9 Alasan Sejumlah Orangtua Kadang Punya Anak Favorit

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Senin, 22 Sep 2025 22:30 WIB
Anak Siap Membantu dan Bisa Diandalkan
Ilustrasi/Foto: Freepik

Meskipun jarang diakui, kenyataannya banyak orangtua yang secara sadar maupun tidak, memiliki anak favorit. Topik ini memang sering dianggap tabu dan memicu rasa bersalah, tetapi faktanya, fenomena favoritisme dalam keluarga ini jauh lebih umum daripada yang kita bayangkan, Beauties.

Dilansir dari Your Tango, ulasan ini sendiri tidak bertujuan untuk menghakimi. Alih-alih menyalahkan pihak tertentu, ulasan ini bermaksud untuk mengupas alasan-alasan sejumlah orang tua pilih kasih dan menaruh perhatian lebih pada anak tertentu sehingga kita dapat memahami dinamika sebuah keluarga dengan lebih jernih.

Cara Pandang yang Sama tentang Dunia

Ilustrasi/Foto: Freepik/prostooleh
Ilustrasi/Foto: Freepik/prostooleh

Orangtua sering kali merasa lebih dekat dengan anak dewasa yang memiliki pandangan, nilai, dan cara berpikir yang sama dengan mereka, mulai dari urusan politik, prioritas hidup, hingga harapan dalam keluarga. Karena kesamaan ini, mereka tidak perlu repot menghadapi perbedaan pendapat atau belajar mengelola konflik sehingga hubungan terasa aman, nyaman, dan bebas dari ketegangan.

Penelitian dalam jurnal Psychology & Aging menunjukkan bahwa perbedaan nilai menjadi salah satu sumber utama konflik antara orang tua dan anak di masa dewasa, terutama ketika komunikasi dalam keluarga tidak berjalan sehat. Akibatnya, berbicara dengan anak yang sepemikiran terasa lebih mudah dan menghindarkan mereka dari “pekerjaan rumah” seperti memperbaiki komunikasi atau belajar menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif. Itulah yang membuat secara alami, bahkan tanpa sadar, orangtua akan lebih menyukai anak yang satu ini.

Tempat Tinggal yang Dekat

Ilustrasi/Foto: Freepik/artursafronovvvv

Kedekatan tempat tinggal sering menjadi faktor yang memengaruhi munculnya anak favorit dalam keluarga. Orangtua yang tinggal dekat dengan anak dewasanya memiliki lebih banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama, seperti makan malam rutin, menghadiri acara penting, atau sekadar berbincang santai. Hubungan yang intens ini secara alami membentuk ikatan emosional yang lebih kuat.

Sebaliknya, anak yang memilih tinggal jauh kerap mengalami jarak emosional dengan orangtua. Kadang, bahkan jarak itu disertai rasa kecewa atau kesal yang samar sehingga tanpa sadar memengaruhi cara orangtua memandang dan memperlakukan anak tersebut.

Menariknya, jarak fisik sebenarnya bisa menjadi pelindung bagi hubungan orang tua dan anak. Ketika tidak tinggal berdekatan, batasan pribadi lebih mudah dijaga, dan orangtua tidak bisa terlalu ikut campur dalam urusan sehari-hari.

Namun, kondisi ini juga memungkinkan perlakuan istimewa terhadap anak yang tinggal lebih dekat terjadi tanpa terdeteksi. Orangtua mungkin tidak menyadari bahwa interaksi, perhatian, dan dukungan yang mereka berikan pada anak yang tinggal berdekatan lebih intens dibandingkan dengan anak yang jauh. Pada akhirnya, baik disadari maupun tidak, perbedaan ini dapat menciptakan kesan favoritisme yang bertahan lama dalam hubungan keluarga.

Merasa Dihargai

Ilustrasi/Foto: Freepik

Penelitian yang dimuat dalam The Journal of Positive Psychology mengungkap bahwa rasa dihargai oleh anak-anaknya menjadi salah satu penentu utama kesejahteraan orang tua. Perasaan ini tidak hanya meningkatkan kebahagiaan, tetapi juga berdampak positif pada kesehatan fisik karena mampu mencegah efek buruk dari stres kronis dan kecemasan yang sering dipicu hubungan yang renggang atau toksik.

Oleh karena itu, bagi anak-anak yang merasa tidak mendapat perhatian setara, penting untuk melihat ke dalam dirinya. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah sudah hadir dan berinteraksi dengan cara yang sehat?”, “Apakah selama ini selalu menuntut orang tua dengan standar yang wajar?”, serta “Bisakah lebih tulus dalam memberi dukungan sehingga orang tua merasa benar-benar dihargai?”

Tidak Pernah Berdebat

Ilustrasi/Foto: Freepik

Alasan lain yang membuat orangtua kadang lebih dekat atau menyukai anak tertentu adalah karena mereka jarang atau bahkan tidak pernah terlibat konflik. Memang, perbedaan pendapat yang sehat sebetulnya penting bagi hubungan, tetapi pada praktiknya, banyak orang merasa lebih nyaman menghindarinya.

Hal tersebut terutama berlaku pada hubungan ibu dan anak perempuannya, di mana perdebatan sering kali membawa emosi yang lebih intens dan menimbulkan stres besar. Akibatnya, sebagian orangtua memilih untuk menjauhi percakapan sulit dan ketegangan, lalu beralih membangun hubungan yang terasa lebih ringan dan tenang dengan anak lainnya.

Anak Mengikuti Jalur yang Diharapkan Orang Tua

Ilustrasi/Foto: Freepik/prostooleh

Dalam banyak keluarga, anak yang memilih jalan hidup sesuai harapan orangtua sering kali mendapatkan posisi yang istimewa dalam hubungan keluarga. Pilihan ini bisa berwujud melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mengambil alih usaha yang sudah lama dikelola keluarga, atau membangun kehidupan berumah tangga dengan pasangan dan anak-anak.

Kesamaan arah hidup ini memberi rasa bangga tersendiri bagi orangtua, karena mereka melihat nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil terwujud nyata. Lebih dari itu, anak dan orangtua akan memiliki banyak titik temu yang membuat percakapan terasa lebih mengalir dan hubungan emosional menjadi lebih erat.

Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Psychological Science mengungkapkan bahwa kesamaan pengalaman dan nilai ini menjadi faktor penting yang mempermudah komunikasi serta memperkuat ikatan antara orang tua dan anak.

Kepribadian yang Mirip

Ilustrasi/Foto: Freepik/shurkin_son

Orang yang memiliki kesulitan untuk berempati, menerima perbedaan, dan menghargai nilai-nilai yang tidak sama sering kali merasa lebih mudah membangun hubungan sehat jika mereka bertemu dengan seseorang yang memiliki tipe kepribadian serupa. Kesamaan dalam cara berkomunikasi, pengalaman hidup, dan pendekatan dalam menyelesaikan konflik membuat hubungan terasa lebih lancar, terutama bagi mereka yang enggan berusaha memahami orang yang berbeda.

Meskipun ada pepatah bahwa perbedaan bisa saling menarik, dalam konteks keluarga dan pada individu yang sulit beradaptasi dengan perubahan, kesamaan temperamen justru mempermudah interaksi dan percakapan. Hal inilah yang sering menjadi alasan orangtua cenderung memiliki anak yang menjadi favoritnya.

Anak Siap Membantu dan Bisa Diandalkan

Ilustrasi/Foto: Freepik

Sikap suka membantu dan dapat diandalkan juga sering menjadi alasan orang tua merasa lebih dekat pada salah satu anaknya. Menurut studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Psychology, bahkan bantuan kecil atau usaha ekstra untuk menolong dapat membawa dampak besar yang bukan hanya mempererat hubungan, tetapi juga memicu peningkatan harga diri dan kesejahteraan mental.

Saat seorang anak rutin hadir untuk orang tuanya, menawarkan bantuan, dan melakukan kebaikan sederhana, perhatian itu bisa menjadi bentuk hadiah yang nyata. Selain itu, tindakan tersebut juga bisa dianggap sebagai bentuk rasa syukur anak yang membuat orang tua merasa benar-benar dihargai dan didengarkan.

Anak Tidak Membutuhkan Banyak Perhatian ataupun Batasan yang Kaku

Ilustrasi/Foto: Freepik

Tidak semua anak memiliki cara berinteraksi yang sama dengan orangtuanya. Sebagian membutuhkan perhatian emosional lebih, seperti sering dihubungi, diajak bicara serius, atau diberikan batasan jelas, yang bisa terasa cukup menguras energi.

Namun, anak yang dianggap favorit biasanya memiliki hubungan yang lebih santai dan ringan. Mereka tidak banyak menuntut, tidak mudah tersinggung, dan cenderung mengikuti alur tanpa ribet. Bagi orangtua, hubungan seperti ini terasa lebih nyaman dan bebas tekanan sehingga wajar jika kedekatan lebih mudah terjalin dengan anak tersebut.

Masih Merasa Dibutuhkan dan Menjadi Tempat Bergantung

Ilustrasi/Foto: Freepik/prostooleh

Seiring waktu, hubungan antara orangtua dan anak yang sehat biasanya berkembang menjadi lebih baik karena keduanya memiliki kemandirian dan otonomi yang lebih besar. Tanpa kecemasan atau drama emosional yang muncul dari ketergantungan berlebihan, mereka dapat membangun kepercayaan, berkomunikasi dengan baik, dan saling berempati.

Namun, bagi sebagian orangtua yang merasa tidak aman, jarak yang wajar saat anak mulai mandiri justru sulit diterima. Mereka merasa lebih nyaman ketika anak tetap sering mengandalkan mereka, mencari dukungan, atau tetap dekat, dibandingkan anak lain yang sudah mandiri sepenuhnya. Perasaan dibutuhkan menjadi semacam penguat bagi mereka, meskipun itu berarti mempertahankan pola hubungan yang bergantung.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE