Ramai Dibicarakan Netizen, Film Yuni Angkat Isu Perempuan dan Melawan Budaya Patriarki: Wajib Nonton!

Martatillah Nikita Karin | Beautynesia
Kamis, 16 Dec 2021 09:00 WIB
Ramai Dibicarakan Netizen, Film Yuni Angkat Isu Perempuan dan Melawan Budaya Patriarki: Wajib Nonton!
Poster Film Yuni/Foto: Instagram.com/fourcoloursfilms

Satu lagi film Indonesia yang wajib kamu saksikan untuk menutup akhir tahun 2021 ini yaitu Yuni. Film besutan sutradara dan penulis skenario Kamila Andini ini menjadi pemenang Platform Prize di Toronto International Film Festival atau TIFF 2021.

Film ini dibintangi oleh Arawinda Kirana sebagai Yuni, seorang gadis SMA yang ingin mengejar beasiswa masuk perguruan tinggi namun keinginannya terbentur tatkala Yuni dilamar oleh pria sebanyak dua kali. Yuni harus memutuskan apakah dia akan melanjutkan mimpinya untuk menempuh pendidikan tinggi atau menerima lamaran tersebut. Sementara mitos yang berkembang dalam lingkungan tempat tinggal Yuni adalah jika seorang perempuan menolak lamaran sebanyak tiga kali, maka dia tidak akan menikah.

Mengangkat Isu Tentang Perempuan

Tokoh Yuni dalam Film Yuni diperankan oleh Arawinda Kirana
Tokoh Yuni dalam Film Yuni/foto: instagram.com/fourcoloursfilm

Tidak hanya Yuni, dalam film ini juga banyak mengangkat cerita-cerita tentang kehidupan perempuan-perempuan di sekeliling Yuni. Bagaimana sahabat Yuni harus berhenti bersekolah karena menikah dan punya anak, sementara suaminya tidak tau kemana. Atau bagaimana dialog-dialog ringan antara Yuni dan sahabat-sahabatnya mengenai pergaulan, kehidupan pernikahan, dan awamnya seks di kalangan remaja.

Di film ini diceritakan pula mengenai Suci, teman Yuni yang harus merasakan kenyataan pahit akibat pernikahan dini, namun mengajarkan Yuni mengenai kehidupan yang bebas tanpa adanya kekangan. Faktanya, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di dalam film saja namun juga banyak terjadi di sekeliling kita. Pernikahan dini, kurangnya edukasi mengenai seks di kalangan remaja, hingga masalah pentingnya pendidikan yang sering diabaikan.

Banyak daerah di Tanah Air yang masih menganggap bahwa pendidikan tinggi bagi perempuan tidaklah penting. Banyak yang masih memiliki pemikiran bahwa perempuan diciptakan hanya untuk masalah “dapur, sumur, dan kasur”.

Banyak perempuan yang terpaksa menerima lamaran dan mengubur mimpinya untuk menempuh kehidupan yang bisa memberikan nilai lebih dalam hidup mereka. Perempuan digambarkan sebagai “barang” yang bisa dijadikan untuk transaksi jual-beli melalui pernikahan dengan sangat mudahnya. Isu tersebut sangat apik ditampilkan dalam film Yuni.

Budaya Patriarki yang Berkembang di Masyarakat

Yuni dalam balutan gaun pernikahannya
Film Yuni/foto: instagram.com/arawindak

Selain mengangkat isu-isu tentang perempuan, film Yuni juga menyoroti budaya patriarki yang sangat mengakar di masyarakat. Kondisi perempuan yang dipandang lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki pilihan ditampilkan lewat dialog dan adegan demi adegan.

Banyak sahabat-sahabat hingga orang-orang di sekitar Yuni yang akhirnya menyerah dengan impiannya sendiri karena harus menuruti budaya yang berkembang di sekelilingnya. Bahwa pencapaian tertinggi dari seorang perempuan adalah menikah, memiliki anak, dan dapat mengurus suaminya dengan baik.

Yuni yang bersusaha untuk memperjuangkan mimpinya juga kerap kali harus dibenturkan dengan kenyataan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi karena tugas utama perempuan adalah untuk melayani pasangannya.

Yuni: Suara dari Para Perempuan

Offiicial postter film Yuni yang tayang 9 Desember
Poster Film Yuni/foto: instagram.com/fourcoloursfilms

Film Yuni mengajarkan kepada kita, khususnya para perempuan, agar mampu melawan stigma yang berkembang di masyarakat mengenai pernikahan. Bahwa pernikahan sejatinya dilaksanakan saat dalam kondisi yang benar-benar siap, bukan berdasarkan mitos atau tuntutan yang ada di masyarakat. Perempuan juga memiliki hak untuk mengajar mimpinya, melanjutkan cita-citanya dan menentukan hidup yang layak bagi masa depannya.

Penggambaran “suara” Yuni yang selama ini terbungkam tersirat dalam dialog antara Yuni dengan Ayu Laksmi, seorang penyanyi rocker. Yuni yang juga sebagai vokalis band sekolah terpaksa harus berhenti menyanyi karena suaranya dianggap aurat.

Namun setelah bertemu dengan Lady Rocker yang kehabisan suara, Yuni akhirnya berani untuk menampilkan suaranya. Inti dari dialog tersebut menyatakan bahwa Yuni tidak perlu khawatir suaranya dianggap aurat karena mereka yang berkata demikian tidak tau rasanya kehilangan suara.

Penggambaran adegan demi adegan dalam film Yuni dikemas sedemikian rupa dengan sangat apik. Setiap adegannya pun menggambarkan banyak hal yang bisa dimaknai dengan banyak sudut pandang yang berbeda bagi setiap yang menontonnya. Mumpung masih tayang, yuk segera saksikan film Yuni di bioskop kesayangan kamu, dan jangan lupa untuk mengambil setiap pesan positif yang terkandung dalam film tersebut ya!

***

[Gambas:Youtube]

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE