1. Tukang Becak yang Punya Anak Kuliah di Inggris
Mugiyono, lelaki paruh baya asal Kendal ini bangga bisa sekolahkan anaknya hingga ke Inggris. Ya, Raeni bisa mengenyam pendidikan di luar negeri setelah lulus dari Universitas Negeri Semarang dengan predikat cum laude. Atas prestasinya tersebut, Raeni mendapat beasiswa S2 di University of Birmingham, Inggris dan telah lulus pada Desember 2016. Kabar terbaru, Raeni akan menempuh pendidikan S3 di universitas yang sama.
Keberhasilan Raeni ini tidak lepas dari pengorbanan sang ayah, Mugiyono. Memilih untuk pensiun sebagai petugas jaga di PT Kayu Lapis Kaliwungu, dan uang pesangonnya itu digunakan untuk membeli laptop dan membiayai kehidupan Raeni semasa kuliah.
Selepas pensiun, Mugiyono memilih menjadi tukang becak setiap pagi, lalu menjadi penjaga sekolah di malam hari.
2. Menggendong Anaknya Setiap Hari untuk Sekolah
Sosok ayah hebat lainnya datang dari China yang bernama Yu Xukang. Karena putranya mengalami kelumpuhan sejak lahir, Yu Xukang setiap hari harus menggendong anaknya sejauh 28 kilometer untuk bersekolah. Selain itu, setiap pagi dirinya selalu bangun pukul 5 dan menyiapkan bekal untuk makan siang putranya.
Sebenarnya Yu sudah mendaftarkan anaknya di sekolah yang ada di desanya, tapi sekolah itu menolak karena putranya dianggap tidak mampu secara fisik dan mental. Yu tidak mau menyerah, akhirnya ada sekolah yang mau menerima kondisi anaknya. Meskipun lokasinya sangat jauh, Yu tetap bertekad untuk menyekolahkan anaknya agar memiliki masa depan yang lebih baik.
3. Kuli Panggul yang Berhasil Kuliahkan Anaknya Hingga Sarjana
Ayah hebat lainnya datang dari Filipina. Cerita ini bermula dari seorang wanita bernama Mailyn Esquelito Akoy membagikan kisahnya di media sosial. Dalam unggahan tersebut, wanita yang akrab disapa Akoy ini menceritakan bahwa ayahnya hanya seorang kuli panggul yang berhasil kuliahkan dirinya hingga sarjana.
4. Rela Makan Mie Instan Selama 7 Tahun
Ayah hebat selanjutnya bernama Hou Yanwei. Demi mewujudkan mimpi putrinya, dirinya rela makan mie instan dan roti kukus selama tujuh tahun agar putri tercintanya menjadi seorang pesenam.
Putri Hou jatuh cinta dengan senam sejak usia empat tahun. Melihat hal ini, Hou berusaha semaksimal mungkin untuk memasukkan anaknya ke Institut Pendidikan Jasmani Wuhan. Karena biaya sekolah di sana sangat mahal, Hou pun harus memangkas pengeluaran makannya setiap hari.
Pria yang hanya berprofesi sebagai tukang sapu ini percaya jika pengorbanan yang dilakukannya akan memberikan putrinya kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.