3 Wilayah Ini Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia, Ada yang Cuma 1 Minggu!
Baru-baru ini viral di media sosial soal Jakarta yang sudah tidak lagi berstatus Ibu Kota. Baleg DPR misalnya yang mengatakan UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara habis statusnya pada 15 Februari lalu. Hal itu merupakan implikasi dari UU tentang Ibu Kota Negara (UU IKN) yang telah diundangkan sejak 15 Februari 2022, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.
Namun, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Dini Shanti Purwono menegaskan DKI Jakarta masih berstatus sebagai Ibu Kota Indonesia hingga saat ini. Dini menjelaskan terdapat ketentuan peralihan yang menyebutkan fungsi, dan peran Ibu Kota Negara tetap berada di DKI Jakarta sampai dengan tanggal ditetapkannya pemindahan IKN dari DKI Jakarta ke IKN Nusantara lewat Keputusan Presiden (Keppres).
Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang telah ditetapkan sejak 17 Agustus 1945. Namun, dalam perjalanannya terjadi beberapa kali pemindahan ibu kota ke luar Jakarta. Dilansir dari detikEdu, berikut ini beberapa wilayah yang pernah jadi ibu kota Indonesia!
Yogyakarta
Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta./Foto: Humas Pemda DIY
Setelah Indonesia merdeka, Netherlands Indies Civil Administration (NICA) sudah memasuki Jakarta, tepatnya pada 29 September 1945. Di sisi lain, masih ada sisa-sisa tentara Jepang yang belum ditarik.
Kondisi ini membuat Jakarta semakin tak kondusif. Akhirnya pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengkubuwono IX saat itu menyarankan agar Ibu kota RI dipindahkan sementara ke Yogyakarta.
Sehari kemudian, rombongan Presiden Soekarno tiba di Yogyakarta untuk proses perpindahan ibu kota. Setelah resmi, pusat pemerintahan untuk sementara dikendalikan dari Gedung Agung Yogyakarta yang berperan menjadi istana kepresidenan.
Yogyakarta menjadi ibukota negara hingga 27 Desember 1949.
Bukittinggi
Bukittinggi/Foto: Rifkianto Nugroho
Pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta tidak serta merta membuat kondisi negara menjadi stabil. Apalagi, Yogyakarta sempat jatuh ke tangan Belanda.
Akhirnya, pada 19 Desember 1948, ibu kota dipindahkan dari Yogyakarta ke Bukittingi, Sumatera Barat. Alasannya karena Presiden, Wakil Presiden dan sejumlah petinggi negara ditawan dan diasingkan ke luar Jawa.
Berdasarkan hasil rapat kabinet sebelum serangan tersebut terjadi, Presiden dan Wakil Presiden memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran, Sjafruddin Prawiranegara yang ketika itu berada di Bukittinggi untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera.
Bireuen
Kantor Bupati Bireuen/Foto: Istimewa/Dok. Pemkab Bireuen
Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang karena perannya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Bahkan menurut keterangan tokoh-tokoh setempat, Bireuen disebut pernah menjadi ibu kota RI yang ketiga meski hanya selama seminggu, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan penjajah dalam agresi Belanda.
Dilansir dari detikSumut, Bireuen menjadi ibu kota pada tanggal 18 Juni 1948 tepat pada saat Agresi Militer Belanda II (1947-1948). Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang semula menetap di Kota Bukittinggi berpindah lokasi ke Kabupaten Bireuen.
Alasan lain mengapa Bireuen mendapat julukan Kota Juang karena daerah Aceh, Bireuen khususnya, diketahui adalah daerah yang sulit dikuasai penjajah. Portugis masuk ke Malaka pada tahun 1511 M, kemudian disusul kedatangan Belanda secara de facto.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!