi tapi juga futuristik yang penuh atensi pada seni dan detail, dan displin yang menarik buat saya," kata Gwen, merefleksikan pengaruh Jepang tadi, yang rupanya datang dari sang ayah yang diketahui berkala traveling ke Jepang yang kemudian pengalamannya itu diceritakan kepadanya.
Sampai kemudian istri Blake Shelton itu berkunjung ke Harajuku dan merasa punya pencerahan: "Aku berkata, Ya Tuhan, aku adalah orang Jepang dan aku nggak mengetahuinya."