5 Stages of Ramadan Bagi Anak Kost

Allyoo Ri | Beautynesia
Kamis, 28 Mar 2024 18:30 WIB

Article's Theme

Kiriman Pembaca

Cerita Ramadan Anak Kos

5 Stages of Ramadan Bagi Anak Kost
Ilustrasi perempuan sedang sahur/Foto: Pexels/RODNAE Productions

Bulan Ramadan telah tiba, dan kemeriahannya tentu terasa ke seluruh penjuru negeri. Tidak terkecuali untuk para anak kost seperti Penulis, atau mungkin pembaca yang tengah membaca tulisan ini sekarang.

Berkaca dari pengalaman, serba serbi bulan Ramadan tidak selalu mudah untuk dijalani oleh para anak kost. Banyak hal seru, tapi juga banyak tantangannya!

Di bulan Ramadan ini, Penulis berkesempatan merasakan kembali bulan ramadan sebagai anak kost. Tidak hanya pengalaman sendiri, Penulis berhasil menangkap sesuatu yang menarik dari sesama anak kost.

Mungkin, kamu pernah mendengar soal 5 stages of grief? Yup! Tahap kesedihan yang diawali oleh denial yaitu fase penolakan, lalu merasakan anger atau amarah, ke bargaining, yaitu berusaha berkompromi, depression atau kesedihan berlarut-larut, dan terakhir acceptance, yaitu tahap penerimaan.

Percaya atau tidak, ada yang namanya '5 Stage of Ramadan Bagi Anak Kost', lho! Jika dijabarkan, kira-kira seperti ini:

Fase Denial

Pada saat awal, para anak kost percaya tidak percaya bahwa bulan suci penuh berkah ini akan dimulai.

“Wah, sudah ramadan lagi?”, “Perasaan baru kemarin deh kita bukber.

Mungkin tidak hanya anak kost sih, semua orang juga bisa mengalaminya. Tapi uniknya, para teman-teman kostan pasti paham dengan pertanyaan, “Kamu nanti sahurnya gimana?”

“Bisa bangun sahur? Beli atau masak di kostan?”, “Yakin bisa bangun sahur?”, “Apa nggak repot ya sahur sendiri di kostan?”

Semua orang di kost-an Penulis kompak menjawab, “Nggak!”, “Sahur di kost-an gampang, kok. Nggak repot!” dan macam-macam jawaban lain.

Fase denial ini diawali dengan deretan belanjaan yang siap dimasak di dapur, memenuhi kulkas kost-an. Sampai waktu itu, kulkas kost-an penuh sesak. Buat yang tidak bisa masak, siap order delivery dari jam 2 pagi. Semua orang semangat membuktikan, kalau anak kost enggak susah sahurnya!

Alhasil, saat jam 2 pagi, sudah berjejer motor delivery yang antri mengantarkan makanan di depan gerbang kostan, ada sekitar 5 motor yang bolak-balik. 

Soal buka puasa? Bisa buka bersama bersama teman. Teman kuliah, teman kerja, teman kost-an, dan teman-teman lain. Rasanya seru-seru saja itu, apa yang buat susah menjalani Ramadan sebagai anak kost coba?

Fase Anger

Tahap kedua, adalah anger, atau kemarahan. Lho? Masa bulan Ramadan marah? Harus sabar, dong!

Tapi hal ini nggak bisa dihindarkan, rasa kesal karena harus masak di pagi buta, ngantuk buka ponsel untuk delivery, orderan yang nggak datang-datang padahal sudah mau imsak, bahkan kesiangan sahur.

Ditambah harus pergi ke kelas atau bekerja di pagi hari, padahal ngantuk karena enggak sempat tidur dan repot menyiapkan sahur. Semua hal itu sangat mempengaruhi mood para anak kost.

Belum lagi macet saat jam buka puasa. Sementara belum beli takjil sama sekali. Maka, bersabar dan bersabar terus diulang-ulang, meski bad mood juga akhirnya. Tapi tetap, harus banyak bersabar. Berakhir banyak diam dan merenung.

Fase Bargaining 

Di tahap penerimaan, para anak kost, khususnya Penulis dan teman-teman kost-an, sudah mulai menerima diri bahwa inilah pahit manisnya menjalani Ramadan sebagai anak kost. Jadi yang perlu dilakukan adalah adaptasi. Cari cara terbaik untuk berkompromi dengan diri sendiri terkait sahur, puasa, dan buka puasa.

Setiap orang mulai memiliki polanya sendiri. Ada yang masih kuat masak, meski hanya goreng telur atau nugget. Ada yang konsisten order dari jam 2 pagi supaya tidak keburu imsak. Ada pula yang memilih makan malam yang banyak dan tidak sahur, karena tahu akan sulit bangun.

Semua orang, sudah mulai menemukan kebiasaan sahurnya sendiri. Berkompromi dengan dirinya sendiri.

Depression

Kesedihan tiba-tiba muncul. Kenapa? Rindu keluarga. Rindu kampung halaman. Dering telepon Ibu, pesan dari teman-teman di kampung halaman, notifikasi grup alumni yang terus berdering mengajak buka bersama, sementara belum bisa pulang karena masih harus di kost-an.

Rasanya sedih sekali, ketika berjalan sendiri sehabis beli takjil lalu buka sendiri di kamar kostan. Tentu teringat keluarga di rumah. Teman tentu ada, tapi tidak mungkin setiap hari buka bersama. Selain hemat ongkos, jadwal tidak selalu sesuai.

Fase Acceptance 

Waktu berjalan, dan semua itu mulai diterima oleh Penulis, teman-teman kost Penulis, dan mungkin para pembaca sekalian yang juga anak kost. Ya, mau bagaimana lagi bukan?

Tetap harus nge-kost, dan bulan Ramadan tetap terus berjalan. Semua harus bisa diterima dengan lapang dada. Bulan suci penuh kebaikan ini mengajarkan banyak hal bagi setiap orang. Pengalaman sahur, berpuasa, berbuka, beribadah di kostan, jauh dari rumah, jadi pembelajaran berharga untuk para anak kost-an.

Mencari cara sendiri agar bisa bangun dan sahur tepat waktu, menjalani puasa dengan semangat sembari menjalankan tanggung jawab, berbuka puasa bersama teman maupun sendirian. Semua berusaha dijalani dengan ikhlas dan hati yang tabah.

Allyoo Ri
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.