Pernahkah kamu merasa bahwa komentar orang lain seakan lebih kuat dari suara hatimu sendiri? Fenomena ini sebenarnya punya dasar ilmiah, yakni otak manusia yang memang dirancang untuk lebih peka terhadap informasi negatif sehingga satu kritik bisa terasa jauh lebih berat dibanding sepuluh pujian. Pada sebagian orang, kerentanan ini makin besar karena faktor kepribadian maupun pengalaman masa lalu yang membentuk respons emosional.
Artikel yang dilansir dari Calm ini hadir bukan sekadar memberi tips mengatasi baper, melainkan juga menawarkan pendekatan transformatif untuk mengubah cara kita merespons luka kecil yang ditimbulkan oleh kata-kata. Tujuannya sederhana, salah satunya membangun resiliensi emosional jangka panjang agar harga diri kita tak lagi mudah goyah oleh komentar yang lewat begitu saja.
Mengelola Emosi
Tips mengatasi baper melibatkan penilaian ulang situasi agar bisa melihatnya dari perspektif yang lebih objektif/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev |
Mengelola emosi bukan hanya soal menahan amarah atau berpura-pura tenang, melainkan juga tentang bagaimana kita memandang sebuah keadaan. Salah satu cara biar nggak baper yang terbukti efektif adalah dengan melatih cognitive reframing.
Teknik cognitive reframing mengajarkan kita untuk mengubah cara pandang terhadap situasi yang menekan atau membuat kita kesal. Misalnya, ketika menghadapi kritik, alih-alih langsung merasa diserang, kita bisa mencoba melihatnya sebagai masukan yang membantu untuk berkembang.
Dengan menilai ulang peristiwa dari sudut pandang yang lebih objektif, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk merespons dengan lebih bijak, bukan sekadar bereaksi secara emosional. Perlahan, kemampuan ini akan membuat kita lebih stabil, lebih seimbang, dan tidak mudah terbawa arus perasaan yang berlebihan.