Heboh Kriss Hatta Pacari Gadis 14 Tahun, Aktivis Soroti soal Child Grooming hingga Dikecam KPAI

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Kamis, 29 Sep 2022 12:00 WIB
Kriss Hatta/Foto: Palevi S/detikFoto

Kecaman demi kecaman dilayangkan warganet usai pengakuan Kriss Hatta soal memacari gadis usia 14 tahun. Tak hanya warganet, aktivis hingga KPAI turut memberikan komentarnya terkait hubungan yang dijalin selebriti 34 tahun itu dengan gadis berusia 20 tahun lebih muda darinya. Pasalnya, hubungan asmara yang dijalin antara orang dewasa dengan remaja rawan dijadikan modus child grooming dan normalisasi pernikahan anak.

Aktivis perempuan Indonesia Kalis Mardiasih turut memberikan komentarnya pada kasus Kriss Hatta, khususnya kepada pihak-pihak media yang mempublikasikan fenomena ini tanpa didasari kajian mendalam. Dengan banyaknya media di Indonesia yang meromantisasi perbedaan usia Kris Hatta dan kekasihnya, Kalis melalui akun Instagram pribadinya menyerukan agar media berhenti meromantisasi berita tentang child grooming.

“Kepada media: Stop romantisasi berita child grooming,” tulisnya di atas tangkapan layar cuplikan berita tentang Kris Hatta dan pacarnya yang masih berusia remaja.

Apa Itu Child Grooming?

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/ahmadcomputer88

Dilansir dari laman detikHealth, psikolog forensik Reza Indragiri menjelaskan bahwa child grooming adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam membangun hubungan kepercayaan dan ikatan emosional dengan anak atau remaja sehingga mereka bisa memanipulasi atau mengeksploitasi mereka. Sejak International Convention for the Suppression of the Traffic in Women and Children pada tahun 1921, child grooming dikategorikan sebagai salah satu bentuk kekerasan seksual anak yang paling ingin diberantas.

Child grooming dipandang sangat meresahkan karena sering kali menjadi modus awal pelecehan seksual kepada anak. Sebab 90 persen pelaku korban kekerasan terhadap anak berasal dari orang yang dikenal dan dipercaya oleh anak-anak.

Dilansir dari laman BBtrial, ada 5 tahapan child grooming. Pertama, mentargetkan calon korban usia anak-anak. Pelaku atau predator akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kelemahan anak atau situasi emosional di mana korban merasa rapuh. Grooming dimulai ketika orang dewasa bersangkutan menawarkan hak-hak khusus pada anak atau hadiah-hadiah khusus.

Kedua, berupaya mendapatkan kepercayaan anak. Predator biasanya mendekati keluarga korban agar korban lebih percaya sepenuhnya padanya. Kedekatan emosional antara pelaku dan keluarga korban membuat pelaku lebih mudah memanipulasi korban dan leluasa untuk menembus batasan-batasan pribadi korban.

Ilustrasi/Foto: Pexels/Anete Lusina/ Foto: Dewi Maharani Astutik

Ketiga, mengisolasi anak. Predator mulai merencanakan dan mengkondisikan situasi privat antara pelaku dan korban seperti pergi berlibur berdua saja. Dalam situasi ini, predator menanamkan keyakinan pada korban bahwa hanya korban yang mengerti situasinya dibanding siapapun sehingga korban dilarang berbagi masalah pribadinya selain kepada pelaku.

Keempat, yaitu tahap seksualisasi hubungan. Predator yang usianya jauh lebih dewasa dibanding korban yang masih anak-anak mulai memperkenalkan konsep-konsep aktivitas seksual kepada korban lewat berbagai medium. Di tahap ini, pelaku memanfaatkan rasa ingin tahu korban sambil terus mengontrol relasi romantik dengan korban.

Kelima, mengelola kontrol dan kuasa atas korban. Predator terus memastikan situasi romantik antara ia dan korban tetap terjaga. Cara predator memastikan adalah dengan terus melarang korban bercerita tentang hubungan mereka yang sebenarnya kepada siapapun. Predator memanipulasi korban agar merasa seolah hanya pelaku yang bisa memberi rasa aman kepada korban.

(naq/naq)