5 Tanda-Tanda Deflasi yang Harus Diwaspadai, Salah Satunya Harga yang Makin Murah!
Saat ini, Indonesia mengalami deflasi dalam lima bulan beruntun sejak Mei 2024. Deflasi pernah terjadi beberapa kali di Indonesia, salah satunya adalah yang terjadi dalam skala nasional pada September 2019 ketika sebagian besar komoditas pangan dan bumbu mengalami penurunan harga, yakni mencapai angka 0,27 persen.
Selain Indonesia, deflasi di Jepang pada tahun 1990-an setelah asset price bubble pecah juga menumbangkan ekonomi Jepang selama bertahun-tahun.
Contoh-contoh kasus itu adalah bukti bahwa deflasi adalah salah satu fenomena ekonomi yang bahaya jika tidak segera dideteksi dan diatasi. Dilansir dari detikNews, inilah beberapa tanda-tanda deflasi yang harus kamu waspadai!
Penurunan Indeks Harga Konsumen
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Deflasi di Indonesia terlihat melalui penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024. Penurunan harga ini tampak menguntungkan karena konsumen dapat membeli barang dengan harga lebih rendah. Namun, hal ini juga menandakan adanya potensi masalah yang lebih dalam pada ekonomi, yaitu daya beli yang melemah.
Ketika harga turun, konsumen mungkin menunda pembelian, berharap harga akan makin rendah. Hal ini dapat menimbulkan efek domino, di mana penurunan konsumsi memperburuk kondisi ekonomi, yang kemudian memperlambat aktivitas produksi dan distribusi.
Penurunan Pengeluaran Konsumen dan Pendapatan Produsen
Ilustrasi/Foto: Freepik.com
Seperti yang telah disinggung dalam poin sebelumnya, deflasi membuat konsumen menunda pembelian karena berharap harga akan terus turun. Hal ini akan mengurangi permintaan barang dan jasa sehingga perusahaan kehilangan pendapatan. Akibatnya, perputaran uang di masyarakat melambat dan mengganggu roda ekonomi.
Dalam kondisi deflasi, produsen mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Mereka mungkin terpaksa mengurangi produksi yang pada akhirnya akan memperlambat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Jika deflasi terus berlanjut, ekonomi bisa terhenti karena perdagangan dan industri tidak berjalan dengan lancar.
Pengangguran yang Meningkat
Ilustrasi/Foto: Freepik.com
Deflasi sering kali memicu peningkatan penggangguran karena lemahnya daya beli masyarakat menyebabkan penurunan pendapatan di sektor bisnis. Akibatnya, banyak perusahaan yang terpaksa melakukan pemecatan atau pengurangan jam kerja untuk mengimbangi penurunan permintaan barang dan jasa. Situasi ini menciptakan hambatan yang signifikan dalam upaya menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor formal yang memiliki struktur organisasi yang lebih kompleks.
Selain itu, dengan makin banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, sektor informal sering kali menjadi tempat pelarian. Namun, sektor ini cenderung menawarkan pekerjaan yang tidak stabil dan pendapatan yang rendah. Hal ini bisa menambah beban ekonomi jangka panjang bagi masyarakat dan memperburuk ketimpangan sosial.
Baca Juga : Viral Indonesia Dihantam Deflasi, Apa Itu? |
Investasi untuk Ekspansi Bisnis Menurun
Ilustrasi/Foto: Freepik.com
Ketika harga barang dan jasa terus-menerus turun, aktivitas ekonomi akan menjadi lesu. Produsen dan pelaku bisnis yang terdampak pun akan mengurangi produksi dan pengeluaran karena keuntungan mereka menipis.
Penurunan harga yang berkelanjutan juga membuat para pelaku usaha makin ragu untuk berinvestasi pada bisnisnya. Mereka merasa tidak yakin dengan pendapatan mereka di masa depan dan prospek ekonomi yang melemah. Karena itu, mereka cenderung menghindari risiko besar yang pada akhirnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Peningkatan Suku Bunga Riil
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/gpointstudio
Ketika terjadi deflasi, suku bunga riil (suku bunga nominal yang sudah disesuaikan dengan inflasi) bisa meningkat. Hal ini karena deflasi membuat angka inflasi menjadi minus sehingga ketika ditambahkan akan membuat suku bunga riil sekaligus biaya pinjaman meningkat.
Selain itu, ketika suku bunga riil meningkat, daya tarik untuk menyimpan uang juga meningkat karena orang bisa memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dari tabungan mereka. Tabungan yang dimaksud meliputi tabungan konvensional, deposito, obligasi, dan saham. Hal ini akan memperburuk kondisi ekonomi yang sudah lemah.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
