Isu-Isu Sosial di Korea Selatan yang Kerap 'Disinggung' di Drakor

Della Oktivia Armitha | Beautynesia
Rabu, 06 Dec 2023 11:30 WIB
Isu-Isu Sosial di Korea Selatan yang Kerap 'Disinggung' di Drakor
Ilustrasi drama Korea/ Foto: soompi.com

Drama Korea yang juga akrab disebut drakor atau K-Drama, bukan hanya menjadi tontonan bagi masyarakat Korea Selatan. Serial televisi ini, menjelma menjadi tontonan global yang bisa disaksikan oleh siapa saja.

Tidak hanya menyajikan kisah romantis, drakor kerap membagikan perspektif hingga sarkasme tentang isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat Korea Selatan. Bahkan, judul-judul drakor populer berhasil membuat beberapa orang berani mengemukakan pendapatnya.

Isu-isu sosial yang disajikan sukses menyentil orang-orang tertentu. Sebagian drakor berhasil menyajikan gambaran realita yang terjadi di masyarakat. Dan sebagian lain, seakan menggambarkan kehidupan sempurna yang diidamkan masyarakat.

Isu tentang kesetaraan gender, penindasan hingga kesehatan mental, silih berganti memenuhi konflik yang disajikan dalam drakor. Nah, kira-kira bagaimana sih, isu-isu sensitif ini disajikan lewat layar televisi? Dan apa saja, ya, judul drakor yang sukses membawakan isu-isu sosial tersebut?

Berikut beautynesia sajikan informasi lengkapnya buat kamu, Beauties.

Kesetaraan Gender

Sosok ratu yang bijaksana dalam drakor/Foto: hancinema.net

Dikutip dari CNN.com, Korea Selatan berada di peringkat ke-99 dari 146 negara dalam daftar World Economic Forum’s 2022 Global Gender Gap Index. Hal ini menunjukkan bahwa, Korea Selatan masih memiliki kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.

Meskipun, peringkat tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan daftar peringkat sebelumnya, isu kesetaraan gender di Korea Selatan masih menjadi hal yang terus diperhatikan.

Disisi lain, hrw.org menyebutkan diskriminasi terhadap anak-anak dan perempuan masih meluas di Korea Selatan. Bahkan, penghapusan Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga menjadi perbincangan yang cukup menarik perhatian di negeri ginseng tersebut.

Masalah ini tidak bisa lepas dari pandangan yang berkembang luas di masyarakat Korea Selatan. Sistem patriarki belum sepenuhnya lepas dari masyarakat mereka. Karena itu, perempuan yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat masih sangat jarang ditemukan.

Ironisnya, kejahatan seks digital yang menyasar kaum hawa masih merajalela. Masalah ini membuat pemerintah terus berupaya mencari jalan keluarnya. Kini, tidak sedikit masyarakat Korea Selatan yang semakin terbuka dengan isu kesetaraan gender. Dari dunia hiburan misalnya, drakor-drakor yang mengangkat isu ini juga semakin banyak.

Berbagai judul drakor berlomba menciptakan karakter perempuan super power. Mereka digambarkan memiliki posisi yang dianggap hanya mampu diisi oleh laki-laki. Karakter utama perempuan semakin banyak digambarkan sebagai sosok yang cerdas, mandiri dan ambisius.

Drakor Extraordinary Attorney Woo (2022), Under the Queen’s Umbrella (2022), Little Women (2022), Start-Up (2020), Search: WWW (2019), menjadi beberapa judul drakor yang menggambarkan kekuatan seorang perempuan.

Kisah-kisah ini menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa, perempuan mampu menjadi pemimpin yang bijak, pekerja yang berdedikasi dan manusia yang memiliki hak untuk memperjuangkan hidup serta mimpinya.

Penindasan dan Kesehatan Mental

Gambaran penindasan dalam drakor/Foto: hancinema.net

The Glory sukses dengan pencapaian luar biasa. Drakor ini juga berhasil menyampaikan pesan tentang penindasan yang masih saja bergentayangan di masyarakat. Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan isu pembullyan dan kesehatan mental yang cukup tinggi.

Menurut Geumjoo Kwak, seorang professor psikologi dari Universitas Nasional Korea Selatan, yang dikutip dari theguardian.com, ia menyatakan bahwa kasus kekerasan di sekolah dan penindasan yang terjadi di Korea Selatan menunjukkan dinamika masyarakat kolektivis. Sehingga, perilaku seseorang terbentuk dari tekanan teman sebayanya.

Masalah ini disebabkan karena lingkungan yang kompetitif di masyarakat. Dari bangku sekolah, masyarakat Korea Selatan sudah dihadapi dengan tekanan-tekanan sosial. Mereka harus menempuh durasi 16 jam untuk belajar.

Tekanan inilah yang menciptakan lingkungan kompetitif dan hierarkis. Tidak heran, jika ada orang yang menganggap bahwa menindas seseorang hanyalah sebuah hiburan semata.

Masalah penindasan berujung pada masalah kesehatan mental. Sebuah penelitian mengungkapkan, lebih dari setengah mahasiswa yang pernah menjadi korban penindasan, sempat memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Dari japantime.co.jp, menyoroti kisah Pyo Ye Rim, seorang korban penindasan di bangku sekolah. Ia berbagi kisah tentang kesulitannya mencari bantuan dan lepas dari penindasan tersebut. Hingga akhirnya, ia memilih untuk bersembunyi.

Ia juga membagikan masalah mental yang dialaminya karena penindasan itu. Ia sampai mengalami insomnia dan depresi. Pyo Ye Rim hanyalah satu dari banyak korban penindasan yang harus berjuang melawan trauma dari kenangan buruk.

Isu inilah yang selalu menjadi konflik di banyak judul K-drama. Bukan hanya The Glory (2022), beberapa judul drakor lain seperti Who Are You: School 2015 (2015), True Beauty (2020), Revenge of Other (2022), Weak Hero Class 1(2022), berhasil menyajikan kisah tentang penindasan yang akan membuat emosi kamu meluap-luap.

Kehadiran drakor-drakor yang membawa isu sosial dalam alur ceritanya, ternyata tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat. Pesan-pesan yang tersirat berhasil mengubah perspektif masyarakat tentang isu-isu tersebut.

Ayo, Beauties, kira-kira drakor apa saja nih yang berhasil mengangkat isu kesetaraan gender, penindasan dan Kesehatan mental versi kamu?

---

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(sim/sim)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE