2 Tanda Kamu Terlalu Berkorban dalam Hubungan, Saatnya Stop Overgiving!

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Kamis, 02 Oct 2025 20:30 WIB
2 Tanda Kamu Terlalu Berkorban dalam Hubungan, Saatnya Stop Overgiving!
Pernah merasa seperti kamu selalu jadi orang yang paling banyak memberi dalam hubungan? Menurut para ahli, overgiving berarti kamu memberi lebih dari yang sehat atau seimbang bukan hanya waktu, tenaga, dan perhatian, tapi juga emosi, kesabaran, bahkan kesempatan kedua./ Foto: freepik.com

Pernah merasa seperti kamu selalu jadi orang yang paling banyak memberi dalam hubungan, tapi jarang mendapatkan hal yang sama? Istilahnya, kamu mungkin seorang overgiver

Menurut para ahli, overgiving berarti kamu memberi lebih dari yang sehat atau seimbang bukan hanya waktu, tenaga, dan perhatian, tapi juga emosi, kesabaran, bahkan kesempatan kedua. Masalahnya, semua ini sering mengorbankan batasan diri sendiri.

Penelitian tahun 2014 terhadap 795 pasangan menikah menemukan bahwa persepsi tentang usaha masing-masing pasangan sangat mempengaruhi kualitas pernikahan dan risiko perceraian. Usaha dalam hubungan ternyata bukan hanya soal tindakan satu pihak saja, tapi juga saling mempengaruhi kepuasan kedua belah pihak.

Lalu, bagaimana cara tahu kalau kamu sudah terjebak dalam siklus overgiving? Berikut dua tanda utama menurut penelitian yang perlu kamu perhatikan!

1. Merasa Kesal atau Penuh Dendam dalam Hubungan

Merasa Kesal atau Penuh Dendam dalam Hubungan/ Foto: freepik.com/drobotdean

Penelitian mengungkap bahwa terlalu banyak berkorban dalam hubungan bisa memicu rasa kesal yang berujung pada hubungan tidak sehat. Self-reflection penting supaya kamu bisa membedakan antara memberi dari cinta atau dari ketakutan ditinggalkan./ Foto: freepik.com/drobotdean

Penelitian tahun 2022 dengan 72 partisipan menunjukkan bahwa banyak orang rela berkorban demi pasangannya, bahkan ketika tidak ada imbalan balik. Contohnya, dalam sebuah eksperimen, mereka rela menahan rasa sakit hanya demi orang yang mereka cintai. 

Ini membuktikan bahwa pengorbanan dalam cinta sering tidak bersifat transaksional. Namun, ketika pengorbanan ini selalu satu arah dan tidak dihargai, lama-lama akan muncul rasa kesal, lelah, bahkan bisa mengubah cinta jadi kebencian. 

Banyak overgiver yang berpikir, “Kalau aku mencintaimu sepenuh hati, mungkin kamu akan mencintaiku dengan cara yang sama.” Sayangnya, ini sering berujung pada hubungan yang tidak seimbang

Kalau kamu mulai merasa lelah secara emosional tapi tetap memaksakan diri untuk terus memberi, itu tanda kamu harus berhenti sejenak. Coba refleksikan dengan pertanyaan berikut:

  • Apakah aku memberi karena tulus atau berharap mendapatkan cinta balik?
  • Apakah setelah memberi aku merasa bahagia atau justru kosong?

Self-reflection ini penting supaya kamu bisa membedakan antara memberi dari cinta atau dari ketakutan ditinggalkan.

2. Sering Merasa Harus Membuktikan Diri

Studi terbaru mengungkap ketakutan terbesar dalam hubungan yang sering memicu pola berlebihan seperti overcompensating./ Foto: freepik.com/yanalya

Studi terbaru mengungkap ketakutan terbesar dalam hubungan yang sering memicu pola berlebihan seperti overcompensating./ Foto: freepik.com/yanalya

Penelitian tahun 2025 di Behavioral Sciences terhadap lebih dari 1.000 anak muda menemukan bahwa ketakutan terbesar dalam hubungan adalah rasa takut tidak cukup baik bagi pasangan, diikuti ketakutan kehilangan kebebasan dan takut disakiti. Menariknya, bagi para overgiver, ketakutan ini sering memicu overcompensating, yaitu memberi berlebihan untuk membuktikan diri layak dicintai.

Contohnya, ketika pasangan mulai menjauh, alih-alih berkomunikasi, overgiver justru memberi lebih banyak lagi demi mendapatkan perhatian. Padahal, pola ini tidak sehat. 

Coba tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah aku melakukan ini karena cinta atau karena takut kehilangan?
  • Apakah aku masih akan melakukan ini kalau merasa aman dalam hubungan?

Kalau jawabannya tidak, berarti sudah waktunya berhenti dan fokus membangun keseimbangan.

Kunci untuk menghentikan pola ini adalah self-awareness. Dengan belajar menyeimbangkan memberi dan menerima, kamu tidak hanya menjaga kesehatan emosionalmu, tapi juga menciptakan hubungan yang lebih stabil dan bahagia.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE