Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) belakangan kembali hangat diperbincangkan imbas polusi udara Jabodetabek yang parah. TMC dilakukan dengan harapan bisa membantu berkurangnya polusi udara melalui turunnya hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah melakukan TMC sejak 21 Agustus lalu untuk kawasan Jabodetabek. Hasilnya, hujan turun hanya di wilayah pinggir Jakarta karena tidak ketersediaan awan.
Teknologi modifikasi ini memang banyak membawa keuntungan, terlebih ketika menghadapi musim kemarau panjang atau saat curah hujan tinggi di musim hujan untuk mitigasi bencana. Namun, pernahkah kamu penasaran bagaimana awal mula adanya TMC di Indonesia? Simak sejarah singkatnya berikut ini yuk!
Dimulai Tahun 1977
Teknologi modifikasi cuaca atau sering pula dikenal sebagai hujan buatan sudah ada sejak tahun 1977, Beautie. Ide ini tercetus saat Presiden Soeharto menjabat, saat melihat pertanian Thailand yang maju. Setelah diamati, kunci kemajuan itu juga terletak pada modifikasi cuaca yang mendukung suplai kebutuhan air untuk pertanian.
Mengutip laman BRIN, Koordinator Laboratorium Pengelola Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo menjelaskan, "berawal dari itu, Presiden mengutus Pak Habibie untuk mempelajari TMC ini, kemudian tahun 77 dimulai proyek percobaan hujan buatan yang waktu itu masih didampingi asistensi dari Thailand".
TMC yang dipelajari dari Negeri Gajah Putih diterapkan di Indonesia untuk mendukung pertanian nasional melalui pengisian waduk-waduk strategis, baik untuk PLTA maupun irigasi.
Berawal dari untuk pertanian, kini Teknologi Modifikasi Bencana kian berkembang hingga Thailand yang belajar dari Indonesia. Baca selengkapnya di sini ya!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!