Wayang Futuristik! Teater Koma 'Mencari Semar' Persembahkan Kisah Punakawan dengan Narasi Unik

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Kamis, 14 Aug 2025 07:45 WIB
Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Teater Koma membawa karakter wayang Punakawan klasik ke audiens modern dalam balutan cerita yang unik. Pementasan hasil kolaborasi dengan Bakti Budaya Djarum Foundation bertajuk Mencari Semar bisa kamu saksikan 13-17 Agustus 2025 di Ciputra Artpreneur, Beauties.

Penulis naskah dan sutradara Rangga Riantiarno mempertemukan Semar, Sutiragen, Petruk, Gareng, dan Bagong dengan tingkah jenakanya dengan para Agen Nimacha yang memburu Semar dalam sebuah misi. Konsep tersebut diwujudkan dengan set panggung bernuansa futuristis, elemen multimedia, sampai proyeksi visual interaktif sehingga suasana bisa berubah drastis seiring mengalirnya waktu dan cerita.

Pengalaman lebih menarik terjadi saat sederet unsur tersebut berpadu dengan dialog ringan mudah diikuti, sesekali dengan bumbu musikal, humor cerdas, sampai isu politik terkini, hingga elemen komunikatif antara pemeran dengan penonton. Kostum imajinatif, memadukan unsur budaya dengan modernitas, turut jadi pemikat cerita. Sebut saja saja kostum para Agen dengan warna-warni mengingatkan penonton pada karakter Power Rangers, lengkap dengan pose khas yang diselipkan dalam adegan, memperkuat kesan dramatis dan jenaka.

Teater Koma "Mencari Semar"/ Foto: Dok. Beautynesia

"Kami percaya bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyentuh, menginspirasi, dan menjembatani generasi dalam mengenal kekayaan budaya bangsa," Billy Gamaliel Program, Manager Bakti Budaya Djarum Foundation, menjelaskan latar belakang dukungannya untuk Teater Koma yang sudah malang melintang selama 48 tahun dan kini persembahkan produksi ke-235 mereka, yaitu Mencari Semar.

Senada dengan keyakinan tersebut, Rangga Riantiarno menerangkan alasan di balik narasi yang bernuansa futuristik, bahwa "Lakon [Mencari Semar] mencoba menggambarkan dunia masa depan yang kehilangan arah, lalu mencari kembali kebijaksanaan yang berasal dari masa lampau". Nilai tersebut ditampilkan melalui sosok Semar yang bukan sekadar tokoh pewayangan, tapi juga "simbol suara rakyat, penjaga keseimbangan, dan cerminan nilai-nilai luhur yang hari ini makin dibutuhkan".

(dmh/dmh)