Ingin Anak Mendengarkan Orangtua dalam Waktu Kurang dari 5 Detik? Coba Terapkan 5 Strategi Ini
Anak mendengarkan orangtua adalah dambaan semua keluarga. Kamu pasti ingin anak cepat tanggap tanpa harus teriak. Tapi kenyataannya sering jauh berbeda.
Banyak orangtua merasa seperti "kaset rusak". Harus mengulang permintaan berkali-kali sebelum anak bergerak. Akhirnya kamu pun frustasi dan emosi tidak terkendali. Situasi ini bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat.
Kabar baiknya, ada cara efektif agar anak lebih cepat merespons. Dr. Sue Varma, psikiater berpengalaman lebih dari 20 tahun, membagikan teknik jitu. Ia mengajarkan pola komunikasi yang membuat anak mendengarkan tanpa drama. Yuk, simak 5 strategi praktis ini dilansir dari CNBC. Kamu bisa langsung coba di rumah, Beauties.
Gunakan Teknik XYZ
Anak mendengarkan orang tua/Foto: Freepik
Teknik XYZ kelihatannya sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Formula ini membuat ucapanmu jelas tanpa bikin anak defensif. Polanya adalah: “Dalam situasi X, ketika kamu lakukan Y, aku merasa Z.” Dengan struktur ini, anak tahu apa yang keliru dan bagaimana dampaknya.
Misalnya, kamu bisa bilang: “Saat Mama minta tolong bereskan meja, tapi kamu malah ke kamar, Mama merasa tidak dihargai.” Kalimat ini menargetkan perilaku, bukan menyerang pribadi. Anak pun lebih mudah memahami maksudmu.
Kalau kamu terbiasa berkata, “Kamu selalu malas!” anak akan langsung menutup diri. Dengan teknik XYZ, kamu memberi gambaran spesifik tanpa kata absolut. Hasilnya, mereka sadar tanpa merasa dipermalukan.
Teknik ini juga menjaga emosimu tetap stabil. Kamu tak perlu berteriak karena sudah punya pola komunikasi efektif. Jika digunakan konsisten, anak akan lebih cepat menanggapi permintaan dalam hitungan detik.
Terapkan Sandwich Technique
Terapkan Sandwich Technique/Foto: Freepik
Sandwich technique adalah trik komunikasi yang terbukti efektif. Caranya sederhana, yaitu awali dengan pujian, sisipkan kritik lembut, lalu tutup dengan dorongan positif.
Misalnya: “Mama lihat kamu sudah rajin belajar. Tapi coba lebih rapi lagi, ya. Mama bangga sekali dengan usahamu.” Dengan pola ini, anak merasa dihargai sebelum menerima masukan.
Pujian di awal membuat hati anak terbuka. Kritik di tengah jadi lebih mudah diterima. Sementara, dorongan positif di akhir memberi energi agar mereka mau berubah. Kombinasi ini membuat pesanmu lebih efektif.
Anak yang sering dikritik keras biasanya defensif. Tapi dengan sandwich technique, mereka tidak merasa gagal, justru mereka merasa didukung. Hasilnya, anak lebih cepat mendengarkan dengan tenang.
Metode ini juga memperkuat ikatan emosional. Anak tahu bahwa cintamu tidak berubah meski ada kekurangan. Menurut ilmu pengasuhan anak, hubungan aman membuat anak lebih kooperatif.
Gunakan Humor dan Bahasa Mereka
Gunakan Humor dan Bahasa Mereka/Foto: Freepik
Kadang, cara serius justru tidak efektif. Anak lebih cepat merespons jika kamu gunakan humor. Bahkan bahasa gaul mereka bisa jadi kunci.
Contohnya, saat anak ribut sebelum berangkat olahraga, kamu bisa bercanda: “Vibe-nya nggak vibing nih. Aku balik kalau sudah beres.” Anak mungkin menertawakanmu atau bilang cringe. Tapi akhirnya mereka bergerak.
Humor mencairkan suasana tegang, sementara bahasa mereka membuatmu terasa dekat. Anak pun merasa dipahami, bukan sekadar diperintah. Bahkan satu candaan bisa lebih efektif daripada teriakan lima kali.
Jangan takut salah gaya karena anak justru menghargai usahamu. Ini menunjukkan kamu mau masuk ke dunia mereka. Koneksi emosional seperti ini membuat mereka lebih cepat mendengarkan.
Selain itu, humor mengajarkan cara menghadapi masalah dengan ringan. Anak belajar kalau komunikasi bisa menyenangkan. Perintahmu terdengar sebagai ajakan, bukan beban.
Libatkan Anak Jadi Pengambil Keputusan
Anak Mengambil Keputusan/Foto: Freepik
Anak lebih patuh jika mereka merasa punya suara. Jadi, libatkan mereka dalam pembuatan aturan. Bisa soal jam tidur, jadwal belajar, atau giliran mencuci piring.
Misalnya, biarkan anak membuat tabel tugas rumah. Atau izinkan mereka mengusulkan waktu bermain. Dengan begitu, aturan terasa disepakati, bukan dipaksakan.
Ketika diberi ruang memilih, anak merasa dihargai. Rasa memiliki ini membuat mereka lebih bertanggung jawab. Mereka jadi lebih patuh tanpa perlu diingatkan berkali-kali.
Contoh menarik datang dari anak Dr. Sue Varma. Ia pernah membuat grafik lucu. Katanya, Taco Tuesday menghasilkan 40 persen lebih banyak piring kotor. Jadi, ia hanya mau mencuci piring hari Rabu, bukan hari Selasa. Kreatif, tapi tetap menunjukkan tanggung jawab.
Metode ini mengajarkan anak tentang konsekuensi. Mereka belajar bahwa setiap keputusan membawa kewajiban. Saat dilibatkan, mereka mendengarkan lebih cepat karena merasa menjadi bagian.
Beauties, menjadi orang tua memang penuh tantangan. Kadang butuh kesabaran ekstra agar anak mau mendengarkan. Tapi dengan teknik sederhana ini, komunikasi bisa jadi lebih lancar.
Ingat, anak mendengarkan orang tua bukan karena takut. Mereka mendengar karena merasa dihargai. Terapkan cara ini konsisten dan kamu akan melihat perubahan nyata. Hubungan keluarga pun akan jadi lebih hangat dan harmonis!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!