Kata Para Ahli, Ternyata Ini Jarak Ideal untuk Tambah Anak Pertama dan Kedua
Beberapa dari Beauties pasti menginginkan anak lebih dari satu. Alasannya pun bervariasi. Sebut saja, agar penghuni rumah semakin ramai, banyak anak juga memberikan banyak rezeki, dan masih banyak lagi alasannya.
Namun, tidak perlu terburu-buru jika ingin punya anak lagi apabila sudah melahirkan anak pertama. Harus ada jarak antara kelahiran anak pertama dengan kehamilan berikutnya. Hal ini dilakukan agar mengurangi beberapa risiko kesehatan.
Dilansir CNN Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa jarak ideal dari kelahiran anak pertama dengan kehamilan berikutnya itu minimal 33 bulan. Angka ini sudah sesuai dengan rekomendari dari Organisasi Kesehatan Dunia atau yang dikenal dengan WHO.
WHO memang menyarankan untuk sang ibu menunggu setidaknya dua sampai tiga tahun agar meminimalisir risiko kematian ibu dan anak hingga meningkatkan kesehatan si ibu.
Selain itu, ada studi dari United States Agency for International Development (USAID) menyatakan idealnya untuk jarak usia antara kakak dan adik ialah tiga hingga lima tahun. Dengan jarak ini sudah menguntungkan keluarga dalam segi kesehatan hingga perencanaan ekonomi.
Studi tersebut juga menjelaskan bahwa autisme lebih banyak dialami anak nomor dua karena jarak usianya yang terlalu dekat dengan anak pertama. Stunting dan juga kekurangan gizi juga lebih rentan terjadi pada anak yang jarak kelahirannya hanya kurang dari dua tahun.
Pro Kontra Orang Tua Memiliki Anak-anak dengan Jarak Dekat
Pro Kontra Mengenai Jarak Mempunyai Anak Pertama dengan Kehamilan Berikutnya/Foto: pexels.com/PNW Production
Sejumlah orang tua lebih suka dengan memiliki anak-anak yang jaraknya berdekatan. Biasanya itu dilakukan agar tantangan kurang tidur maupun pelatihan makan, belajar, hingga menggunakan pispot bisa dilaksanakan dalam waktu yang sama.
Namun, ada juga yang menyukai untuk memiliki anak yang jaraknya lebih besar agar bisa menikmati fase perkembangan tiap anak.
Tidak hanya itu saja, menurut Healthline, ada beberapa faktor lainnya yang bisa mempengaruhi keputusan tersebut yakni keuangan keluarga, hubungan orang tua, hingga masalah kesuburan.
Untuk orang tua yang pro dengan jarak yang berdekatan tiap anaknya mempunyai alasan sebagai berikut.
- Peralatan bayi dan anak bisa saling berbagi dan dapat digunakan kembali
- Anak-anak tidak akan tahu dan mengingat kehidupan tanpa satu sama lain
- Pengasuhan dan kebutuhan anak serta sekolah lebih enak karena usianya berdekatan
Di sisi yang lain, ada orang tua yang lebih menyukai memiliki anak dengan jarak jauh karena beberapa alasan, antara lain:
- Memiliki waktu lebih untuk melihat perkembangan dan setiap tahapnya untuk tiap anak
- Anak yang lebih tua kemungkinan senang membantu adik kecilnya yang baru lahir
- Menghemat biaya dan tidak perlu membeli barang peralatan untuk bayi dan anak lagi
Berdasarkan Times of India, jika jarak persalinan dan kehamilan berikutnya terasa jauh bisa memungkinkan anak-anak tidak dekat satu sama lain. Bahkan anak yang lebih tua cenderung iri dan memendam kebencian karena dirinya merasa posisinya direbut oleh anak yang yang baru lahir.
Sebuah penelitian juga membuktikan jika jarak 59 bulan atau lebih di antara dua kehamilan juga bisa meningkatkan risiko persalinan prematur dan juga berat badan anak yang baru lahir cenderung lebih rendah.
Â
Risiko Kesehatan yang Terjadi
Risiko Kesehatan pada Kehamilan yang Jaraknya Berdekatan/Foto: pexels.com/Mart Production
Selain itu, ada juga risiko kesehatan yang harus dipertimbangkan. Dengan menunggu kurang dari 12 bulan dari persalinan hingga kehamilan berikutnya, dapat meningkatkan risiko penyakit, kematian, hingga kelahiran prematur.
Perlu diketahui juga, Kecia Gaither, MD selaku dokter spesialis kandungan dan direktur layanan perinatal di NYC Health + Hospitals/Lincoln menyatakan apabila persalinan sebelumnya dilakukan dengan operasi caesar, maka itu akan melemahkan dinding rahim.
Apalagi ditambah dengan jarak kehamilan yang pendek juga meningkatkan risiko komplikasi bekas luka yang ada. Contohnya, dehiscence (pecahnya rahim) yang terjadi ketika sayatan terbuka atau ruptur uteri hingga penyembuhan bekas luka yang tidak sempurna. Kemudian ada peningkatan risiko komplikasi plasenta yang turut terjadi akibat jarak kehamilan yang pendek.
Gaither menambahkan jarak kehamilan yang lebih pendek membuat orang tua memiliki waktu lebih singkat untuk bisa pulih dari stres kehamilan, yakni:
- Penipisan cadangan vitamin dan mineral
- Penambahan berat badan
- Tuntutan merawat bayi
- Emosional
Nah, kalau kamu bagaimana Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Â