Cara merespons “apa kabar” dari mantan kekasih atau orang yang pernah meninggalkan kita saat lagi cinta-cintanya sering menjadi isu yang selalu hangat dan disebut 'bikin gagal move on'.
Bisa jadi karena sebagai perempuan, kita dinilai lebih mengandalkan perasaan dalam merespons sesuatu sehingga dinilai rentan luluh saat kembali bertemu dan dihubungi kembali oleh orang yang dicintai di masa lalu, bisa juga karena ternyata rasa sayang kepadanya masih ada.
Untuk kamu yang sedang patah hati dan memilih untuk menyudahi hubungan, yuk bangkit lagi sambil mempelajari perbedaan perempuan dan pria menurut fase move on masing-masing di bawah ini.
1. Patah Hati Setelah Putus
Melansir dari Bonobology, sebuah penelitian dari University College London dan Binghamton University di New York memaparkan bahwa setelah putus hubungan, perempuan menjadi pihak yang lebih terpuruk. Rasa sakit yang teramat sangat tidak hanya dirasakan di hati saja, tetapi sampai mempengaruhi emosi dan kesehatan fisik. Apakah kamu pernah merasakan patah hati sampai sesakit itu, Beauties?
Ilustrasi perempuan menangis setelah putus cinta/Foto: Pexels/Ron Lach |
Hal ini disebabkan karena kecenderungan perempuan 'berinvestasi' lebih banyak dalam suatu hubungan daripada pria. Kalau digambarkan melalui grafik, rasa patah hati pasca putus pada perempuan grafiknya sangat tinggi, lalu mulai mereda secara perlahan.
Sementara itu, rasa sakit usai putus yang dialami oleh pria terbilang relatif rendah. Umumnya pria menghindar dari rasa sakit itu sendiri. Mereka menganggap melarikan diri dari rasa sakit jauh lebih mudah daripada menghadapi dan menerima perasaan sendiri. Makanya mungkin kalau kamu lagi kepoin dia usai putus, dia tampak bersenang-senang aja, Beauties!
2. Mencari Dukungan Orang Terdekat
Ilustrasi perempuan bercerita dengan teman setelah putus cinta/Foto: Freepik/Pexels/Karolina Grabowska |
Perbedaan mencolok lainnya antara pria dan perempuan saat patah hati adalah perempuan lebih terbuka untuk mengungkapkan rasa sakitnya pada orang-orang terdekat. Tindakan seperti itu wajar dan tidak apa-apa lho, Beauties, selagi dengan bercerita bisa menenangkan hatimu.
Lalu, bagaimana dengan pria? Pria sebetulnya merindukan hubungannya yang baru berakhir itu, namun merasa ragu untuk bercerita dengan orang-orang terdekatnya. Alhasil dia lebih mencari orang lain untuk bersenang-senang menghabiskan waktu bersama, bukan bicara dari hati ke hati.
3. Kenali Tahapan Putus Cinta
Ilustrasi perempuan menangis setelah putus cinta/Foto: Pexels/Cottonbro Studio |
Perempuan yang 'lebih piawai' merangkul perasaannya akan menghadapi kesedihannya, menyangkal kenyataan, meragukan diri sendiri bahwa dia akan mendapatkan pacar yang lebih baik, marah (karena rasa sakit itu timbul kembali, atau karena belum menemukan sang pengganti), merindukan mantan pacarnya, lalu menyadari realita lagi, dan akhirnya berhasil move on.
Tahapan ini disebabkan oleh kemampuan perempuan untuk menghadapi kehilangan dan menerima kenyataan lebih baik daripada pria. Inilah yang membuat perempuan terlihat amat berduka di awal padahal dia sedang berjuang untuk segera menyembuhkan luka sembari menghadapi kenyataan agar dapat move on.
Ilustrasi pria berkumpul dengan teman setelah putus cinta/Foto: Pexels/Pavel Danilyuk |
Berbeda dengan pria yang cenderung menyingkirkan perasaan rasa kehilangan biasanya membaca egonya sendiri, lebih banyak aktif kumpul-kumpul dengan temannya, merasa yakin bahwa hubungannya sudah benar-benar berakhir, lalu memasuki fase marah dan sedih, menerima kenyataan, lalu kembali membangun harapan dan kembali mencari kekasih baru.
Fase ini disebabkan oleh kecenderungan pria untuk berlari dari perasaan agar terlihat lebih tangguh setelah putus.