Indonesia memiliki dua musim dalam setahun, yakni musim hujan dan kemarau. Biasanya, musim hujan akan berlangsung pada bulan Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau pada April hingga September.
Namun, yang terjadi saat ini tidak seperti biasanya. Sejumlah wilayah di Indonesia masih diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Bahkan, tak jarang hujan disertai dengan petir atau angin kencang.
Lantas, mengapa yang seharusnya sudah musim kemarau, tapi yang terjadi malah sebaliknya?
Ini Penjelasan BMKG
Laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, memasuki periode minggu terakhir Mei 2025, dinamika cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia masih menunjukkan pola peralihan musim dengan cuaca yang cepat berubah. Dimana cenderung cerah pada pagi hingga menjelang siang hari, tapi berubah menjadi hujan pada sore hingga malam hari.
"Meskipun sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau, curah hujan yang terindikasi signifikan masih kerap terjadi, terutama pada sore hingga malam hari. Di sisi lain, suhu udara yang menyengat pada siang hari terasa relatif lebih hangat akibat kelembaban udara yang lembab," kata BMKG dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan 20-26 Mei, dikutip Kamis (22/5).
Adapun penyebab terjadinya hal ini adalah karena kondisi atmosfer yang labil akibat interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban yang tinggi.
"Sehingga memungkinkan adanya pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es," lanjut BMKG.
Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat telah memicu bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah. Mulai dari Aceh, Kepulauan Riau, Riau, Sumatra Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.
Kejadian tersebut tidak hanya disebabkan oleh mekanisme konvesktivitas lokal yang sering terjadi pada masa peralihan, juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer berskala lebih luas, yaitu aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang-gelombang atmosfer.
Bahkan, hingga sepekan ke depan, tepatnya pada 20-26 Mei 2025, fenomena MJO masih konsisten berada di Indonesia. Selain itu, gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial juga cenderung persisten berpropagasi di sebagian wilayah Indonesia.
"Fenomena-fenomena tersebut berpotensi memberikan pengaruh signifikan dalam memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan, khususnya di bagian barat dan tengah Indonesia," jelas BMKG.
Berikut adalah prospek cuaca sepekan ke depan:
Periode 20-22 Mei 2025
- Siaga (Hujan lebat - sangat lebat) : Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Selatan
- Awas (Hujan sangat lebat - ekstrem) : Jawa Timur.
- Angin Kencang : Maluku dan Nusa Tenggara Timur
Periode 23 - 26 Mei 2025
Cuaca cerah berawan hingga hujan ringan. Namun perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang di beberapa daerah ini:
- Aceh, Kep. Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua, dan Papua Selatan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan hujan lebat maupun angin kencang yang masih akan terjadi di wilayah Indonesia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!