Selama berabad-abad, perempuan telah direduksi dari hak-haknya atas ruang publik. Tak heran, hingga hari ini pun begitu banyak profesi yang masih didominasi oleh pria. Sosok Haifaa Al-Mansour, seorang sutradara film perempuan pertama dari negeri Arab Saudi menjadi salah satu tokoh inspiratif yang mampu menggunakan suaranya untuk mewakili banyak perempuan lain di negaranya.
Haifaa menjadi salah satu sutradara paling berani dan cukup kontroversial untuk mengangkat isu-isu perempuan di negara konservatif tersebut. Meski masih belum ada pemutaran film bioskop di Arab Saudi pada rentang waktu 1983 hingga 2018, Haifaa tetap berkarya dengan mengangkat banyak topik sensitif perempuan. Dalam karyanya, Haifaa merepresentasikan isu pernikahan anak, pembatasan kebebasan mobilitas perempuan di ruang publik, serta berbagai permasalahan lainnya.
Lewat dua karya yang paling fenomenal yakni film Wadjda dan The Perfect Candidate, Haifaa dengan apik mengangkat perspektif perempuan dari tempat kelahirannya. Kedua karya videografi besutan sutradara berusia 48 tahun ini pun berhasil menyedot atensi publik hingga melambungkan namanya di dunia perfilman.
Passion di Dunia Sineas Bermula dari Dukungan Keluarga
Haifaa dan Keluarga/ instagram.com/ haifaa.almansour |
“Dengan bangga saya akan mengatakan bahwa saya adalah sutradara film pertama di Saudi. Ini bukan berarti bahwa industri film sudah menemukan tempatnya di sini, namun perlahan industri ini mulai berkembang,” pungkasnya saat diwawancarai di swissinfo.ch. Dirinya juga berharap kepada anak muda Saudi dan para perempuan untuk mulai percaya terhadap kemampuan mereka dan memulai jalan menuju mimpinya.
Haifaa lahir dari sebuah keluarga sederhana di kota kecil. Bersaudara dengan 11 anak lainnya, orang tua Haifaa mengizinkan anak-anaknya untuk menonton berbagai film Amerika, India, dan Mesir.
“Film dan televisi memberi kami ruang untuk pergi sejenak dan melihat lebih luas dari dunia kami yang tertutup di sini,” tambahnya. Setelah memulai karir sebagai seorang sutradara, Haifaa menyadari bahwa suara para perempuan Saudi sulit untuk didengar. Oleh karena itu, dirinya kemudian bertekad ingin mengekspresikan pengalamannya sendiri lewat film dan mewakili perspektif perempuan-perempuan lain.
Beranjak dewasa, Haifaa diperkenalkan kepada dunia sinema oleh sang Ayah, Abdul Rahman Mansour, yang berprofesi sebagai seorang sastrawan. Terinspirasi dari Ayahnya, Haifaa bertekad untuk menempuh studi literatur di sebuah universitas di Kairo. Setelah akhirnya dirinya memutuskan untuk pindah ke Australia, Haifaa meraih gelar dalam studi perfilman dari University of Sydney berkat sebuah beasiswa.