Setelah menggratiskan tes HPV untuk perempuan kelas 5 dan 6 SD, pemerintah kini menyediakan program skrining kanker serviks secara gratis untuk perempuan berusia 30 tahun ke atas dan akan disediakan di seluruh Indonesia.
FYI, skrining ini bukan untuk mendiagnosis kanker serviks, melainkan untuk mengidentifikasi individu yang memiliki risiko kanker serviks. Program skrining ini diharapkan dapat efektif menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan mendeteksi dan mengobati kasus gejala kanker dan mendeteksi kanker serviks tahap awal ketika kanker masih bisa diobati dengan prognosis.
Skrining yang efektif dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan cara mendeteksi dan mengobati kasus prakanker yang belum berkembang menjadi kanker. Selain itu, skrining dapat mendeteksi kanker serviks pada tahap awal ketika kanker masih dapat diobati.
Teknik skrining kanker serviks ini dilakukan dengan beberapa metode, seperti pemeriksaan berbasis sitologi (pap smear maupun liquid based cytology), pemeriksaan DNA human papillomavirus (HPV), dan inspeksi visual asetat (IVA).
Sekarang kita pelajari lebih lanjut yuk, tentang metode-metode skrining kanker serviks di atas. Simak!
1. Pap Smear
Ilustrasi tes kanker serviks/Foto: Pexels/Mart Productioon |
Dilansir dari detikHealth, pap smear adalah tes yang perlu dilakukan secara berkala oleh perempuan yang belum menikah setiap tiga tahun sekali, sedangkan untuk perempuan sudah menikah dan berusia di atas 35 tahun sebaiknya melakukan pap smear setiap setahun sekali.
Prosedur pap smear yakni dokter akan memasukkan corong ke vagina yang akan menjangkau hingga ke leher rahim. Setelah itu, dokter akan mengambil sampel sel yang ada di leher rahim menggunakan pengerik atau sikat. Sampel tersebut dioleskan ke slide gelas dan dibungkus lalu dikirimkan ke laboratorium.
Nah, di laboratorium inilah dokter patologi akan memeriksa sel tersebut. Dokter akan melihat apakah pada sel yang ada di leher rahim sedang dalam kondisi sehat atau sudah dalam keadaan kanker atau bergejala kanker.
2. IVA
Ilustrasi pemeriksaan cairan asam asetat/Foto: Pexels/Edward Jenner |
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah prosedur pengolesan cairan asam asetat sebanyak 5% ke mulut dan leher rahim. Setelah didiamkan selama 30-60 detik, hasilnya sudah dapat terlihat.
Jika leher rahim yang telah diolesi asam asetat berubah warna menjadi keputihan, artinya ada sel kanker pada leher rahim. Jika tidak berubah warna, dapat diartikan bahwa kondisi leher rahim dalam kondisi sehat.
IVA biasanya dapat dilakukan di puskesmas atau klinik dan dikerjakan oleh bidan maupun perawat.