Dapat Nominasi Oscar 2025, Black Box Diaries Ungkap Kasus Pemerkosaan yang Dialami Jurnalis Asal Jepang

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Senin, 03 Feb 2025 09:30 WIB
Kejadian Awal
Shiori Ito /Foto: Getty Images via Detik Wolipop

Catatan: Artikel ini mengandung kisah pemerkosaan yang bisa membangkitkan trauma penyintas. 

Black Box Diaries mendapatkan nominasi Best Documentary Feature dalam ajang Oscar 2025. Film dokumenter ini merupakan film pertama karya Shiori Ito, jurnalis asal Jepang yang juga menjadi penyintas kasus pemerkosaan pada 2015. 

Black Box Diaries pertama kali tayang di Sundance Film Festival tahun 2024. Film ini mengungkap bagaimana Ito tidak hanya melawan sosok jurnalis TV terkenal yang memperkosanya, tetapi juga sistem hukum Jepang yang belum berpihak kepada korban. 

Bagaimana kisah Shiori Ito yang mencari keadilan bagi dirinya melalui film dokumenter ini? Simak kisahnya di bawah ini yang dilansir dari Elle dan Vanity Fair.

Kejadian Awal

Shiori Ito /Foto: Getty Images via Detik Wolipop

Kejadian itu terjadi pada bulan April tahun 2015. Kala itu, Ito hanyalah seorang jurnalis magang di Reuters. Kontrak magangnya akan berakhir dan sedang mencari peluang baru.

Noriyuki Yamaguchi, seorang jurnalis stasiun TV TBS (Tokyo Broadcasting System) dan penulis biografi mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, mengajaknya untuk bertemu di bar pada Jumat malam. Ito mau bertemu dengannya untuk membicarakan tentang peluang kerja.

Hal yang terakhir diingatnya adalah merasa pusing di kamar mandi. Setelah itu, ia teringat terbangun pada jam lima subuh di kamar hotel dengan badan yang kesakitan karena Yamaguchi sedang menyetubuhinya secara paksa. 

Lima hari setelah kejadian tersebut, Ito membuat laporan tuduhan ke kepolisian setempat bahwa dirinya telah diperkosa saat tidak sadar. Laporan tersebut sempat ditolak selama beberapa minggu karena "kurangnya bukti".

Namun, Ito tak gentar. Ia tetap meminta penyelidik untuk memeriksa bukti-bukti yang ada.

Faktanya, CCTV hotel menunjukkan bahwa benar Yamaguchi tertangkap basah menuntunnya ke kamar hotel. Sopir taksi juga memberi kesaksian bahwa pria kelahiran 1966 itu tetap memaksa dirinya untuk mengantarkan mereka berdua ke hotel yang dituju dan bekas muntahan korban terdeteksi di kursi belakang taksi. Selain itu, ditemukan pula DNA terduga pelaku dalam bra milik Ito. 

Dengan adanya bukti-bukti tersebut, Yamaguchi seharusnya bisa dipidanakan. Namun, pihak kejaksaan tidak melakukan apa-apa. Noriyuki Yamaguchi pun menolak mengakui kejahatannya, hanya mengatakan bahwa itu adalah hubungan seksual konsensual. 

Muncul di Publik

Shiori Ito sedang berbicara di depan awak media /Foto: Getty Images via Detik Wolipop

Dua tahun berlalu, Ito tetap mencari keadilan untuknya. Ia akhirnya muncul di publik pada tanggal 29 Mei 2017 dan melakukan konferensi pers dengan menggunakan nama aslinya untuk menuntut kejaksaan agar membuka kembali investigasi kasus pemerkosaan yang dialaminya. 

Apa yang dilakukan oleh Ito membuat heboh publik kala itu. Dikutip dari Elle, survei dari Japan’s Cabinet Office menunjukkan bahwa hanya 5,6 persen korban pemerkosaan yang berani melapor ke polisi. Korban biasanya juga merahasiakan identitas mereka. 

Lagi-lagi, kejaksaan tidak melanjutkan kasus pidana tersebut. Ito tetap tidak terpengaruh, ia mengajukan gugatan perdata dan menggugat Yamaguchi dengan uang sebesar 100 ribu USD (Rp1,6 miliar) dan jurnalis pria itu menggugatnya balik atas pencemaran nama baik dengan gugatan sebanyak lebih dari 1 juta USD (Rp16,1 miliar). 

Pada tahun yang sama, ia menerbitkan bukunya berjudul Black Box dalam bahasa Jepang dan kini telah diterjemahkan ke dalam sembilan bahasa. Setelah buku itu tersebar, Yamaguchi tetap tidak mengakui perbuatannya. 

Dengan segala perjuangannya, ia memenangkan gugatan pada tahun 2019. Hakim memutuskan bahwa Yamaguchi bersalah atas kerugian yang menimpa Ito karena melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan saat perempuan kelahiran 1989 itu tidak sadar. Ito mendapatkan kompensasi sebesar 30 ribu USD (Rp486 juta) dan harus membayar denda sebesar 4.800 USD (Rp77,8 juta) karena telah menuduh Yamaguchi telah membiusnya tanpa bukti melalui bukunya. 

Dari Ikon #MeToo Hingga Nominee Oscar 2025

Shiori Ito /Foto: Getty Images

Keberanian Shiori Ito memberikan pengaruh besar terhadap pembicaraan mengenai kekerasan seksual di Jepang. Ia menjadi pelopor dan ikon #MeToo bagi perempuan-perempuan di negara asalnya itu. 

Kasus Ito juga membuat pemangku kebijakan untuk meninjau ulang undang-undang mengenai kekerasan seksual yang telah ada sejak tahun 1907. Mengutip Elle, pemerintah Jepang merevisi undang-undang setelah 110 tahun lamanya dengan menambahkan bahwa pria juga bisa menjadi korban. Hukuman minimum untuk pemerkosa pun ditambah, dari yang awalnya hanya tiga tahun menjadi lima tahun. 

Tidak hanya itu, definisi pemerkosaan pun semakin melebar. Mengutip The Guardian, pada awalnya pemerkosaan didefinisikan sebagai "hubungan seksual paksaan", kini definisi telah melebar menjadi "hubungan seksual nonkonsensual". 

Black Box Diaries berisikan video-video rekamannya yang telah ia mulai lakukan sejak tahun 2015. Ia merekam secara diam-diam pembicaraan dengan penyelidik atau kepolisian untuk menyimpan bukti-bukti. Ito juga berbicara langsung di depan kamera, menceritakan tentang perasaannya secara langsung. 

Black Box Diaries memang sulit untuk ditayangkan di Jepang, negara kelahiran Shiori Ito. Namun, film dokumenter ini mendapatkan panggung di ajang penghargaan terbesar perfilman dunia, Academy Awards atau Oscar 2025. Film ini akan melawan No Other Land, Porcelain War, Soundtrack to a Coup d’Etat, dan Sugarcane untuk memperebutkan piala kategori Best Documentary Feature tahun ini.  

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE