Kisah di Balik Pakaian Vikunya Ratusan Juta Loro Piana, Ada Pekerja Miris Tidak Dibayar

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Jumat, 15 Mar 2024 13:30 WIB
Kisah di Balik Pakaian Vikunya Ratusan Juta Loro Piana, Ada Pekerja Miris Tidak Dibayar
Foto: us.loropiana.com

Loro Piana berjaya sebagai salah satu brand yang diuntungkan dengan naiknya tren 'quiet luxury'. Tengok serial Succession di mana salah satu pemainnya pakai baseball cap dari brand asal Italia ini hingga loafers mereka ikut populer.

Sebagai brand mewah yang menjunjung kualitas, mereka juga menawarkan material eksklusif pada produknya. Sederet fashion items diketahui bermaterial serat hewan vicuña, mulai dari sweater, celana, hingga bomber jacket, hingga sweater yang dibanderol mulai dari sekitar Rp 73 jutaan hingga capai Rp160 jutaan.

Loro Piana menghadirkan wool vicuña yang endemik dari kawasan Pegunungan Andes. Vicuña wool juga disebutkan BBC sebagai kain paling langka dan wool terbaik di dunia sehingga tidak mengherankan jika harganya pun tinggi. Namun di balik itu, terdapat komunitas pekerja lokal yang justru tidak dibayar sebagaimana dikuak oleh Bloomberg. Ini dia kisah para pekerja pencukur bulu vicuña di daerah Lucanas.

Tanah Loro Piana di Lucanas

Loro Piana bomber jacket

Loro Piana vicuña bomber jacket/ Foto: ii.loropiana.com

Berdasarkan laporan Business of Fashion, Loro Piana tercatat membeli 2.000 hektar tanah seharga 160 juta USD di kawasan Lucanas, Peru. Mereka memiliki izin pencukuran vikunya di tanah tersebut. Mereka pun membangun pagar agar di sekitaran wilayah agar tidak ada vikunya yang kabur ataupun dihalau ilegal oleh pihak lain. Pagar tersebut juga didirikan untuk memaksimalkan reproduksi hewan sehingga populasinya bisa bertambah hingga 50% setiap tahunnya.

Pekerja Lokal yang Tidak Dibayar Berdasarkan Aturan

Vicuna

Vicuna/ Foto: Unsplash.com/Ivan Vicente

Andrea Barrientos menceritakan kepada bagaimana dirinya dan komunitas lokal Lucanas menjadi petani yang mencukur bulu vikunya customer mereka satu-satunya, Loro Piana. Sayangnya, tidak ada benefit berarti bagi komunitas lokal karena mereka hanya menerima sekitar 280 USD untuk jumlah serat yang setara. Jumlah tersebut tentu tidak cukup saat terdapat aturan komunitas yang cukup “mencekik”.

Mengutip BOF, presiden terpilih komunitas petani Peru berwenang untuk memutuskan bagaimana menggunakan dan mendistribusikan kembali sumber daya komunitas. Di wilayah Lucanas sendiri, aturan yang berlaku adalah anggota komunitas harus bekerja secara gratis dalam pengumpulan, sedangkan orang luar dapat dibayar biasanya sekitar 20 USD sehari. Sampai sekarang, pihak Loro Piana tidak merespon hal ini.

Cara Pencukuran Bulu Vikunya

Vicuna

Vicuna/ Foto: Unsplash.com/mauro lima

Walaupun ada kekecewaan terkait upah, tak dipungkiri bahwa pekerja lokal mengagumi hewan yang sempat hampir punah tersebut, mulai dari kecepatan sampai kelincahannya. Hal itu pula yang membuat vikunya sulit ditangkap.

Penangkapan yang disebut ritual ‘chaccu’ dilakukan oleh para petani dengan cara membentangkan tali yang dipasangkan bendera plastik melingkari area sekitar 3 mil, lalu diperkecil sehingga vikunya tak punya ruang lari lagi selain harus berkumpul. 

Kemudian setiap vikunya akan diseleksi. Mereka yang woolnya pendek akan dilepaskan, sedangkan yang sudah cukup panjang akan dicukur. Umumnya proses ini berlangsung 2 hari sehingga ada vikunya yang terpaksa dikandangkan semalam tanpa makan dan minum.

Pekerja lokal menangkap vikunya setahun sekali dan mencukur bulunya setiap dua tahun. Frekuensi ini jauh yang disarankan yaitu setiap 4 tahun sekali sehingga berat wool setiap hewannya pun berkurang, dari 250 gram per hewan di tahun 1994 menjadi 150 gram saat ini.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE