Empat Alasan Psikologis Seputar Philophobia, Saat Seseorang Takut Jatuh Cinta

Patricia Astrid Nadia | Beautynesia
Selasa, 16 May 2023 08:30 WIB
Takut Jatuh Cinta. Foto freepik.com: gpoint studio

Kebanyakan orang bermimpi untuk segera bertemu dengan cinta sejatinya dan dapat hidup bahagia bersama. Cinta dinilai sebagai salah satu kebutuhan dalam hidup seseorang.

Namun, nyatanya ada juga orang yang justru takut jatuh cinta. Bahkan mereka merasa terjebak saat harus berada dalam relasi percintaan. Pastinya ada sejumlah alasan kenapa ada beberapa orang yang takut mencintai dan cintai.

Psikologi menyebutnya dengan istilah philophobia. Berikut beberapa penelitian psikologi yang mengungkapkan alasan orang takut jatuh cinta, dikutip dari situs Psych2go.

1. Cemas Akan Disakiti Lagi


Cemas Akan Disakiti Lagi. foto freepik.com: gpointstudio

Punya pengalaman nggak menyenangkan di masa lalu dalam hubungan percintaan tentu dapat menghambat seseorang dalam memulai relasi baru. Mungkin kamu masih sakit hati dan menyimpan patah hati yang mendalam karena cintamu pernah ditolak.

Atau saat kamu pernah tulus mencintai seseorang, justru kamu diabaikan. Kamu menjadi merasa nggak berdaya dan cemas setiap kali akan memulai relasi percintaan yang baru dan cenderung menghindari hubungan yang terlalu dekat. Tak heran kamu jadi menganggap kalau setiap hubungan baru yang akan kamu mulai nanti, akan berakhir pada rasa kecewa.

2. Takut Berkeluarga


Takut Berkeluarga. Foto freepik.com: freepik

Biasanya, orang yang punya philophobia akan memiliki kekhawatiran untuk hidup berkeluarga. Tentu ada sejumlah tanggung jawab yang perlu dijalani ketika seseorang ingin hidup berkeluarga. Pemilik philophobia berpikir saat tanggung jawab dan tindakan yang dilakukan di dalam keluarga berbeda dari keinginan pasangan, bisa jadi nanti pasangan membencinya.

Atas dasar itu, pemilik philophobia enggan memutuskan untuk menikah dan biasanya jika mereka sedang berpacaran, akan memutuskan hubungan di tengah jalan.

Orang dengan philophobia cemas kalau kehidupan keluarganya nanti nggak harmonis, punya kecemasan gagal dalam menjalankan tanggung jawab berumah tangga dan berpikir kalau hubungan mereka akan berakhir jadi broken family.

(raf/raf)