Mengenal Sejarah Hirbawi, Pabrik Kufiya Terakhir di Palestina yang Berdiri Sejak 1961
Massa aksi bela Palestina kerap mengenakan kufiya atau keffiyeh. Ada yang memakainya sebagai syal di leher, sorban di kepala, hingga hijab.Â
Orang-orang dari seluruh dunia bisa membelinya di toko-toko muslim terdekat. Namun, tahukah kamu siapa produsen kufiya otentik Palestina?
![]() Kufiya/ Foto: instagram.com/hirbawi |
Setidaknya ada 30 pabrik kufiya yang beroperasi di Palestina pada tahun 1960-an. Namun kini hanya ada satu yang tersisa, itulah Hirbawi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah pabrik kufiya di Palestina semakin merosot, mulai dari kebijakan pasar bebas hingga pendudukan Israel. Lantas bagaimana Hirbawi bisa bertahan hingga saat ini?
Tetap Beroperasi Meski Tidak Ada Pesanan
Yasser Hirbawi/ Foto: instagram.com/hirbawi
Hirbawi didirikan oleh Yasser Hirbawi di Hebron pada tahun 1961. Dalam setahun, pabrik tersebut bisa menghasilkan 150.000 kufiya. Pada masa itu kepopuleran kufiya memang sedang meroket. Aktivis HAM Palestina, Yasser Arafat kerap mengenakan kufiya di berbagai pertemuan internasional hingga akhirnya dikenal luas oleh seluruh dunia dan menjadi fashion penuh makna.
Hebron atau dalam bahasa Arab dikenal dengan Al Khalil merupakan kota terbesar di Tepi Barat, Palestina. Di sana warga Palestina sering mengalami kekerasan dari ekstremis Israel. Melansir laman Hirbawi, pabrik mereka sederhana saja dan terletak di tengah-tengah pemukiman tersebut.
Saat mendirikan Hirbawi, Yasser yang berusia 33 tahun memiliki 15 mesin alat tenun yang dioperasikan oleh 25 pekerja. Yasser perlu waktu selama 9 tahun untuk mempelajari setiap bagian mesin tersebut. Pengerjaan satu kufiya memang penuh detail dan membutuhkan ketelitian tinggi.
![]() Foto: instagram.com/hirbawi |
Melansir laman GQ Middle East, industri kufiya di Palestina mengalami perubahan besar pada tahun 1993. Kebijakan pasar bebas memungkinkan kufiya bisa diimpor dari China dan negara lain dengan harga yang lebih murah jika dibanding impor dari Palestina. Alhasil, banyak pabrik kufiya di Palestina tutup karena penjualan terus menurun.
The National News juga melaporkan persaingan semakin ketat di era 2000-an, ketika merek besar seperti Balenciaga, American Apparel, dan Topshop merilis koleksi scarf seperti kufiya sebagai aksesori pakaian. Kufiya lokal Palestina pun kalah saing dengan produk asing yang membanjiri pasar dunia hingga masuk ke Jerusalem, kota 28 km dari Hebron.
Selama dua dekade, Hirbawi mengalami penurunan penjualan. Meski begitu, mereka tetap beroperasi bahkan ketika tidak ada pesanan, demi menjaga agar mesin tidak berkarat. Dari 15 alat tenun, kini mereka hanya mengoperasikan setengahnya saja.
![]() Kufiya/ Foto: Instagram.com/hirbawi |
Tahun 2010, di tengah ancaman hilangnya kufiya tradisional Palestina, pengecer internasional mulai membeli produk dari Hirbawi. Banyak perancang busana yang mengintegrasikan kain kufiya Hirbawi ke dalam koleksi mereka, sehingga Hirbawi semakin dikenal luas.
Tahun 2012, Hirbawi bekerja sama dengan MADEinPALESTINE.de, merek berbasis di Jerman, untuk kemudian bersama-sama merilis toko online kufiya.org. Penjualan Hirbawi naik kembali dan mereka mampu mempekerjakan 4 orang untuk pertama kalinya setelah 20 tahun.
Setelah Yasser Hirbawi meninggal dunia pada tahun 2018, pabrik kini dijalankan oleh tiga anaknya, yang memang sudah dilatih untuk meneruskan bisnis tersebut. Di era digital kini, Hirbawi pun mempromosikan produknya lewat media sosial Instagram dan TikTok.
Detail Kufiya Hirbawi
Kufiya Hirbawi/ Foto: instagram.com/hirbawi
Sejarah panjang kufiya dimulai dari Mesopotamia sejak 5000 tahun lalu, di wilayah Kufah Irak kini, yang kemudian menjadi salah satu ciri khas pakaian tradisional bangsa Arab. Di negara-negara Arab, kufiya hadir dengan nama yang berbeda-beda, begitu pula dengan motifnya.
Hirbawi tentu saja mempertahankan tiga motif khas Palestina, yakni daun zaitun, jaring ikan, dan garis tebal yang simbolis.
![]() Motif Kufiya Palestina/ Foto: kufiya.org |
Jaring ikan, yang sekilas tampak seperti kotak-kotak melambangkan koneksi orang-orang Palestina dengan laut. Ada juga yang menyebutnya lambang kolektivisme yang mengikat individu jadi satu kesatuan yang lebih luas dan kuat.
Sementara pohon zaitun yang berumur panjang dan menjadi komoditas ekonomi melambangkan ketahanan serta keterikatan mereka dengan tanah Palestina. Garis tebal melambangkan jalur perdagangan bersejarah yang melintasi wilayah Palestina.
![]() Saoirse Kufiya Hirbawi/ Foto: instagram.com/hirbawi.id |
Kufiya Hirbawi terbuat dari 85% benang katun dan 15% benang sintetis berkualitas. Setiap lembarnya berukuran 120 cm persegi. Selain warna hitam-putih, mereka juga merilis kufiya dalam warna-warna lain yang tak kalah simbolis. Di antaranya adalah Mandela kufiya yang terinspirasi dari warna pan-Afrika dan Saoirse (kebebasan) yang terinspirasi dari warna bendera Irlandia.
Selembar kufiya Hirbawi dibanderol seharga sekitar Rp395 ribu. Sistem pre-order hanya bisa dilakukan di situs kufiya.org. Sementara distributor resminya tersebar di beberapa negara seperti Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia.Â
![]() Kufiya Hirbawi/ Foto: instagram.com/hirbawi.id |
Melansir Instagram Hirbawi Indonesia, stok kufiya saat ini sangat terbatas karena produksi mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan baku yang impornya dibatasi. Meski begitu, banyak pelanggan tetap setia menanti ketersediaan produk untuk dikoleksi sekaligus membantu perekonomian warga Palestina.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!





