Napak Tilas Koleksi Dior Fall 2025 yang Gabungkan Seni Tenun Khas Jepang
Dior kembali menegaskan relasi panjang dan mendalam dengan budaya Jepang melalui sebuah peragaan busana spektakuler yang digelar di taman kuil Toji. Lokasi bersejarah yang berdiri sejak tahun 796 itu menjadi panggung terbuka bagi koleksi Fall 2025 karya Maria Grazia Chiuri. Fashion Show ini menyuguhkan visual yang memadukan keanggunan ready-to-wear dalam sentuhan haute couture bernuansa tradisi timur.
Pertunjukan ini juga bukan hanya tentang mode, tapi momen "pulang kampung" dari sebuah perjalanan spiritual dan simbolis ke akar hubungan Dior dengan Jepang sejak era Christian Dior. Mulai dari siluet yang terinspirasi kimono hingga kolaborasi nyata dengan pengrajin tekstil Kyoto. Setiap detail dalam koleksi ini menandakan dedikasi Chiuri terhadap pertemuan dua dunia yang saling melengkapi yaitu kemewahan Paris dan ketelitian Jepang.
Lokasi Sakral
Koleksi Dior Fall 2025/Foto: Instagram.com/Dior
Toji Temple memiliki arsitektur pagoda yang megah dan taman-taman berbatu yang tenang. Sebuah lokasi yang tidak biasa untuk sebuah fashion show. Namun, di tangan Dior, tempat ini menjelma menjadi panggung magis di mana para tamu melintasi jembatan kayu kecil dan jalan setapak berkerikil, diterangi cahaya remang kota Kyoto. Suasana syahdu diperkuat dengan alunan biola Liliyo Tsujimura Fondecave yang membawakan komposisi Philip Glass.
Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan. Kuil Toji bukan hanya simbol sejarah Kyoto, tetapi juga cerminan dari ketenangan, keseimbangan, dan spiritualitas. Di tengah arsitektur yang sarat makna, peragaan busana berlangsung sebagai bentuk penghormatan pada tradisi, bukan sekadar pertunjukan tren.
Siluet Longgar, Warna Tenang, dan Sentuhan Kimono Modern
Koleksi Dior Fall 2025/Foto: Instagram.com/Dior
Koleksi Fall 2025 tampil dalam palet warna gelap dan lembut. Kombinasi dari hitam, abu-abu, biru tua, dan kilau perak yang mencerminkan kedalaman sekaligus ketenangan.
Siluet longgar mendominasi koleksi. Mulai dari gaun ringan berbahan sutra transparan hingga jaket dan celana berpotongan lebar yang membebaskan gerak. Beberapa tampilan dibalut dengan teknik seperti kimono yang membentuk kesan siluet tenang namun berkarakter kuat.
Aksen-aksen khas Jepang dihadirkan secara halus seperti obi yang dimodernisasi dengan detail logam dan sandal "geta-inspired" yang melilit pergelangan kaki dengan pita satin merah. Bahkan pada potongan denim, Chiuri tetap menghadirkan esensi elegan lewat tailoring rapi dan styling yang effortless.
Kolaborasi dengan Tatsumura Textile
Koleksi Dior Fall 2025/Foto: Instagram.com/Dior
Salah satu titik tertinggi dalam koleksi ini adalah kolaborasi eksklusif dengan Tatsumura Textile. Sebuah rumah tenun tradisional asal Kyoto yang telah berdiri sejak 1894. Atelier ini dulunya juga adalah partner Christian Dior pada tahun 1953, ketika sang pendiri memilih brokat metalik mereka untuk koleksi haute couture. Kini, hubungan bersejarah itu kembali dihidupkan oleh Maria Grazia Chiuri dengan semangat baru.
Proses pengerjaan kolaborasi ini memakan waktu hampir satu tahun, melibatkan serangkaian prototipe untuk mencapai hasil akhir yang sesuai visi Dior. Iku Tatsumura, presiden perusahaan, menjelaskan bagaimana kain perak yang awalnya terlalu mengilap dimodifikasi agar tampak lebih lembut dan kontemporer. Nuansa biru tua pun disesuaikan dengan sentuhan abu-abu agar terasa lebih ringan, sejalan dengan gaya Dior yang elegan namun modern.
Warisan Dior dan Cinta Lama pada Jepang
Koleksi Dior Fall 2025/Foto: Instagram/Dior
Hubungan Dior dengan Jepang bukan hal baru. Pada tahun 1952, Christian Dior menamai salah satu siluetnya ‘Tokio’. Pada 1953, Ia menjadi couturier pertama yang menggelar pertunjukan di Jepang.
Koleksi-koleksinya kala itu menghadirkan nama-nama seperti ‘Japan Japanois’ dan ‘Outamaro’. Sebuah bukti nyata kekagumannya terhadap budaya Negeri Sakura. Bahkan, Putri Michiko, yang kemudian menjadi Permaisuri Jepang, mengenakan rancangan Dior dalam upacara pernikahannya pada 1959.
Warisan ini dilanjutkan oleh para penerus Dior. Marc Bohan menggelar show di Tokyo pada 1971 dengan inspirasi dari teater Kabuki, sementara John Galliano menghadirkan koleksi haute couture bertema Madame Butterfly dan The Great Wave of Kanagawa pada 2007. Kini, Maria Grazia Chiuri menyatukan masa lalu dan masa kini dalam satu narasi yang elegan, penuh penghormatan, dan penuh makna.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!