Aksi Aeshnina Azzahra, Aktivis Lingkungan Asal Gresik yang Berorasi di Kanada: Setop Kirim Sampah ke Indonesia!
Aeshnina Azzahra Aqilani merupakan seorang aktivis lingkungan yang berasal dari Gresik, Jawa Timur. Perempuan berusia 16 tahun itu dikenal sebagai sosok pegiat lingkungan yang telah mendunia sejak ia kecil.
Pada Minggu (21/4) lalu, ia baru saja berorasi dalam kegiatan March To End Plastic Era di Ottawa, Kanada. Dengan bahasa Inggris yang fasih, ia melantangkan kritikannya terhadap pemangku kebijakan luar negeri yang sering mengirim sampah ke negara berkembang seperti Indonesia.Â
Dalam orasinya, seperti yang terlihat dalam video di akun Instagram @zerowasteasia, Aeshinina terlihat membawa poster dengan tulisan "STOP EXPORT PLASTIC WASTE TO DEVELOPING COUNTRIES" yang memiliki arti "BERHENTI MENGIRIM LIMBAH PLASTIK KE NEGARA BERKEMBANG".Â
Ia juga menyandang tas di kedua bahunya yang terbuat dari kardus dan penuh dengan sampah plastik sebagai bentuk kritikannya.
Ungkap Fakta Mencengangkan Tentang Keberadaan Limbah di Indonesia
Aeshnina Azzahra dalam March To End Plastic Era di Kanada /Foto: Instagram.com/aeshnina
Nina, nama panggilannya, mengungkapkan betapa kotornya Sungai Brantas yang penuh dengan limbah yang dibuang sembarangan oleh perusahaan pengolahan plastik dan kertas. Sebagai informasi, Sungai Brantas adalah sungai terpanjang di Jawa Timur dengan panjang 320 km.Â
Bersama tim River Warrior, ia menemukan empat ribu partikel mikroplastik dalam setiap 100 liter air di Brantas. Sebuah angka fantastis dibandingkan dengan negara lain seperti sungai-sungai di Belanda yang hanya terdapat 60 partikel mikroplastik per 100 liter air.Â
"Kami juga mengumpulkan sampah dan menemukan bungkusan, sterofoam, pampers, kantong plastik yang mana merupakan polutan terbesar di Sungai Brantas. Termasuk juga barang yang tak terjual di Indonesia," ungkapnya dalam orasinya itu.Â
Salah satu biang kerok dari banyaknya limbah itu ialah negara maju yang sering mengirim sampah ke Indonesia untuk didaur ulang. Nina dan timnya menemukan sampah dengan label dari negara Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Korea, Belanda, dan Amerika Serikat.
Aktivis lingkungan itu menegaskan saatnya negara maju untuk berhenti mengekspor sampah ke Tanah Air. Sampah plastik akan berakhir di sungai maupun dibakar karena tidak dapat didaur ulang. Tentu saja, hal itu akan mengganggu banyak aspek kehidupan.Â
"Bencana apa yang kita nantikan untuk menghentikan produksi melimpah dari plastik sekali pakai? Polusi plastik mengancam kesehatan dan lingkungan kita, tempat bermainku, dan masa depanku," ungkapnya.Â
Ia melanjutkan, "Kita semua ingin lingkungan kita menjadi lebih baik dan bebas dari limbah plastik. Namun, tolong jangan bebankan hal itu kepada negara lain. Ini tidak adil dan bebannya sangat tinggi untuk kami."Â
Telah Aktif Bersuara Sejak Kecil
Nina telah aktif menjadi aktivis sejak ia duduk di bangku SD /Foto: Arsip Pribadi
Aeshnina Azzahra bukanlah nama baru dalam bidang ini. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia telah aktif bersuara melalui berbagai media.Â
Sebagai contohnya, saat kelas 5 SD, ia dan gurunya mengirim surat kepada Bupati Gresik kala itu untuk serius menangani sampah di kotanya. Mengutip CNN Indonesia, ia juga pernah menyusuri sungai di Surabaya selama 5 hari lalu melaporkan banyaknya sampah kepada Walikota Surabaya saat itu, Ibu Risma.Â
Tak hanya mengirim surat kepada pejabat di Indonesia, bahkan Presiden Joko Widodo, Nina pernah menjadi perbincangan umum dengan aksinya mengirim surat ke beberapa presiden negara maju di dunia.Â
Salah satunya, ia mengirim surat kritikan ke Presiden Donald Trump di tahun 2019. Hal itu dilakukannya melalui Konsulat Amerika di Surabaya.Â
Mengutip CNN Indonesia, gadis kelahiran 17 Mei 2007 itu meminta Trump agar Amerika Serikat berhenti kirim sampah di Indonesia. Surat itu dibalas oleh Gedung Putih. Sayangnya, surat balasan itu malah menyalahkan balik Indonesia yang mau menerima sampah.Â
Lahir dari Orangtua yang Juga Merupakan Pegiat Lingkungan
Aeshnina dengan sang ayah, Prigi Arisandi /Foto: Instagram.com/aeshnina
Peribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya memang benar adanya. Ternyata, Nina adalah seorang anak dari orangtua yang juga pegiat lingkungan.
Sama sepertinya, orangtuanya telah melakukan banyak aksi nyata untuk memerangi sampah di Indonesia. Mengutip detikcom, sang ayah yang bernama Prigi Arisandi mendirikan Ecoton, sebuah organisasi konservasi yang berfokus dalam pemulihan lingkungan sungai di Gresik.
Kedua kakaknya pun juga merupakan aktivis lingkungan, khususnya sampah, dengan bidang yang berbeda. Kakak pertamanya di bidang mikroplastik, kakak kedua dalam bidang regulasi sampah, dan dirinya mengenai sampah impor.Â
Nggak akan cukup rasanya dalam menulis berapa banyak kegiatan, konferensi lingkungan, dan aksi protes yang telah ia ikuti di dalam maupun luar negeri. Hal itu semata-mata ia konsisten ikuti demi mengkampanyekan bahaya sampah impor di Indonesia.Â
Siswa SMAMIO GKB Gresik itu juga kerap membagikan gerakan aktivismenya di akun Instagramnya. Selain itu, ada pula akun @info.mistik miliknya yang sering menginformasikan edukasi seputar mikroplastik.
Beberapa film dokumenter mengenai lingkungan pernah ia ikuti. Yang terbaru, ia muncul dalam film dokumenter bertajuk "Plastic Colonialism" yang diproduksi oleh KBS asal Korea Selatan.Â
Hingga kini, semangatnya dalam memberi edukasi seputar sampah tak pernah luntur. Di dalam maupun luar negeri, Aeshnina Azzahra Aqilani terus menagih janji pembuat regulasi untuk menghentikan ekspor sampah ke Indonesia.Â
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!