Depresi Pada Remaja, Ketahui Gejala dan Tips Mengatasinya
Siapa di sini yang masa remajanya selalu gembira, nggak pernah sedih, nggak pernah nangis karena diputusin, atau nggak pernah depresi? Pasti nggak ada kan. Manusiawi banget kalau hidup itu kadang up and down. Apalagi di masa transisi yang dilalui remaja, sangat normal untuk mudah sedih, marah atau menangis.
Tapi jika perasaan ini sangat kuat dan terjadi terus menerus hingga membuat kamu putus asa dan tidak berdaya, bisa jadi ini salah satu tanda depresi. Yuk pahami tanda-tanda depresi dan temukan solusi dan lakukan hal-hal untuk mengubah suasana hati.
Depresi Itu Apa Sih?
Depresi yang terjadi pada remaja, biasanya lebih dari sekadar merasa sedih atau murung. Ketika ini terjadi, remaja akan mengalami gangguan mood yang serius hingga melemahkan dan mengubah pola pikir dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan ini akhirnya menyebabkan masalah di rumah, sekolah, dan dalam kehidupan sosial kamu. Saat mengalami depresi, kamu mungkin merasa putus asa dan ‘terisolasi’ seolah tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa mengerti.
Foto: IstimewaPerasaan depresi seringkali dipicu oleh meningkatnya tekanan akademis, tantangan dan persaingan sosial, serta perubahan hormon yang terjadi pada remaja. Perlu kamu tahu bahwa kamu tidak sendiri dan depresi bukanlah pertanda kelemahan atau cacat karakter.
Meski rasanya ‘badai sangat lamban berlalu’, tapi lihatlah di luar sana. Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu dirimu mengatasi gejala depresi, serta mendapatkan keseimbangan hidup untuk merasa lebih positif, energik, dan penuh harapan lagi.
Kenali Tanda dan Gejalanya
Foto: IstimewaSulit mengungkapkan dengan tepat bagaimana perasaan depresi yang terjadi pada remaja. Karena setiap orang tidak mengalami gejala depresi yang sama. Bagi sebagian remaja, depresi ditandai oleh perasaan hati yang suram, sedih, dan putus asa. Namun bagi yang lainnya, justru ditandai dengan kemarahan, kehampaan dan rasa gelisah yang luar biasa dan terjadi terus-menerus.
Bila dilihat secara umum (dari kasus yang paling banyak terjadi), depresi dapat terdeteksi melalui gejala-gejala seperti mudah tersinggung, sedih, marah, dan merasa tidak ada lagi yang menyenangkan. Depresi juga bisa membuat kamu merasa tidak berharga, selalu salah dalam segala hal, sering sakit kepala tanpa sebab, sering menangis dan lebih sensitif.
Jika hal-hal di atas sering kamu alami, segeralah berkonsultasi dengan seorang psikiatris atau pakar kejiwaan. Jika malu mengungkapkan pada orang asing, keluarga adalah tempat yang tepat untuk mengadu dan menceritakan semua permasalahan. Tidak ada yang bisa peduli dan memahami dirimu kecuali keluargamu sendiri.
Kenapa Saya Depresi?
Foto: IstimewaTerlepas dari masalah berat yang kamu hadapi, depresi juga dapat disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial. Karena umumnya, anak remaja cenderung mengalami ketidakpastian, dan kebimbangan. Bentuk tekanan seperti inilah yang berkontribusi terhadap gejala depresi yang menyerangmu.
Tekanan bisa timbul karena perubahan hormon, permasalahan di rumah ataupun sekolah. Remaja yang rentan menderita depresi biasanya pernah mengalami trauma di usia dini, seperti kehilangan orangtua, pelecehan fisik atau emosional.
Atasi Depresi dari Diri Sendiri
Remaja yang mengalami depresi kerap kali tidak ingin membawa masalah mereka ke terapis seperti psikiater atau psikolog. Mereka merasa lebih nyaman untuk mengatasinya sendiri daripada mencurahkan pikiran kepada orang asing. Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menyembuhkan depresi dari dalam diri sendiri.
Jangan Menyendiri Apalagi Mengasingkan Diri
Remaja yang depresi cenderung sering menyendiri dan jadi anti sosial. Hal ini yang harus kamu hindari. Ketika tanda depresi muncul, kamu wajib menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga, orang-orang terdekat dan teman-teman yang mendukung dan bisa memotivasimu untuk bangkit dari depresi.
Jangan Negative Thinking
Berpikir secara positif menjadi hal penting kedua yang harus dilakukan untuk menyembuhkan depresi. Cobalah berpikir logis untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang belum tentu terjadi.
Perbaiki Menu makanan
Faktanya, ada hubungan kuat antara makanan berkadar gula tinggi dengan efek depresi. Jadi, kamu harus hindari makanan tinggi gula yang membuat depresimu makin parah. Jangan berharap ada makanan ‘ajaib’ untuk memperbaiki depresi.
Kamu hanya perlu mengonsumsi makanan yang bikin kamu happy. Atau kamu bisa coba konsumsi suplemen yang mengandung asam lemak Omega 3 seperti ikan salmon, juga asam folat yang terkandung dalam bayam dan alpukat untuk meredakan 'serangan' depresi.
Foto: IstimewaTidur Cukup
Tidur malam yang cukup dapat menyembuhkan banyak penyakit, sekaligus membantumu mengatasi depresi. Orang yang terkena depresi seringkali mengalami insomnia dan susah tidur. Cobalah untuk tidur dan bangun lebih awal setiap hari. Singkirkan semua alat yang membuat kamu terganggu seperti ponsel, televisi, komputer dan lainnya dari kamar tidur.
Tetap Aktif Beraktivitas
Olahraga adalah ‘obat mujarab’ bagi penderita depresi. Karena aktivitas fisik akan membantu mengurangi dan meredakan gejala depresi, selain mencegah penyakit kronis. Cobalah untuk tetap aktif mengikuti kelas atau program olahraga tertentu yang kamu sukai.
Santai dan Rileks Tanpa Melakukan Apapun
Stop dulu melakukan rutinitas, jika perlu ambil cuti dari kantor untuk mengambil waktu me time. Berjalan-jalanlah ke taman, dan hirup udara segar sesering mungkin, dengarkan suara alam sambil berolahraga, berjalan santai, yoga atau jogging ringan. Kamu perlu quality time untuk dirimu sendiri dengan melakukan hal-hal yang membuat pikiran dan tubuh rileks agar depresi dapat teratasi dari dalam dirimu sendiri.
Cari Hobi dan Kesenangan
Meski lagi depresi, kamu harus mencoba untuk mendapatkan hobi dan kesenanganmu kembali. Rencanakan hal-hal yang dulu menjadi kesenanganmu. Misalnya, seperti nonton bioskop, ngopi di cafe, kulineran bareng teman-teman dan lain sebagainya.