Hampir tiga tahun pandemi COVID-19 telah melanda dunia. Ada begitu banyak perubahan yang terjadi, salah satunya gaya hidup. Bisa dibilang, kita jadi lebih 'melek' akan pentingnya menjaga kesehatan hingga kebersihan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Tidak hanya berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat, menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih juga berkontribusi terhadap kesehatan tubuh, Beauties. Memilih home care, seperti produk pembersih rumah, menjadi sangat penting guna menjaga kebersihan rumah.
Memilih produk pembersih rumah pun tidak boleh asal. Kamu harus cermat dan bijak dalam memilih produk yang memiliki kandungan zat atau bahan yang aman bagi kesehatan sekaligus ramah lingkungan. Selain itu, beberapa produk pembersih cenderung memiliki kandungan yang serupa sehingga pemilihan produk yang tepat dapat membantu menghemat anggaran belanja rumah tangga.
Hal inilah yang mendorong brand home care dan body care lokal, The Good Wife, untuk menghadirkan produk-produk yang tidak hanya berfungsi untuk membersihkan rumah, namun juga aman bagi kesehatan serta ramah lingkungan.
"Banyaknya pilihan produk home care yang beredar di pasaran tentunya membingungkan keluarga Indonesia akan produk apa saja yang sebaiknya mereka gunakan. Terlebih lagi minimnya pengetahuan akan kandungan dan zat kimia dasar yang digunakan di produk tersebut, berikut fungsinya, serta dampaknya bagi kesehatan. Inilah mengapa kami meluncurkan The Good Wife agar menjadi pilihan produk home care yang lebih aman bagi keluarga Indonesia," ungkap founder The Good Wife, Yolanny Laxmi di acara 'The Good Wife Talkshow and Home Care Demonstration' di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Selasa (6/12).
Minat masyarakat Indonesia akan produk pembersih rumah melambung tinggi setahun belakangan ini, terutama pada produk lifestyle yang natural dan sustainable. Selain itu, faktor immunity debt atau hutang kekebalan tubuh juga jadi salah satu yang menjadi faktor.
Fenomena immunity debt merupakan efek samping dari langkah-langkah yang sebelumnya kita lakukan untuk menekan penyebaran COVID-19, seperti social distancing dan self-quarantine, sehingga menyebabkan kurangnya stimulasi pada sistem imun tubuh akibat berkurangnya sirkulasi agen mikroba. Diperkirakan penyakit flu umum akan melonjak saat anak-anak kembali beraktivitas ke sekolah dan dibukanya tempat-tempat umum.
Menurut dr. Sonia Wibisono di kesempatan yang sama, penyakit yang paling banyak ditemukan pada fenomena immunity debt salah satunya adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan, seperti respiratory syncytial virus (RSV). Meskipun begitu, fenomena ini lebih banyak ditemukan di luar negeri, dan tidak begitu banyak di Indonesia. Namun kita harus tetap mencegah penularan virus dan bakteri yang biasanya terjadi lewat benda-benda yang sudah terkontaminasi.
"Caranya adalah dengan melakukan dekontaminasi melalui cuci tangan dan sanitasi permukaan secara berkala. Namun yang tidak kalah penting, keluarga Indonesia harus memperhatikan paparan terhadap zat-zat kimia di rumah yang berdampak negatif pada kesehatan seperti klorin yang kerap ditemukan pada cairan pembersih, pemutih, dan desinfektan. Klorin dapat menimbulkan masalah pernapasan, iritasi kulit dan mata. Bagi penderita bronkitis, mengisap klorin terlalu banyak dapat memicu gejala bronkitis seperti mengi (suara napas tambahan), batuk, dan sesak napas," ungkapnya.