Tren Sustainability Masih Ramai, Gini Cara Kamu Dukung Fashion Berkelanjutan

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Senin, 13 Jan 2025 12:30 WIB
Overconsumption oleh Konsumen Jadi Sorotan
Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/Ron Lach

Tren fashion tak semata membicarakan model dan warna pakaian seperti apa yang hits setiap musimnya. Namun seiring dengan naiknya kewaspadaan akan perubahan iklim, fashion dalam praktiknya juga turut jadi sorotan. Mulai dari produksi dan pemilihan bahan baku oleh penjual sampai bagaimana konsumen turut mendukung fashion yang ramah lingkungan.

Konsep sustainable fashion (fashion berkelanjutan) pun tergaungkan dalam beberapa tahun ke belakang. Tahun ini, tren fashion tidak mendepak konsep berkelanjutan tersebut. Dalam laporan State of Fashion 2025 oleh Business of Fashion dan McKinsey, sustainability collective bahkan masuk dalam tema yang mendefinisikan fashion tahun ini. Sayangnya, ada tantangan yang harus dilalui bisnis fashion, seperti penurunan daya beli masyarakat, sehingga perlu ada usaha kolektif untuk mencapai gol berkelanjutan, termasuk dari kamu sebagai konsumen, Beauties.

Bahaya Fashion bagi Lingkungan

Ilustrasi belanja

Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/cottonbro studio

Sebelum kamu ikutan berkontribusi, kamu perlu tahu apa saja sih dampak fashion terhadap lingkungan? Dari keseluruhan prosesnya, fashion menyumbang emisi yang cukup besar, Beauties. Ini menjadi salah satu sisi gelap fashion, terlebih fast fashion yang mengganti koleksi penjualan pakaiannya dengan cepat.

Pertama, proses produksi pakaian yang merusak alam. Melansir dari situs European Parliament, konsumsi tekstil dari negara-negara EU meninggalkan jejak karbon 270 kg di tahun 2020. Produksi tekstil diperkirakan bertanggung jawab atas sekitar 20% pencemaran air bersih global dari proses pewarnaan produk sampai penyelesaian. Selain itu, pencucian bahan sintetis, seperti poliester, akan melepaskan ratusan ribu mikroplastik yang dapat berakhir di rantai makanan.

Bahan sintetis yang dijual relatif murah akan dibuat menjadi pakaian yang terjangkau pula. Ketika diproduksi secara massal dengan harga miring, siapa yang tidak tergiur untuk membelinya? Nah dari segi konsumen, pakaian murah ini dapat memicu pembelian berlebihan (overconsumption). Coba ingat-ingat Beauties, pernahkah kamu membeli pakaian dengan hanya karena harganya murah, tapi belum tentu kamu pakai? Atau kamu pakai, tapi pakaian tersebut cepat rusak atau usang, sehingga kamu tidak memakainya lagi? Pada akhirnya, pakaian tersebut dibuang atau disumbangkan. Namun apakah pemilik berikutnya akan pakai pakaian usangmu itu? 

Overconsumption itu pun membawa kita pada bahaya selanjutnya: penumpukan limbah tekstil di pembuangan. Perlu kamu ketahui bahwa nggak semua bahan pakaian mudah hancur, Beauties, terlebih pakaian berbahan sintetis. Pakaian yang sulit terurai pada akhirnya akan menumpuk di pembuangan.

Overconsumption oleh Konsumen Jadi Sorotan

Ilustrasi sustainable fashion

Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/Ron Lach

Melansir dari laman Earth, sebanyak 92 juta ton limbah tekstil berakhir di tempat pembuangan setiap tahunnya. Jika tidak ada perubahan, limbah tekstil diprediksi akan meningkat sampai 134 juta ton per tahun di akhir dekade. 

Saking mengkhawatirkannya kondisi ini, kampanye mengurangi konsumsi pakaian selalu digaungkan, Beauties. Salah satunya dilakukan oleh Vogue Taiwan edisi Januari 2025 yang menyoroti konsumsi fashion berlebihan ini. Dengan tajuk “Never Enough” (Tidak Pernah Cukup), Vogue Taiwan mengangkat bagaimana overconsumption jadi tantangan penting yang harus dilalui konsumen.

[Gambas:Instagram]

Kotor, berantakan, dan menimbulkan rasa tidak nyaman didapat dari potret editorial hasil jepretan fotografer Zhong Lin tersebut. Bagaimana tidak? Tubuh model, Zoe Fang, tertutup sepenuhnya oleh gaun berbobot 30 kg, tersusun atas pakaian daur ulang dan tanah pertanian yang bisa digunakan kembali. 

[Gambas:Instagram]

Potret dan impresi yang didapatkan tepat merepresentasikan bagaimana overconsumption memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan menjadi pengingat bagi kita sebagai konsumen untuk mengontrol apa yang kita beli.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Ilustrasi sustainable fashion

Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/cottonbro studio

Menggapai gol sustainable fashion nggak semata dilakukan bisnis fashion itu sendiri, tapi juga kita sebagai konsumen, Beauties. Nah, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk ikut berkontribusi menuju fashion yang lebih ramah lingkungan:

  1. Utamakan beli pakaian preloved. Ada banyak pakaian preloved yang masih dalam kondisi bagus, bahkan kualitasnya lebih bagus dibandingkan produk baru. Jadi jika kamu ingin beli baju baru, kamu bisa cari outfit preloved terlebih dahulu.

  2. Kurangi beli pakaian. Beli pakaian preloved bukan berarti kamu bisa impulsif dan beli sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin alias overconsumption. Kamu tetap harus membatasi belanja dan memanfaatkan apa yang sudah ada di lemari terlebih dahulu.

  3. Hanya beli pakaian yang benar-benar kamu butuhkan dan kamu inginkan, dengan kualitas terbaik agar bisa dipakai berulang kali.

  4. Beli dari brand lokal. Selain mendukung bisnis kecil dan perekonomian lokal, kamu juga mengurangi emisi karbon dari proses pengiriman.

  5. Pilih pakaian dengan bahan organik, yakni serat alami yang mudah terurai.

  6. Beli dari brand yang punya jasa reparasi, sehingga jika ada kerusakan, kamu bisa memperbaikinya, dibandingkan beli baru.

  7. Bertukar pakaian dengan teman atau tetangga jika bosan dengan pakaian yang kamu miliki.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE