5 Ciri Atasan Melakukan "Micromanagement", Bikin Ritme Kerja Terganggu!
Micromanagement atau manajemen mikro adalah gaya kepemimpinan di mana atasan mengontrol pekerjaan bawahannya secara ekstrem. Alih-alih baik untuk kedua pihak, adanya perilaku itu termasuk dalam kriteria atau ciri atasan toksik.Â
Manajemen mikro bisa merusak hubungan kerja antara atasan dan bawahan. Mengutip Breathe, gaya kepemimpinan ini juga bisa menurunkan produktivitas kerja hingga menimbulkan efek panjang stres, cemas, dan depresi. Ada istilah untuk menyebut atasan yang mempraktikkannya, yakni micromanager.Â
Sebenarnya, apa saja ciri-ciri atasan melakukan micromanagement? Dilansir dari Breathe, berikut adalah penjelasannya.Â
1. Menolak Mendelegasikan Pekerjaan
Ilustrasi perempuan sedang bekerja di kantor /Foto: Pexels/Tima Miroshnichenko
Ciri yang pertama adalah atasan menolak mendelegasikan pekerjaan. Ia kesusahan untuk membagi tugas kepada anggota timnya.Â
Ini akan membuat anggota tim menjadi tidak percaya diri dalam melakukan pekerjaan mereka. Di sisi lain, atasan akan kewalahan dengan berbagai tugas yang menumpuk. Padahal, tugas itu bisa dibagi ke tim agar proyek berjalan lancar.
2. Setiap Tugas Kerja Perlu Persetujuannya
Ilustrasi atasan sedang menandatangani dokumen /Foto: Pexels/ Sora Shimazaki
Pernah atau sedang memiliki atasan yang sedikit-sedikit perlu persetujuan? Tidak dipungkiri, setiap pekerjaan pasti butuh persetujuan atasan. Namun, jika levelnya sudah ekstrem, hal ini tentu mengganggu produktivitas kerja dan menurunkan kepercayaan diri.Â
3. Menanyakan Progres Kerja Secara Ekstrem
Ilustrasi perempuan sedang mengobrol lewat ponsel di kantor /Foto: Pexels/ Tima Miroshnichenko
Manajer memang memiliki hak untuk menanyakan progres proyek yang sedang dilakukan oleh timnya. Jika ia terlalu terobsesi menanyakan progres, itu juga merupakan ciri atasan melakukan micromanagement.
Bayangkan, anggota tim harus selalu menginformasikan detail progres kerja kepada atasannya setiap saat. Banyak waktu yang terbuang karenanya dan konsentrasi akan buyar. Sehingga, tak sedikit yang merasa tertekan ketika mengalaminya. Belum lagi akan berefek ke hasil kerja yang tidak maksimal.
4. Instruksi yang Terlalu Rumit
Ilustrasi manajer dan anggota tim /Foto: Pexels/Sora Shimazaki
Micromanager juga sering membuat instruksi pekerjaan menjadi rumit. Sebab, ia terobsesi dengan detail kecil dalam setiap pekerjaan.Â
Instruksi yang berbelit-belit akan membuat anggota tim kebingungan dan kewalahan. Efeknya, bakal ada beberapa kesalahpahaman dari instruksi yang membingungkan itu.
5. Berpikir Tidak Ada yang Lebih Jago Darinya
Ilustrasi perempuan sedang bekerja /Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
Ciri yang terakhir, micromanager sering merasa ia lebih hebat daripada orang lain dengan kedudukannya saat ini. Sehingga, ia tidak terlalu percaya dengan hasil kerja timnya dan mengaplikasikan manajemen mikro kepada anggota timnya.Â
Maka dari itu, tidak heran mengapa ia selalu terlibat dalam pekerjaan anggota timnya. Padahal, seorang manajer harus menaruh kepercayaan kepada timnya dan sebaliknya. Ia juga harus dapat membimbing tanpa terlalu mencampuri urusan pekerjaan yang bukan bagiannya.Â
Tidak dipungkiri, manajer mungkin memiliki tujuan yang baik agar proyek kerja berjalan lancar. Namun, ketika melakukannya secara berlebihan, praktik ini lebih memiliki efek buruk untuk anggota tim.Â
Itu dia lima ciri-ciri atasan melakukan micromanagement. Bagaimana menurutmu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!