Jika kamu pernah menghabiskan waktu untuk mengikuti terapi, baik bersama pasangan ataupun sendirian, kamu tentu tahu bahwa sebaiknya kamu menghindari kata “harus”. Menggunakan kata ini, khususnya terhadap pasangan, akan memicu sikap defensif, kekecewaan, dan kebingungan.
Menggunakan kata “harus” dalam sebuah hubungan hanya akan membuatmu terlihat suka mengontrol dan menyalahkan. Dilansir dari Best Life, dalam situasi seperti di bawah ini kamu bisa mulai menemukan cara penyampaian lain selain menggunakan kata “harus”.
Saat Kamu Merasa Diabaikan
Kamu mungkin akan menuntut perhatian dari pasangan dengan kata “harus” ketika kamu merasa diabaikan oleh pasangan. Namun, meskipun pada akhirnya kamu mendapat perhatiannya, frasa ini bisa menimbulkan masalah baru.
Masalah baru timbul dalam hubungan karena kamu dan pasangan tidak membicarakan inti dari permasalahan yang memungkinkan pasangan untuk berubah. Cara teraman untuk mengomunikasikan hal seperti ini adalah dengan memvalidasi dengan spesifik bentuk perhatian yang kamu inginkan.
Kamu bisa mengatakan dengan to the point kalau yang kamu inginkan adalah mengobrol sambil menonton televisi setelah makan malam. Menyampaikannya dengan cara seperti ini cenderung bisa membuat perilaku pasangan akan terbentuk tanpa perlu diminta.
Saat Kamu Merasa Disalahpahami
Kata “harus” juga biasanya akan diucapkan ketika pasangan melakukan atau mengatakan sesuatu yang membuatmu kesal. Di saat seperti ini, biasanya kamu akan menuntut pasangan untuk lebih peka pada perasaanmu.
Perlu diketahui bahwa tuntutan untuk memahami perasaanmu akan merusak sebuah hubungan karena pasangan yang paling perseptif sekalipun tidak bisa mengetahui emosimu sebaik dirimu sendiri.
Alih-alih memaksanya untuk bisa membaca pikiranmu, cobalah untuk memaklumi pasangan. Jelaskan perasaanmu dalam bentuk kata-kata sehingga mereka bisa memahamimu dengan lebih baik.