Tinkerlust Rilis Laporan Terkait Gaya Hidup dan Kesadaran Masyarakat Mengenai Sustainable Fashion
Sustainability di industri fashion bukan lagi sekadar proyek sosial, tapi adalah model bisnis sekaligus pola konsumsi yang harus segera diterapkan. Hal ini pula tampaknya yang mendasari Tinkerlust untuk mengadakan Tinkerlust Fashion Summit 2022 pada 15 November 2022 di Hotel Alila, Jakarta.
Mengundang para pelaku industri fashion, aktivis yang bergerak di bidang gaya hidup ramah lingkungan serta konsumen dan media, acara ini tak hanya membahas perkembangan sustainability tapi juga Tinkerlust Impact Report 2022 - Unlocking Fashion Sustainability & Circular Economy.
Tinkerlust Impact Report 2022 ini berisi hasil riset dari tim Tinkerlust mengenai dampak jangka panjang fashion terhadap lingkungan dan sosial.
Sejumlah pakar fashion dan narasumber lainnya yang hadir seperti Irma Yunita (Corporate Affairs Director Uniqlo), Amanda Zahra Marsono (Head of Public Relations & Marketing Zero Waste Indonesia), Tara Ainun Adila (Team Leader Slow Fashion Indonesia), dan juga Tasya Kamila (Public Figure dan Founder Green Movement Indonesia).
Tinkerlust Fashion Summit 2022/ Foto: Tinkerlust |
Membahas dari berbagai sisi dari brand maupun konsumen, hal yang bisa ditarik panel diskusi ini adalah penerapan gaya hidup ramah lingkungan sangatlah urgensi dan bisa dilakukan dari sesimpel menerapkan pola slow consumption dan berbelanja preloved sebagai bagian dari praktik circular economy.
Membeli barang preloved sekaligus menjual koleksi fashion milikimu yang sudah jarang terpakai bisa jadi cara sederhana.
Tinkerlust Fashion Summit 2022/ Foto: Tinkerlust |
Urgensi dalam penerapan pola konsumsi fashion yang lebih bijak bisa terlihat dari salah satu survei Tinkerlust pada laporannya.
Dari 665 responden di Indonesia yang terlibat, sekitar 58% responden lebih suka membeli produk baru dibandingkan dengan barang bekas/preloved dan 63,46% lebih memilih membeli produk fast fashion karena dianggap lebih murah dan gayanya lebih masa kini, walaupun mereka sadar bahwa perilaku fast fashion ini dapat mengakibatkan penumpukan barang-barang.
Amelia Bunjamin (Content Creator), Samira Shihab (CEO Tinkerlust), Aliya Amitra (COO Tinkerlust) setelah menjelaskan Tinkerlust Impact Report 2022 - Unlocking Fashion Sustainability & Circular/ Foto: Tinkerlust |
Bagi Aliya Amitra dan Samira Shihab selaku Founders, Tinkerlust bukan hanya sebagai platform berbisnis preloved tapi juga medium untuk menyebarkan awareness akan pentingya fashion ramah lingkungan.
Tak hanya lewat acara konferensi, Tinkerlust juga pernah menggandeng para desainer lokal untuk melakukan daur ulang dan juga mempermudah akses bagi masyarakat untuk menjual preloved mereka dengan menawarkan layanan seperti drop and save serta antar jemput barang.
Bahkan melihat tren masyarakat yang sejak pandemi menjual preloved mereka di Instagram, alih-alih menganggap sebagai kompetitor justru Tinkerlust ingin memfasilitasi mereka.
"Kita sebagai partner malah ingin merangkul mereka dan menawarkan service untuk platform jualan. In terms of platform, client based kita jauh lebih luas. Dengan berjualan di Tinkerlust mereka juga jadi punya metode pembayaran lebih banyak ke konsumen dan dapat eksposur. Tak hanya itu dari segi pengiriman pun kita bantu," terang Aliya kepada Beautynesia.
Klik halaman selanjutnya untuk cerita Tinkerlust dan tren bisnis preloved ke depannya.
Company Culture dan Tren Ke Depan Bisnis Preloved
Foto: Tinkerlust
Seiring dengan perkembangan teknologi dan kesadaran masyarakat, definisi sekaligus standar sustainability terus meluas. Salah satunya adalah kesejahteraan dan pemberdayaan pekerja.
Hal ini juga turut diimplementasikan oleh Tinkerlust dalam company culture. Sebagai perusahaan yang didominasi pekerja perempuan, Aliya dan Samira juga memahami bahwa para pegawainya tersebut juga punya tanggung jawab lainnya di luar kantor.
“90 persen pegawai kami adalah perempuan. At one point bahkan pernah 100 persen perempuan. Kami memahami bahwa mereka juga punya tugas dan kebutuhan lain, baik itu sebagai istri dan Ibu. Sebagai perusahaan startup kami juga selalu encourage mereka untuk berani speak up,” ujar Aliya.
Berbicara perkembangan bisnis preloved, di ranah internasional belakangan sedang terjadi fenomena menarik. Jika awalnya brand mewah menganggap para reseller ini sebagai rival, maka justru belakangan jadi rekanan.
Contohnya adalah kerja sama Gucci dengan situs The RealReal dan Alexander McQueen bersama Vestiaire Collective. Adakah sinergi ini berkelanjutan dan jadi tren bisnis luxury dan preloved ke depannya?
“It is part of the future” ujar Samira kepada Beautynesia. Samira yang juga jadi CEO Tinkerlust menambahkan tiap luxury brand punya cara masing-masing dalam menerapkan sustanaibility seperti Prada yang punya lini daur ulang bernama Re-Nylon.
Adanya proyek kerja sama antara luxury brand dengan reseller tak hanya jadi cara lain tapi juga menunjukkan akan kesadaran mereka mengenai isu sustainable fashion itu sendiri.
Pada akhirnya, tanggung jawab akan fashion yang berkelanjutan memang diemban oleh semua pihak. Dari brand dan manufaktur selaku produsen, konsumen, dan juga reseller.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Tinkerlust Fashion Summit 2022/ Foto: Tinkerlust
Tinkerlust Fashion Summit 2022/ Foto: Tinkerlust
Amelia Bunjamin (Content Creator), Samira Shihab (CEO Tinkerlust), Aliya Amitra (COO Tinkerlust) setelah menjelaskan Tinkerlust Impact Report 2022 - Unlocking Fashion Sustainability & Circular/ Foto: Tinkerlust