Kini seorang ibu yang bekerja sebagai influencer kerap ditemukan di media sosial. Berkreasi dengan konten di media sosial jadi salah satu wadah untuk mengekspresikan diri.
Apalagi jika konten yang dibuat melibatkan unjuk bakat dari sang anak, imajinasi dan tingkah lucu dari sang anak yang mencuri perhatian netizen. Namun hal ini dinilai jadi berlebihan ketika orang tua tidak memiliki batasan tentang konten yang diunggah ke media sosial dan berisi tentang kegiatan anak.
Jangan sampai konten yang awalnya bertujuan untuk menghibur malah berujung pada eksploitasi. Yuk! Simak beberapa dampak psikologisnya, supaya ibu muda dapat cermat dan cerdas dalam memberi batasan bagi konten yang melibatkan anak.
Dikutip dari penelitian psikolog klinis Laura Kirby dan situs Verywellmind, berikut bahaya psikologis yang wajib dicegah, Beauties!
1. Cyberbullying
Cyberbullying/Foto: Freepik.com/Freepik |
Jika sebagai orang tua bermaksud untuk mengunggah kegiatan sang anak saat berlatih menggambar atau mengembangkan bakat di bidang dance tentu sah-sah saja. Akan tetapi, perlu mengenali batasan. Terlebih orang tua tidak perlu menginformasikan nama lengkap, alamat, tanggal lahir anak, dan informasi berbentuk privasi lainnya.
Hal ini tentu sangat perlu dipertimbangkan, karena data-data dengan mudah dapat dicuri untuk kegiatan kriminalitas. Di sisi lain, orang tua perlu mempertimbangkan dalam hal mengunggah foto-foto lucu dari sang anak yang dianggap menggemaskan, bisa saja di kemudian hari menjadi persoalan bagi anak ketika beranjak remaja. Teman-teman dari sang anak mungkin akan menertawakan atau ada aksi bullying yang terjadi dari unggahan foto atau video tersebut.
Jejak digital yang terekam juga dapat menuai komentar dari berbagai pengguna media sosial yang lain, seperti memberikan komentar yang mengarah ke cyberbullying. Tentu hal ini akan berdampak buruk bagi psikologis anak dalam berinteraksi sosial