Kita sering merasa bahagia saat membeli barang baru, jalan-jalan ke tempat impian, atau meraih pencapaian besar. Namun anehnya, rasa puas itu cepat memudar.
Setelah beberapa waktu, kita kembali merasa biasa saja dan mencari sumber kebahagiaan lain. Dalam dunia psikologi, fenomena ini disebut hedonic treadmill.
Hal yang membuat fenomena ini menarik adalah kenyataan bahwa otak manusia punya kecenderungan untuk selalu menormalkan rasa bahagia maupun sedih. Jadi, seberapa besar pun pencapaian atau hadiah yang kita terima, perasaan itu hanya bertahan sementara.
Pengertian Teori Hedonic Treadmill
Teori hedonic treadmill menjelaskan kenapa kebahagiaan cepat memudar/Foto: Freepik.com/lookstudio |
Melansir Positive Psychology, istilah hedonic treadmill pertama kali diperkenalkan oleh Brickman dan Campbell melalui buku mereka yang berjudul Hedonic Relativism and Planning the Good Society. Konsep ini awalnya disebut sebagai hedonic adaptation.
Lalu pada tahun 90-an, Michael Eynick menyamakan konsep ini dengan istilah treadmill, sehingga dikenal luas dengan nama hedonic treadmill. Secara sederhana, hedonic treadmill menggambarkan kecenderungan manusia untuk selalu kembali ke titik kebahagiaan awal (set point) setelah mengalami peristiwa besar.
Jadi, meskipun kita merasa bahagia saat mendapat promosi, membeli barang baru, atau mencapai target, rasa puas itu biasanya hanya bersifat sementara. Setelah itu, emosi kita akan stabil kembali ke level sebelumnya.