Jagat hiburan selalu diramaikan oleh fenomena kehidupan para selebritas. Belakangan ini, tengah ramai munculnya persoalan tentang artis yang gemar "Flexing" atau pamer.

Kehidupan serba mewah tentu sudah menjadi hal lumrah bagi para artis. Tak ayal, banyak dari mereka yang memiliki hobi unik yakni pamer kekayaan. Bahkan, tak sedikit selebritas yang turut memamerkan kekayaannya secara terang-terangan melalui konten media sosial pribadinya.

Fenomena artis pamer kekayaan sukses jadi sorotan dan ramai perbincangkan. Lantas benarkah flexing kekayaan hanya sebuah hobi? Atau justru merupakan strategi marketing artis?

Ramai Artis Berlomba "Flexing" Kekayaan, Beneran Kaya atau Hanya Marketing?

Usai beberapa kasus selebritas dan influencer yang ketahuan pamer kekayaan palsu, kini fenomena artis "Flexing" kekayaan menjadi topik hangat di kalangan netizen. Beauties, berikut beberapa tanggapan ahli dan praktisi terkait fenomena flexing dan kaitannya dengan personal branding para artis.

Apa Sebenarnya "Flexing" Itu?

(Mengenal fenomena artis "Flexing" kekayaan/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)

Secara harfiah, flexing didefinisikan sebagai perilaku menyombongkan diri dengan memamerkan sesuatu yang berhubungan dengan kekayaan atau kemewahan. Flexing kemudian menjadi istilah yang diberikan kepada orang yang suka menunjukkan sesuatu tentang dirinya alias pamer.

Baru-baru ini, banyak fenomena flexing yang secara tidak sadar kita temui dan bahkan kita nikmati. Contohnya di Indonesia, ramai kita lihat para artis yang berlomba-lomba menunjukkan kemewahan.

Mulai dari memperlihatkan saldo rekening, menggunakan barang branded, membeli jet pribadi, hingga melakukan give away.

Apakah Pamer atau "Flexing" Mengganggu Psikologis?

(Awalnya hanya sekedar gaya hidup, namun jika berlebihan Flexing bisa menjadi "gangguan" Psikologis/Foto: pexels.com/cottonbro)

Dari sisi Psikologi, flexing dapat muncul karena adanya ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita, pengaruh lingkungan, hingga tanda kurang percaya diri. 

Mengutip dari CNN Indonesia, Indah menjelaskan bahwa perilaku flexing tak bisa selalu dikatakan sebagai gangguan psikologis. Namun, bahaya Flexing tentu ada. Apalagi jika perilaku tersebut sudah berlebihan dan merugikan diri sendiri bahkan orang lain.

Indah juga menambahkan, seseorang harus mulai waspada apabila muncul ciri-ciri flexing yang mengganggu dalam dirinya. Jika mengalami kondisi ini, mulailah untuk mengendalikan dirimu agar segera berhenti.

Flexing VS Marketing, Ini Kata Ahli dan Praktisi

(Ramai artis pamer kekayaan, beneran "Flexing" atau justru marketing? Ini kata ahli/Foto: pexels.com/Adrienne Andersen)

Melihat dari berbagai kasus para selebritas, tanpa kita sadari flexing bisa menjadi tolak ukur gaya hidup yang ditiru oleh berbagai kalangan. Hal tersebut mendorong perilaku flexing menjadi suatu strategi branding atau pemasaran bagi sejumlah artis untuk mendongkrak popularitas dan mendapat endorsement atau keuntungan lainnya.

Melansir dari detikNews, Akademisi dan praktisi Rhenald Kasali dalam salah satu konten YouTube-nya mengatakan bahwa flexing bisa bertujuan untuk "memancing" keberuntungan. Sebab menurutnya, orang kaya sesungguhnya sebenarnya tidak ingin menjadi pusat perhatian dan lebih mengutamakan privasi.

Oleh karena itu, flexing bisa saja menjadi gaya hidup sekaligus strategi marketing yang dilakukan untuk meraih kesuksesan dengan cara menarik perhatian. Dengan berbagai dalih seperti ingin menginspirasi, membantu sesama, meningkatkan percaya diri bahkan mengapresiasi suatu pencapaian.

Jadi Beauties, menurut kalian fenomena artis pamer kekayaan itu termasuk flexing atau lebih ke personal branding untuk meningkatkan popularitas?

_______________

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI