Ratus vagina atau uap vagina merupakan praktik jadul yang kerap dilakukan oleh banyak orang Indonesia sebelum menikah. Padahal, belum ada penelitian ilmiah pada praktik yang kerap jadi ritual calon pengantin di Indonesia ini.
Berbagai manfaat pun digaungkan untuk praktik ratus vagina, seperti kebersihan vagina, menghindari gatal-gatal, hingga sebagai mengencangkan otot vagina. "Sebagian besar adalah teknik pemasaran," kata Sara Twogood, MD, obgyn bersertifikat dan pendiri Female Health Education di Los Angeles, Amerika Serikat.
Seorang obgyn bersertifikat sekaligus pekerja di World Health Organization, dr. Kelly Culwell, MD, mengatakan kendati umumnya dilakukan dengan bahan-bahan herbal, tetapi praktik ratus vagina yang berarti menguap kulit vulva ini bisa membuat ketidakseimbangan bakteri alami pada vagina, sehingga menyebabkan iritasi atau vaginosis bakteri.
Bahaya dari ratus vagina diungkapkan lebih banyak lagi oleh beberapa obgyn. Apa saja bahayanya? Dihimpun dari Byrdie berikut ulasan beserta alternatifnya.
Tidak Ada Bukti Ilmiah
Menurut Culwell, orang-orang yang melakukan uap vagina adalah mereka yang salah arah dalam membersihkan vagina. "Tidak ada bukti bahwa ini berhasil, dan faktanya, uap vagina tidak masuk akal secara anatomis logis," kata Culwell. Twogood menambahkan bahwa tidak ada dukungan medis untuk melakukan uap vagina.
Bahaya Ratus Vagina
Twogood mengatakan bahwa uap vagina juga memberikan peluang pada perempuan untuk mengalami luka bakar, berdasarkan laporan yang ia terima. "Ada laporan iritasi kulit dan bahkan luka bakar pada kulit kelamin karena panas," ungkap Twogood.
Masalah lain yang bisa mengancam perempuan adalah infeksi. Menurut dr. Kim Langdon, MD, adalah seorang obgyn bersertifikat yang berbasis di Ohio, panas bisa menyebabkan infeksi jamur dan pertumbuhan bakteri berbahaya. Ditambah lagi, peralatan ratus vagina yang dipakai bisa menjadi tempat berkembang biak bakteri.
Alternatif Ratus Vagina
Twogood mendukung setiap perempuan untuk memiliki vagina yang bersih dengan upaya perawatan sederhana setiap hari. "Jangan menggunakan produk wangi pada kulit atau di dalam vagina-ini seperti sabun, larutan, tampon atau pembalut beraroma," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan untuk mengenakan pakaian yang menyerap keringat. Jika kamu sedang dalam masa menstruasi, rajin ganti pembalut. "Berendam dalam air bersuhu ringan selama 10 hingga 15 menit setiap kali, hingga tiga kali sehari, dapat membantu mengatasi banyak masalah vulva dan vagina," kata Twogood.
Serupa dengan Twogood, Langdon juga menyarankan perawatan minimalis pada vagina. "Vagina tidak perlu dibersihkan, hanya alat kelamin luar (vulva, labia, perineum) yang perlu dibersihkan dengan sabun dan air hangat, dan bilas."
Menurut Culwell, vagina adalah organ yang luar biasa karena bisa membersihkan diri sendiri. "Vagina memiliki keseimbangan bakteri yang menjaga pH vagina dalam kisaran asam yang menangkal infeksi lain. Keputihan juga membantu menjaga vagina tetap sehat dengan mengelupas sel-sel tua dan lendir," jelas Culwell dikutip dari Byrdie.
Ia juga menyarankan untuk mengenakan pakaian dalam katun, menghindari memasukkan apa pun ke dalam vagina tanpa mencuci terlebih dahulu," tandasnya.
Terlepas dari tidak adanya penelitian yang mendukung praktik ratus vagina, Culwell menyarankan agar setiap orang yang menginginkan kebersihan vagina untuk konsultasi ke obgyn, terlebih jika ada gejala yang dirasakan setelah melakukan ratus vagina.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!