Dedikasi Besar Thresia Mareta di Balik Penghargaan Knight of the Ordre des Arts et des Lettres

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 19 Feb 2025 15:00 WIB
Peluncuran Buku Ode to Indonesian Culture
Peluncuran Buku Ode to Indonesian Culture/ Foto: Dok. JF3/JAVER

Selasa (18/2) menjadi momen bersejarah bagi Thresia Mareta, Founder dari LAKON Indonesia dan PINTU Incubator. Dikelilingi nuansa budaya dan sejarah Museum Nasional Indonesia serta disaksikan oleh Fabien Penone selaku Duta Besar Prancis untuk Indonesia, para pejabat tinggi, tokoh industri, dan tamu kehormatan lainnya, Thresia menerima penghargaan Knight of the Ordre des Arts et des Lettres yang dianugerahkan oleh Kementerian Kebudayaan Negara Prancis.

Penghargaan prestisius ini merupakan bentuk apresiasi tertinggi yang diberikan pemerintah Prancis terhadap individu yang telah berkontribusi luar biasa dalam bidang seni dan budaya baik di taraf nasional maupun internasional, Beauties. Sebelumnya, tokoh ternama dunia seperti pelukis Pablo Picasso, desainer Issey Miyake, artis Meryl Streep, dan penyanyi David Bowie telah mendapat kehormatan untuk menerimanya. Sementara di Indonesia, yaitu Nyoman Nuarta, Garin Nugroho, Guruh Soekarno Putra, dan teranyar adalah Thresia Mareta.

Medali yang diterima mungkin hanya menjadi simbol sederhana jika dibandingkan dengan dedikasi dan kontribusi besar yang telah dilakukan Thresia Mareta untuk industri fashion tanah air. Bukan hanya dari pelestarian warisan budaya Indonesia semata, tapi juga perannya dalam membawa fashion Indonesia ke kancah global hingga memberdayakan para pelaku budaya dan mode di berbagai daerah di Indonesia.

Pemberdayaan melalui LAKON Indonesia dan PINTU Incubator 

Thresia Mareta

Pemberian penghargaan kepada Thresia Mareta oleh Fabien Penone/ Foto: Dok. JF3/JAVER

Motivasi besar Thresia untuk mendukung para perajin Indonesia tak lepas dari gerakan hati dan semangatnya untuk maju bersama. Kurangnya apresiasi terhadap perajin, teknik tradisional, dan warisan budaya mendorongnya untuk mendirikan LAKON Indonesia di tahun 2018. Harapannya, terbangun ekosistem komprehensif untuk mendukung para perajin, desainer, dan pelaku usaha kecil agar bisa relevan dan berkembang seiring zaman. Dalam sambutannya, Theresia mengajak para hadirin untuk merefleksikan, “Bagaimana kita memastikan bahwa keahlian pengrajin kita dalam membuat kerajinan tangan seperti batik, tenun, bordir, dan lainnya tidak hanya dilestarikan tetapi juga tetap relevan, mendapatkan pengakuan global, dan menciptakan peluang ekonomi bagi para pengrajin?”. 

Untuk mencapai visi besar LAKON Indonesia, langkah-langkah kecil yang progresif dilakukan. Mereka terjun langsung untuk bekerja sama dengan para perajin di berbagai tingkatan untuk membantu mereka memahami tantangan serta membekali mereka dengan kemampuan untuk menghadapinya. “Perjuangan ini merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan dedikasi tak henti,” lanjut Thresia.

Rekam jejak kontribusinya turut dijumpai dalam pagelaran JF3 Fashion Festival di mana ia berperan sebagai advisor dan program PINTU Incubator yang digagasnya. Program bilateral yang didirikan LAKON Indonesia, JF3, dan Kedutaan Besar Prancis melalui IFI tersebut sukses menjembatani kreator muda dari Indonesia dan Prancis untuk membangun bisnisnya. Melalui PINTU Incubator, talenta dari kedua negara dapat memaksimalkan potensinya di kancah internasional dengan cara menerima bimbingan, wawasan industri, serta peluang global.

Peluncuran Buku Ode to Indonesian Culture

Thresia Mareta

Peluncuran Buku Ode to Indonesian Culture/ Foto: Dok. JF3/JAVER

Malam penganugerahan penghargaan dilanjutkan dengan perilisan buku Ode to Indonesian Culture, Beauties. Kisah dan profil 15 sosok inspiratif Indonesia dalam bidang seni dan budaya diceritakan dari kacamata LAKON Indonesia. Mereka adalah Addie MS, Adie Purnomo, Didik Nini Thowok, Dolorosa Sinaga, Dudung Ali, Heri Dono, Jajang C. Noer, Ni Ketut Arini, Nur Cahyo, Ratna Riantiarno, Slamet Rahardjo, Susan Budihardjo, Susi Susanti, Waldjinah, dan William Wongso.

Ode to Indonesian Culture pun tak sekadar bentuk penghormatan terhadap kelimabelas maestro Indonesia yang diangkat, tapi juga sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus berani berkarya dan melestarikan warisan yang ada. 

“Semoga buku ini menjadi warisan yang hidup, sebuah penghormatan bagi kebijaksanaan dan kontribusi mereka yang membentuk narasi budaya kita hari ini, sekaligus memberikan inspirasi bagi masa depan untuk terus menghargai dan merayakan identitas kita “, tutup Thresia.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE