3 Alasan Persahabatan di Usia Dewasa Sering Terasa Sepi Menurut Psikolog

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Senin, 13 Oct 2025 10:00 WIB
3 Alasan Persahabatan di Usia Dewasa Sering Terasa Sepi Menurut Psikolog
Mencari teman baru di usia dewasa sering terasa sulit karena kesibukan dan perubahan hidup. Namun, penelitian menunjukkan persahabatan tetap penting untuk kesehatan mental dan kebahagiaan./ Foto: freepik.com

Saat kecil atau remaja, sekolah memberikan banyak kesempatan untuk bertemu orang-orang yang memiliki minat sama dan melakukan aktivitas bersama. Namun, seiring bertambahnya usia, banyak persahabatan yang perlahan memudar.

Orang mulai sibuk dengan perjalanan hidup masing-masing, mencari pasangan, pindah kerja, merantau ke luar negeri, atau bahkan berubah menjadi pribadi yang berbeda. Di tengah semua perubahan itu, mudah sekali kehilangan kontak dengan teman lama. 

Meski begitu, nilai memiliki sahabat sejati dalam hidup kita tidak pernah berkurang. Justru, semakin dewasa seseorang, semakin penting keberadaan lingkaran sosial yang suportif.

Menurut berbagai penelitian, banyak orang dewasa melaporkan merasa kesepian secara tak terduga dan merindukan lingkaran sosial yang dulu terasa mudah terbentuk. Lalu, mengapa membuat teman baru di usia dewasa terasa sulit, dan bagaimana cara mengubahnya?

1. Menunggu Orang Lain untuk Memulai

Banyak orang dewasa enggan memulai percakapan, padahal interaksi kecil bisa mengurangi rasa kesepian. Menurut penelitian, bahkan percakapan santai dengan orang asing mampu meningkatkan rasa kebersamaan./ Foto: freepik.com

Banyak orang dewasa enggan memulai percakapan, padahal interaksi kecil bisa mengurangi rasa kesepian. Menurut penelitian, bahkan percakapan santai dengan orang asing mampu meningkatkan rasa kebersamaan./ Foto: freepik.com

Menurut penelitian, percakapan santai dengan orang asing atau kenalan justru bisa memberikan dampak besar bagi kesehatan mental. Taylor West, penulis utama studi tahun 2024 yang diterbitkan dalam The Journal of Positive Psychology, mengatakan bahwa interaksi kecil dengan orang asing ternyata membuat kita merasa lebih terhubung dengan masyarakat dan memberi rasa memiliki.

West juga menemukan bahwa kualitas interaksi dengan orang asing berhubungan dengan penurunan rasa kesepian serta peningkatan kesehatan mental, sebanding dengan manfaat dari hubungan dekat. Jika kamu tipe introvert atau merasa sulit untuk memulai interaksi, ada beberapa langkah kecil yang bisa dilakukan:

  1. Datangi tempat yang rutin dikunjungi orang dengan minat yang sama, misalnya klub membaca, kelas keramik, gym, atau acara komunitas.
  2. Mulai percakapan ringan, tunjukkan ketertarikan, dan dengarkan cerita mereka. Rasa ingin tahu yang tulus biasanya membuat orang lain lebih terbuka.
  3. Setelah beberapa kali bertemu, coba ajak mereka ke aktivitas sederhana seperti ngopi, jalan santai, atau makan bareng.

Semakin sering kamu hadir di tempat yang sama dan konsisten membangun interaksi kecil, lama-lama kehadiranmu akan terasa familiar, dan dari situlah persahabatan baru bisa tumbuh secara alami.

2. Terlalu Kaku dalam Menjalin Koneksi

Terlalu Kaku dalam Menjalin Koneksi/ Foto: freepik.com

Persahabatan dewasa tidak harus intens, tetapi konsistensi kecil justru lebih berarti. Studi psikologi membuktikan kualitas hubungan dan perhatian sederhana dapat meningkatkan kesejahteraan./ Foto: freepik.com

Banyak orang dewasa masih berpegang pada standar persahabatan masa muda, seperti sering bertemu atau selalu intens berkomunikasi. Padahal, realitanya berbeda. Jadwal yang padat dan prioritas yang bergeser membuat hubungan pertemanan harus lebih fleksibel.

Menjaga persahabatan tidak selalu berarti harus bertemu setiap minggu. Hal kecil seperti berbagi video lucu, mengirim pesan singkat saat teringat, atau menelepon sesekali bisa sangat berarti. Menurut Frontiers in Psychology tahun 2023, kualitas persahabatan dan waktu bersama teman adalah prediktor kuat kesejahteraan mental seseorang.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah jumlah teman, reaksi positif teman ketika kita berbagi kabar baik, dukungan terhadap kemandirian, serta konsistensi dalam menjaga hubungan. Persahabatan memberikan rasa dihargai, unik, dan mampu memenuhi kebutuhan psikologis dasar.

3. Berusaha Mengontrol Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan

Berusaha Mengontrol Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan/ Foto: freepik.com

Ekspektasi berlebihan sering membuat persahabatan terasa mengecewakan. Penelitian menunjukkan fleksibilitas dan penerimaan justru membantu hubungan lebih awet dan sehat./ Foto: freepik.com

Salah satu penyebab persahabatan di usia dewasa terasa menyedihkan adalah karena adanya ekspektasi tersembunyi. Misalnya, berharap teman selalu cepat membalas pesan, mengajak hangout lebih dulu, atau menunjukkan perhatian seperti yang kita lakukan.

Padahal, kenyataannya kita tidak bisa mengatur cara orang lain hadir dalam hubungan. Semakin kita menggantungkan rasa terhubung pada respons mereka, semakin besar potensi kekecewaan.

Studi tahun 2022 yang diterbitkan di Advances in Life Course Research menemukan bahwa seiring bertambahnya usia, persahabatan cenderung menjadi lebih homogen, teman biasanya memiliki kesamaan dalam gender dan tingkat pendidikan, meski usia tidak selalu sama. Artinya, kita memang secara alami tertarik pada orang-orang yang serupa.

Kunci persahabatan dewasa adalah mengarahkan ekspektasi ke dalam diri sendiri. Alih-alih menuntut, coba tanyakan:

  • Apakah saya sudah berusaha menghubungi lebih dulu?
  • Apakah saya memberi ruang ketika teman sedang sibuk?
  • Apakah saya mampu menerima bahwa hubungan bisa naik turun seiring waktu?

Pada akhirnya, persahabatan dewasa bukan tentang kuantitas atau intensitas, tetapi tentang kehadiran yang tulus, rasa dihargai, dan kemampuan saling memahami.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE