5 Tanda Kamu Seorang Pendengar yang Baik, Cocok Jadi Teman Curhat!

Gayuh Tri Pinjungwati | Beautynesia
Jumat, 21 Nov 2025 21:30 WIB
5 Tanda Kamu Seorang Pendengar yang Baik, Cocok Jadi Teman Curhat!
Tanda Kamu Seorang Pendengar yang Baik, Cocok Jadi Teman Curhat/Foto: Freepik.com/ Freepik

Di tengah kesibukan hidup, banyak orang merasa sulit menemukan seseorang yang benar-benar mau mendengar. Kadang, kita hanya ingin berbicara, mencurahkan isi hati, atau sekadar berbagi pengalaman, tapi merasa lawan bicara tergesa-gesa atau tidak benar-benar memperhatikan. Di sinilah peran menjadi pendengar yang baik menjadi begitu penting, tidak hanya bagi orang lain, tapi juga untuk diri sendiri.

Menjadi pendengar yang baik bukan sekadar diam saat orang lain berbicara. Ini tentang memberikan perhatian penuh, memandang mata lawan bicara, dan benar-benar hadir di momen itu. Menurut Psikolog Allen Ivey, berikut beberapa kebiasaan sederhana yang dilakukan seorang pendengar yang baik secara alami, seperti yang telah dilansir dari YourTango.

1. Mereka Memberi Sinyal Jelas Kalau Mereka “Hadir”

Mereka Memberi Sinyal Jelas Kalau Mereka “Hadir”/Foto: Pexels.com/ Sam Lion

Mereka yang menjadi pendengar sejati selalu menunjukkan bahwa mereka hadir melalui bahasa tubuh yang terbuka dan hangat. Misalnya, menatap mata lawan bicara, sedikit mengangguk saat mendengar, atau tersenyum pada momen yang tepat. Gerakan-gerakan kecil ini memberi pesan kuat bahwa perhatian mereka tidak terpecah, dan bahwa mereka benar-benar fokus pada apa yang dibagikan. Saat seseorang merasakan kehadiran ini, ia merasa lebih nyaman membuka diri, karena tahu perasaannya diakui.

Selain itu, pendengar yang baik juga menggunakan respons verbal yang menunjukkan keterlibatan, seperti “Aku mengerti,” “Itu terdengar berat,” atau “Ceritakan lebih banyak tentang itu.” Ucapan-ucapan sederhana ini memberi sinyal bahwa lawan bicara tidak sedang berbicara sendirian, melainkan ada orang yang mendengar dengan tulus dan siap memahami perasaannya. Respons semacam ini berbeda dari sekadar mengangguk tanpa makna, ia menegaskan bahwa percakapan adalah dialog yang hidup dan penuh perhatian.

2. Mereka Mengajukan Pertanyaan yang Efektif

Mereka Mengajukan Pertanyaan yang Efektif/Foto: Pexels.com/ Kindel Media

Pendengar yang baik selalu memulai dengan pertanyaan terbuka, yang memungkinkan lawan bicara berbicara lebih luas daripada sekadar “ya” atau “tidak”. Misalnya, daripada bertanya, “Apakah hari ini menyenangkan?” mereka mungkin mengatakan, “Bagaimana hari ini berjalan untukmu?” atau “Apa hal paling menarik yang terjadi padamu hari ini?”. Pertanyaan semacam ini memberi ruang bagi lawan bicara untuk menceritakan pengalaman mereka secara lengkap dan menunjukkan bahwa kita benar-benar tertarik dengan cerita mereka, bukan sekadar ingin cepat menutup percakapan.

Sebuah artikel dari American Psychological Association menjelaskan bahwa alih-alih membuat asumsi, pendengar yang baik mengajukan pertanyaan yang menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus dan keinginan untuk memahami perspektif pembicara.

3. Mereka Mengulang Poin Lawan Bicara (Parafrase)

Mereka Mengulang Poin Lawan Bicara (Paraphrasing)/Foto: Pexels.com/ Alexander Suhorucov

Parafrase bisa dimulai dengan langkah sederhana, seperti merangkum apa yang dikatakan lawan bicara. Misalnya, jika temanmu bercerita tentang hari yang penuh tekanan di kantor, kamu bisa mengatakan, “Jadi kamu merasa hari ini sangat melelahkan karena banyak tugas yang menumpuk, ya?”.

Pernyataan seperti ini menunjukkan bahwa kamu mendengar dengan seksama, memahami perasaan mereka, dan siap untuk mendukung. Lawan bicara pun akan merasa lega karena perasaannya diakui.

Selain itu, kebiasaan mengulang poin lawan bicara membantu mencegah kesalahpahaman. Terkadang, dalam percakapan cepat, kita bisa salah menangkap maksud orang lain. Dengan mengulang atau merangkum poin yang mereka sampaikan, kita memberi kesempatan bagi lawan bicara untuk mengoreksi atau menambahkan detail. Misalnya, “Jadi maksudmu proyek itu membuatmu stres karena waktunya mepet dan tim belum kompak, benar begitu?” Dengan begitu, komunikasi menjadi lebih jelas dan efektif.

4. Mencermati Emosi di Balik Kata-kata

Mencermati Emosi di Balik Kata-kata/Foto: Pexels.com/ Los Muertos Crew

Beauties, saat seseorang berbagi cerita tentang hari yang sulit, misalnya, mereka mungkin berkata, “Hari ini biasa saja, nggak ada yang spesial.” Jika kita hanya mendengar kata-kata itu, kita mungkin berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.

Namun, dengan mencermati nada suara, ekspresi wajah, atau bahasa tubuh mereka, kita bisa menangkap rasa kecewa, lelah, atau sedih yang sebenarnya. Menyadari hal ini memungkinkan kita untuk memberikan respon yang lebih empatik dan menenangkan.

Mencermati emosi di balik kata-kata juga membantu membangun koneksi yang lebih dalam. Ketika orang merasa bahwa kita benar-benar memahami apa yang mereka rasakan, mereka cenderung lebih nyaman membuka diri. Misalnya, ketika temanmu mengeluh tentang pekerjaan, dan kamu merespons dengan, “Aku bisa melihat kalau ini membuatmu stres, rasanya pasti melelahkan ya,” mereka merasa dimengerti, bukan hanya sekadar didengar. Respon semacam ini menunjukkan kepedulian yang tulus, bukan sekadar formalitas.

5. Membuat Kesimpulan yang Jelas

Membuat Kesimpulan yang Jelas/Foto: Pexels.com/ KATRIN BOLOVTSOVA

Menyimpulkan percakapan dengan jelas juga membantu menghindari kesalahpahaman. Kadang-kadang, kata-kata yang diucapkan bisa terdengar ambigu atau terbawa emosi, sehingga maksud sebenarnya bisa hilang. Dengan memberikan kesimpulan yang ringkas, kita bisa memastikan bahwa kita menangkap pesan yang tepat. Jika ada yang keliru, lawan bicara bisa segera mengoreksi, sehingga komunikasi menjadi lebih akurat dan efektif.

Kebiasaan ini juga menunjukkan kepedulian dan empati. Saat kita mengambil waktu untuk merangkum dan menyimpulkan, lawan bicara akan merasa dihargai. Mereka akan menyadari bahwa kehadiran kita bukan hanya fisik, tapi juga emosional. Menyimpulkan percakapan dengan jelas menjadi tanda bahwa kita benar-benar peduli pada apa yang mereka rasakan dan alami.

Menjadi pendengar yang baik bukan soal bakat bawaan, tetapi soal kesadaran, latihan, dan niat. Dengan mengadopsi kebiasaan sederhana di atas, kamu bisa membuat orang merasa didengar, terhubung lebih dalam, dan menjalin hubungan yang makin kuat dan bermakna dalam hidupmu. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE