9 Negara di Dunia yang Pernah Dipimpin oleh Perempuan
Bias gender dan stereotip tentang perempuan yang masih mengakar dalam masyarakat menghadirkan tantangan kompleks dan mendalam bagi perempuan yang menjadi pemimpin. Masyarakat patriarkal cenderung menganggap pria lebih kompeten dan tegas, sedangkan perempuan sering kali dianggap lebih lembut dan emosional.
Stereotip tersebut dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mendapatkan posisi kepemimpinan serta memengaruhi cara mereka diperlakukan dalam peran tersebut. Meskipun begitu, dilansir dari CNN, ada beberapa negara di dunia yang berani mendobrak tradisi dengan kepemimpinan perempuan-perempuan hebat ini!
Sirimavo Bandaranaike (Sri Lanka, 1960)
![]() Ilustrasi/Foto: cityvillagenews.com |
Sirimavo Bandaranaike menjadi perdana menteri perempuan pertama di dunia pada tahun 1960. Ia menerapkan kebijakan sosialis dengan mengambil alih perusahaan-perusahaan penting dan memperkuat sektor publik di Sri Lanka. Dia fokus pada pembangunan ekonomi domestik meskipun menghadapi tantangan dari lawan politiknya.
Namun, kebijakannya juga menyebabkan ketidakpuasan di kalangan pelaku bisnis, yang membuatnya kalah dalam pemilihan periode kedua. Meskipun begitu, Bandaranike dikenal karena perjuangannya untuk hak-hak perempuan dan petani.
Indira Gandhi (India, 1966)
![]() Ilustrasi/Foto: msn.com |
Indira Gandhi adalah perdana menteri perempuan pertama India yang menjabat selama dua periode, yakni dari 1966 hingga 1977 dan dari 1980 hingga 1984. Ia terkenal dengan kebijakan ekonomi seperti Revolusi Hijau yang meningkatkan produksi pangan. Saat darurat nasional 1975-1977, ia bersikap tegas menghadapi lawan politik, meskipun langkahnya ini mengurangi kebebasan sipil dan menuai banyak kontroversi.
Gandhi juga berperan penting dalam mendukung kemerdekaan Bangladesh pada 1971. Namun, peninggalannya juga diwarnai oleh kebijakan sentralisasi kekuasaan dan otoritarianisme yang pada akhirnya menyebabkan ketidakpuasan masyarakat dan kekalahannya dalam pemilu.
Margaret Thatcher (Britania Raya, 1979)
Margaret Thatcher/Foto: ctpost.com
Margaret Thatcher adalah perdana menteri perempuan pertama di Inggris yang menjabat dari tahun 1979 sampai 1990. Sebagai pemimpin Partai Konservatif, ia dikenal dengan kebijakan ekonomi neoliberal—yang dikenal sebagai “Thatcherisme”—yang menekankan pada privatisasi perusahaan negara, pengurangan pajak, dan minimalisasi peran pemerintah dalam ekonomi.
Kebijakan-kebijakan ini membawa perubahan signifikan dalam ekonomi Inggris, tetapi juga memicu kontroversi dan ketidakpuasan di kalangan sebagian masyarakat yang terkena dampak negatif dari pengurangan layanan publik dan ketidaksetaraan yang meningkat.
Selain kebijakan ekonomi, Thatcher juga berperan penting dalam hubungan internasional, termasuk perannya dalam Perang Falklands pada tahun 1982 yang memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang kuat dan tangguh.
Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dalam menghadapi Uni Soviet dan merupakan pendukung utama dalam gerakan untuk memperkuat aliansi NATO. Meskipun banyak kontroversi yang mengelilingi kepemimpinannya, warisan Margaret Thatcher tetap berpengaruh dalam politik Inggris hingga saat ini.
Megawati Soekarnoputri (Indonesia, 2001)
Megawati Soekarnoputri/Foto: Dok.PDIP
Megawati Soekarnoputri, sebagai Presiden Indonesia yang menjabat dari 2001 hingga 2004, dikenal sebagai pemimpin yang berperan penting dalam reformasi politik di Indonesia. Ia adalah presiden perempuan pertama di Indonesia dan mendorong penguatan sistem demokrasi dengan memperkenalkan pemilihan presiden langsung. Selain itu, Megawati juga dikenal sebagai penggagas pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertujuan untuk memerangi korupsi di tanah air.
Kepemimpinan Megawati juga ditandai dengan upayanya dalam menjaga stabilitas nasional pasca-reformasi. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi dan politik, ia berfokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun, pemerintahannya juga mendapatkan kritik terkait penanganan isu-isu sosial dan ekonomi yang belum sepenuhnya memuaskan.
