Jalan tol kini sudah jadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur Indonesia. Setiap hari, jutaan kendaraan melintasi ruas-ruas tol yang menghubungkan kota, provinsi, bahkan pulau. Keberadaan jalur tol sangat penting untuk mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu tempuh menuju lokasi yang dituju.
Jalan tol dibangun khusus dengan berbagai fasilitas untuk memperlancar transportasi kendaraan. Namun untuk menikmati kemudahan dan kenyamanan di dalamnya, pengguna kendaraan harus membayar biaya tertentu, sesuai dengan jarak dan kebijakan yang berlaku.
Di Indonesia, jalan tol pertama adalah Jagorawi, yang mulai dibangun pada 1975. Namun siapa sangka, ide pembangunan jalan tol di Indonesia sudah muncul sejak era 1950-an. Sosok di balik gagasan ini bukan seorang menteri atau presiden, melainkan seorang wali kota Jakarta yang visioner. Siapa dia? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Munculnya Gagasan Jalan Berbayar di Era Raden Soediro
Raden Soediro Hardjodisastro/Foto: jakarta.go.id |
Melansir CNBC Indonesia, sosok pertama yang mencetuskan ide jalan tol di Indonesia adalah Raden Soediro Hardjodisastro. Beliau adalah Wali Kota Jakarta dari tahun 1953 hingga 1960. Pada masa itu, Jakarta mulai padat penduduk, dengan jumlah mencapai 1,5 juta jiwa (data BPS 1955). Melonjaknya jumlah penduduk membuat pengeluaran pemerintah melonjak, sementara pendapatan daerah masih sangat terbatas.
Sebagai solusi, Raden Soediro mengusulkan sistem jalan berbayar. Konsepnya sederhana, siapa pun yang melintasi jalan tertentu harus membayar sejumlah biaya. Rencana awalnya, sistem ini akan diterapkan di jalan baru yang sedang dibangun, dari Semanggi sampai Istana Negara, yang kini dikenal sebagai Jalan Jenderal Sudirman – MH Thamrin.
“Di ujung jalan M.H Thamrin, di situ bakal berdiri tempat pemungutan tol bagi setiap kendaraan bermotor yang lewat,” tulis Soediro dalam autobiografinya berjudul Sudiro Pejuang Tanpa Henti (1981).