Lapisan Kabut Asap Sangat Tebal
Masyarakat Muaro Jambi telah dikepung kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan sejak 3 bulan terakhir. Kondisi ini terus memburuk hingga menyebabkan terjadinya fenomena langit merah yang kemudian viral di media sosial.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan banyaknya titik panas disertai asap sangat tebal yang menyelimuti daerah tersebut.
"Hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 21 September di sekitar Muaro Jambi, menunjukkan terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal. Asap dari kebakaran hutan dan lahan ini berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran." jelas BMKG.
Tingginya Konsentrasi Debu Partikulat Polutan di Udara
Tebalnya kabut asap yang pekat hingga sulit tertembus sinar matahari didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan yang berukuran sangat kecil. Menurut hasil pengukuran tim BMKG yang dilakukan di Jambi pada Minggu (22/9/2019) lalu, konsentrasi debu berukuran <10 mikron ini terpantau mencapai 373.9 ug/m3 atau masuk dalam kategori "TIDAK SEHAT".
| Baca Juga : Yuk, Mengenal Karakter Aktor-Aktor Tampan di Drama ‘Extraordinary You’ |
Fenomena Mie Scattering
Melalui media sosial Instagram, BMKG juga mengungkapkan bahwa fenomena perubahan warna langit yang menjadi merah di Jambi secara ilmiah disebut Mie Scattering.
"Mengapa Langit Memerah? Jika ditinjau dari teori fisika atmosfer pada panjang gelombang sinar tampak, langit berwarna merah ini disebabkan adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yg berukuran kecil (aerosol), dikenal dgn istilah hamburan mie (Mie Scattering). Mie Scattering terjadi jika diameter polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang tampak (visible) matahari." tulis BMKG.
Sebaran Lebih Luas Dibanding Wilayah Lain
Selanjutnya, BMKG juga menjelaskan bahwa konsentrasi debu partikulat polutan di wilayah Muaro Jambi lebih tinggi dan sebarannya lebih luas sehingga mampu menyebabkan langit menjadi berwarna merah.
"Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer. Dari data BMKG kita mengetahui bahwa konsentrasi debu partikulat polutan berukuran <10 mikrometer sangat tinggi di sekitar Jambi, Palembang, dan Pekanbaru. Tetapi langit yang berubah merah terjadi di Muaro Jambi. Ini berarti debu polutan di daerah tersebut DOMINAN berukuran sekitar 0,7 mikrometer atau lebih dengan konsentrasi sangat tinggi. Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga LUAS untuk dapat membuat langit berwarna merah." tambah BMKG dalam postingannya.
Pernah Terjadi di Palangkaraya
Fenomena langit merah akibat kebakaran hutan parah rupanya bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya pada 2015, Palangkaraya juga pernah beberapa kali mengalami fenomena langit berwarna orange. Fenomena tersebut diakibatkan oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan (aerosol) yang saat itu dominan lebih kecil atau lebih halus (fine particle) dari pada fenomena langit merah di Muaro Jambi.