Fear of Missing Out atau yang disebut FOMO merupakan perilaku yang sering dikaitkan dengan pengaruh media sosial. Singkatnya FOMO diartikan sebagai rasa takut tertinggal terhadap berbagai hal terbaru, seperti berita terkini atau tren terkini.
Alih-alih ingin mengetahui informasi terkini, rasa takut ketinggalan tersebut dapat membuat seseorang merasa mudah cemas saat orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik. Yup, bahkan hal ini pun sudah ada bukti penelitiannya, lho, Beauties.
Sebuah penelitian International Journal of Mental Health and Addiction yang dikutip detikHealth, menyebutkan bahwa media sosial menyebabkan timbulnya kesenjangan di Indonesia. Sehingga membuat para penggunanya merasa iri dan tidak senang melihat kehidupan pengguna media sosial lainnya yang lebih bahagia.
Bahayanya, FOMO dapat menyebabkan seseorang berusaha untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak pantas, seperti menipu hingga melakukan tindak kriminalitas. Lantas, bisakah FOMO diatasi? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Memahami FOMO Secara Psikologis
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/rawpixel.com |
Perbincangan mengenai FOMO banyak dikaitkan dengan efek penggunaan media sosial. Tak hanya menjadi media informasi dan hiburan, media sosial kini juga telah menjadi ajang flexing atau pamer. Melansir dari Forbes, rata-rata orang akan menghabiskan waktunya selama 147 menit atau 2,5 jam dalam sehari hanya untuk media sosial. Bahkan beberapa orang dapat menghabiskan waktunya lebih lama dari itu.
Menurut Natalie Christine Dattilo, Phd, instruktur psikologi di Harvard, rasa takut ketinggalan atau FOMO tersebut mempengaruhi otak manusia dengan stimulus perasaan cemas dan mengaktifkan respon, seperti rasa untuk melawan atau lari. Kemudian respon tersebut memotivasi seseorang untuk mencari kedamaian dengan melakukan hal sama seperti yang dilihatnya dari orang lain.
Misalnya, saat kita membagikan momen bahagia di media sosial dan mendapatkan like dari orang lain, hormon dopamin di otak pun meningkat. Hal tersebut menerangi sistem penghargaan otak dan membuat seseorang merasa ingin lagi dan lagi atau ketagihan. Maka dari itu, media sosial selalu jadi cara untuk mendapatkan rasa damai tersebut. Sayangnya, cara tersebut justru dapat memperkuat rasa kecemasan, lho, Beauties.
Seseorang yang cenderung aktif dengan media sosial dapat lebih berisiko mengalami FOMO dibandingkan dengan orang yang tidak aktif dengan media sosial. Meskipun FOMO bukan kondisi psikologis yang dapat didiagnosis, tetapi fenomena ini telah berdampak pada kesehatan fisik dan mental, seperti stres, gangguan kecemasan, hingga depresi.