Beberapa waktu lalu, Taliban mengeluarkan larangan bagi perempuan di Afghanistan untuk menempuh pendidikan di bangku universitas. Peraturan tersebut langsung menuai kritik tajam dari dunia, tak terkecuali para warga Afghanistan. Tak sedikit perempuan Afghanistan yang melakukan unjuk rasa terhadap pemerintahan Taliban terkait larangan itu.
Sebagai bentuk protes terhadap larangan berkuliah bagi perempuan Afghanistan, seorang dosen bernama Ismail Mashal merobek sertifikat sarjananya dalam siaran langsung televisi pada Desember 2022 lalu. Atas aksinya, otoritas Taliban menahan dosen jurnalisme itu.
"Mulai hari ini saya tidak membutuhkan ijazah ini lagi karena negara ini bukan tempat untuk mengenyam pendidikan. Jika kakak dan ibu saya tidak bisa kuliah, maka saya tidak terima pendidikan ini," kata Ismail Mashal dalam video yang viral di media sosial bulan lalu, dilansir dari Al Jazeera.
Ajudan Mashal, Farid Ahmad Fazli, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa akademisi itu "dipukuli tanpa ampun" dan dibawa pergi dengan cara yang sangat tidak sopan oleh pemerintah Taliban. Penghancuran sertifikat gelar Mashal menyebabkan guncangan, membuat protes oleh para perempuan terhadap larangan Taliban semakin berkobar.
Seorang pejabat Taliban telah mengonfirmasi penahanan Mashal.
"Mashal telah melakukan tindakan provokatif terhadap sistem selama beberapa waktu," cuit Abdul Haq Hammad, direktur Kementerian Informasi dan Kebudayaan. "Badan keamanan membawanya untuk penyelidikan."