Setiap 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, pahlawan wanita yang berjuang melakukan emansipasi perempuan. Namun, perayaan Hari Kartini pada tahun ini tak semarak pada tahun-tahun sebelumnya lantaran pandemi virus corona atau COVID-19.
Perjuangan dan kehebatan Raden Ajeng Kartina telah menginspirasi banyak pihak, termasuk dunia perfilman Indonesia. Saat ini, cukup banyak film Indonesia yang terinspirasi dari perjuangan Kartini, lalu mengangkat kisah perjuangan dan kehebatan perempuan Indonesia lainnya. Berikut ini enam film Indonesia yang menceritakan perjuangan perempuan.
Perempuan Berkalung Sorban
Film Perempuan Berkalung Sorban membahas mengenai kisah kehidupan seorang perempuan muslim bernama Anissa yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan serta tradisi Islam konservatif. Ia hidup dalam keluarga kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil di Jawa Timur. Di pesantren itu, ia diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki.
Karena itu, Anissa beranggapan ajaran Islam hanya membela hak laki-laki serta menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan kerap mendapat ketidakadilan. Ia kerap memprotes hal itu. Film yang rilis pada 2009 ini sempat mendapat kecaman dari sekelompok golongan masyarakat. Meski demikian, tak menghentikan film besutan Hanung Bramantyo itu untuk memperoleh sejumlah penghargaan.
Kartini
Pada 2017, sutradara kenamaan Indonesia, Hanung Bramantyo, mengangkat kembali kisah perjuangan Kartini ke layar lebar berjudul Kartini. Film biografi ini menceritakan perjuangan Kartini melawan patriarki dalam budaya Indonesia, memperjuangkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, serta mengangkat derajat perempuan.
Kartini juga berjuang melalui pendidikan. Ia mengajari anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan literasi. Film Kartini dibintangi Dian Sastrowardoyo sebagai Kartini dan sejumlah aktris dan aktor ternama Indonesia, seperti Ayushita, Acha Septriasa, Ayushita, Reza Rahadian, juga Denny Sumargo.
3 Srikandi
Film 3 Srikandi merupakan film biografi yang mengangkat tentang prestasi gemilang tiga atlet panahan perempuan asal Indonesia, yakni Nurfitriyana S. Lantang, Lilies Handayani, juga Kusuma Wardhani. Ketiganya berhasil meraih medali pertama untuk Indonesia dalam ajang olahraga dunia, Olimpiade Seoul 1988.
Ketiga srikadi itu berhasil mengalahkan tim panahan Amerika Serikat dan melahirkan legenda sembilan anak panah. Ketiga prestasi gemilang atlet itu diangkat lewat film 3 Srikandi yang disutradarai Iman Brotoseno. Film yang dirilis pada 2016 ini dibintangi tiga pemeran utama perempuan, yaitu Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, serta Tara Basro.
Athirah
Athirah merupakan film biografi yang mengisahkan perjalanan hidup Athirah Kalla, ibunda dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Meski bukan seorang pahlawan, Athirah merupakan sosok perempuan sekaligus ibu yang hebat. Film yang dirilis pada 2016 itu menceritakan mengenai intrik kehidupan Athirah yang muncul saat sang suami menikahi perempuan lain.
Ia harus menghadapi kenyataan hidup pahit. Athirah bergulat melawan perasaannya demi menjaga harga dirinya sekaligus mempertahankan keutuhan keluarganya. Selain itu, film ini juga menyoroti kegundahan hati Jusuf Kalla sebagai seorang anak yang galau harus memihak kepada siapa. Sang ibu yang amat ia cintai atau sang ayah yang ia kagumi.
Sokola Rimba
Film Sokola Rimba rilis dibioskop pada 2013. Film yang disutradarai Riri Riza itu mengangkat kisah nyata perjuangan aktivis Saur Marlina Manurung atau dikenal Butet Manurung saat menjadi guru bagi anak-anak dari masyarakat Suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, di wilayah Jambi. Butet mengajarkan baca, tulis, serta berhitung.
Tak hanya itu, ia juga menyelenggarakan pendidikan bagi Orang Rimba demi mencerdaskan serta memberdayakan diri agar tak mudah dibodohi. Tentu saja perjuangan Butet ini tak mudah. Sebab, bagi Orang Rimba, pendidikan merupakan hal tabu dan melanggar adat istiadat, bahkan bisa membawa malapetaka. Perjuangan Butet sebagai aktivis perempuan untuk mencerdaskan anak-anak Suku Anak Dalam itu mengundang decak kagum dan rasa haru.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Meski sedikit berbeda dari kelima film sebelumnya, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak punya benang merah yang sama, yakni perjuangan seorang perempuan. Film yang rilis akhir 2017 ini menceritakan perjuangan perempuan independen atau seorang janda yang berbeda dalam empat babak. Ia diserang segerombol perampok keji dan mendapat pelecehan seksual.
Tak terima, Marlina melakukan perlawanan. Ia menebas kepala sang perampok dan pemerkosa hingga terputus. Demi mencari keadilan, ia berjalan ke kantor polisi sambil menenteng kotak berisi kepala tersebut. Sayangnya, polisi tidak menanggapi kasus yang dialami Marlina. Ia malah mengatakan seharusnya Marlina menikmati pemerkosaan itu. Pernyataan yang jelas sangat menyesatkan dan tak memihak perempuan sebagai korban. Film ini berhasil memenangi sejumlah penghargaan bergensi.
Baca Juga: Sukseskan Perjuangan Kartini Masa Kini, Ini 4 Hal yang Harus Ada Pada Dirimu