Pernahkah Beauties mendengar kalimat seperti “Coba lihat sisi positifnya!”, “Jangan bersedih terus” dan kalimat senada lainnya? Jika ya, maka saatnya Beauties menelaah lebih dalam makna dan maksud kalimat tersebut. Apakah itu benar-benar sesuatu yang positif atau malah sekadar perkataan positif yang tidak diikuti rasa empati?.
Batasan antara keduanya terkadang memang samar dan membuat kita sulit membedakannya. Untuk itu, yuk kenali beberapa tindakan toxic positivity yang tanpa sadar sering dilakukan berikut ini.
1. Memaksa Diri untuk Selalu Tersenyum
Pada dasarnya, kehidupan selalu membawa kita pada hal menyenangkan dan sebaliknya. Tidak ada orang yang kehidupannya terus-terusan bahagia ataupun terus-terusan sedih. Semua datang silih berganti. Ada kalanya rasa sedih, kecewa ataupun marah itu datang, dan itu sepenuhnya normal. Namun, banyak dari kita yang merasa harus tetap terlihat “baik-baik saja” di hadapan orang lain.
Misalnya saja pada saat kehilangan orang yang dicintai, kemudian kita berusaha menekan rasa duka dan berkata “saya nggak apa-apa, saya kuat kok”. Padahal memaksakan diri untuk terlihat bahagia justru bisa membuat emosi terpendam dan semakin sulit disembuhkan.