Angela Merkel (Jerman, 2005)
Angela Merkel/Foto: Instagram/bundeskanzlerinmerkel
Angela Merkel, sebagai Kanselir Jerman dari tahun 2005 hingga 2021, dikenal sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di dunia. Dalam masa kepemimpinannya, ia mengedepankan stabilitas ekonomi, reformasi sosial, dan kebijakan luar negeri yang pragmatis. Mereka berhasil membawa Jerman melalui berbagai krisis, termasuk krisis utang Eropa dan krisis pengungsi dengan pendekatan yang menekankan kerja sama multilateral dan kebijakan terbuka.
Merkel juga dikenal karena keberaniannya dalam menangani isu perubahan iklim dan kebijakan energi dengan memperkenalkan transisi energi yang berfokus pada pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Selain itu, kepemimpinannya di dalam Uni Eropa memperkuat posisi Jerman sebagai kekuatan politik dan ekonomi utama di Eropa sehingga menjadikannya sosok yang sangat dihormati di tingkat global.
Ellen Johnson Sirleaf (Liberia, 2006)
Ellen Johnson Sirleaf/Foto: hadithi.africa
Ellen Johnson Sirleaf adalah presiden pertama Liberia dan perempuan pertama yang terpilih sebagai kepala negara di Afrika. Ia menjabat sebagai presiden dari 2006 hingga 2018 setelah memenangkan pemilihan presiden pada 2005. Sirleaf dikenal karena fokusnya dalam membangun kembali Liberia setelah perang saudara yang berkepanjangan.
Selama masa pemerintahannya, Sirleaf berhasil mengurangi utang eksternal Liberia secara signifikan dan memperbaiki sektor-sektor penting seperti pendidikan dan kesehatan. Selain itu, ia juga mendorong investasi asing yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Cristina Fernandez de Kirchner (Argentina, 2007)
Cristina Fernandez de Kirchner/Foto: Instagram/cristinafkirchner
Cristina Fernandez de Kirchner, yang menjabat sebagai Presiden Argentina dari 2007 hingga 2015, merupakan pemimpin perempuan pertama yang terpilih secara langsung di negara tersebut. Selama masa kepresidenannya, Kirchner dikenal karena kebijakan-kebijakan progresifnya yang fokus pada peningkatan kesejahteraan sosial dan perlindungan hak-hak pekerja. Ia juga berupaya memperkuat ekonomi Argentina melalui program-program yang mendukung industri domestik dan meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, serta perumahan bagi masyarakat miskin.
Di luar kebijakan domestik, Kirchner aktif dalam diplomasi internasional dan memperkuat posisi Argentina di kancah global. Ia dikenal karena penolakannya terhadap intervensi asing dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara di Amerika Latin, serta mengadvokasi kedaulatan Argentina atas Kepulauan Malvinas (Falkland Islands). Walaupun menghadapi tantangan ekonomi dan kritik dari berbagai pihak, Kirchner tetap menjadi tokoh penting di politik Argentina bahkan setelah masa kepresidenannya ketika ia terpilih sebagai Wakil Presiden pada tahun 2019.
Julia Gillard (Australia, 2010)
Julia Gillard/Foto: Instagram/juliagillard
Julia Gillard adalah mantan Perdana Menteri Australia yang menjabat dari 2010 hingga 2013. Ia dikenal sebagai perempuan pertama yang memimpin negara tersebut dan memiliki berbagai kebijakan progresif, termasuk reformasi pendidikan dan pengenalan sistem perawatan kesehatan yang lebih baik. Selama masa kepemimpinannya, Gillard berfokus pada peningkatan akses pendidikan dan kesetaraan gender, serta mengimplementasikan kebijakan perubahan iklim yang ambisius.
Kiprah Gillard sebagai pemimpin negara juga diwarnai oleh tantangan besar, termasuk perdebatan mengenai kebijakan imigrasi dan respons terhadap bencana alam. Meskipun menghadapi kritik, terutama terkait dengan kepemimpinannya yang dianggap otoriter, Gillard tetap dihormati karena keberaniannya dalam memperjuangkan kebijakan yang tidak populer tetapi penting. Ia meninggalkan warisan yang signifikan dalam politik Australia dan terus berkontribusi dalam berbagai isu sosial dan pendidikan setelah masa jabatannya.
Ameenah Gurib-Fakim (Mauritius, 2015)
Ameenah Gurib-Fakim/Foto: ecured.cu
Ameenah Gurib-Fakim adalah presiden Mauritius yang menjabat dari 2015 hingga 2018 dan merupakan perempuan pertama yang memegang jabatan tersebut. Sebelum terjun ke dunia politik, Gurib-Fakim dikenal sebagai seorang ilmuwan dan wirausahawan yang aktif dalam penelitian tentang tumbuhan obat.
Ketika terpilih sebagai presiden, Gurib-Fakim mengambil langkah untuk mendorong pengembangan berkelanjutan, mempromosikan sains dan teknologi, serta memberdayakan perempuan dan anak muda di Mauritius. Ia juga menekankan pentingnya keberagaman dan kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan inovasi sains.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

