Ketahui Perbedaan Tantrum dan Meltdown pada Anak, Jangan Sampai Keliru Membedakan!
Istilah tantrum mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Tantrum adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana seseorang meluapkan emosinya dengan cara menangis, berteriak, memukul, menyakiti diri, hingga hal-hal lain secara berlebihan.
Tantrum biasanya dikenal sering terjadi pada anak maupun orang dewasa dengan kondisi mental tertentu. Biasanya, yang terjadi pada mereka yang sedang tantrum adalah mereka kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya, adanya perasaan tidak nyaman, dan perasaan putus asa bahwa orang-orang sulit memahaminya sehingga muncul ledakan emosi dalam dirinya.
Senada dengan tantrum, ternyata ada kondisi psikologis yang kondisinya hampir mirip dengan tantrum yaitu meltdown. Istilah tantrum sudah lebih banyak digunakan oleh masyarakat sedangkan masih sedikit yang memahami tentang meltdown. Padahal, kondisi keduanya hampir bisa dikatakan mirip sehingga tidak jarang orang-orang keliru memberikan labelling di antara keduanya.
Lantas apa saja karakteristik antara tantrum dan meltdown serta perbedaannya? Simak juga tips yang bisa diterapkan saat berhadapan dengan anak-anak maupun orang dewasa yang sedang mengalami tantrum berikut ini.
Apa Itu Tantrum?
Tantrum adalah istilah yang sudah cukup populer di masyarakat. Seringkali kita menemukan label tantrum pada anak yang sedang menangis, berteriak, memukul, saat keinginannya tidak terwujud. Tantrum adalah luapan emosi marah yang terjadi saat keinginan tidak bisa terpenuhi. Biasanya tantrum paling sering ditemui pada anak yang masih kesulitan untuk mengelola emosinya.
![]() Ilustrasi Tantrum/foto: pexels.com/lucas-pezeta |
Tantrum memiliki tujuan yang biasanya ingin dicapai. Entah sekadar menginginkan sesuatu atau menghindari sesuatu. Itulah mengapa tantrum biasanya kerap kali disandingkan dengan perilaku manipulatif karena bertujuan menginginkan atau menghindari sesuatu. Perilaku ini biasanya akan berhenti saat keinginannya sudah didapatkan.
Alih-alih menuruti, anak yang sedang tantrum sebaiknya tidak selalu dituruti keinginannya. Baiknya sebagai orang tua atau orang-orang yang sedang berada di sekelilingnya memberikan ruang baginya untuk mengekspresikan perasaannya terlebih dahulu. Beri ruang dan waktu bagi anak untuk bisa meluapkan emosinya dengan baik dan sebisa mungkin jauhkan dari hal-hal atau perilaku yang bisa membahayakan dirinya. Peluk dan ajak bicara saat emosinya sudah bisa terluapkan dan kondisinya sudah lebih tenang.
Meltdown Berbeda dengan Tantrum
![]() Ilustrasi Meltdown/foto: pexels.com/anna-shvets |
Berbeda halnya dengan tantrum, meltdown biasanya tidak memiliki tujuan tertentu. Meltdown biasanya terjadi tanpa adanya keinginan spesifik yang harus diwujudkan. Masalah hipersensitivitas pada sensori adalah hal utama yang diduga menjadi penyebab anak atau seseorang mengalami meltdown. Suara yang terlalu keras, cahaya yang terlalu silau, ataupun indra perasa yang mengecap suatu rasa yang dianggap tidak bisa diterima juga bisa menjadi penyebab meltdown.
Perasaan sedih, menangis tanpa adanya sebab dan tujuan pasti yang ingin dicapai adalah penyebab utama meltdown. Jika tantrum bisa dicontohkan dengan perilaku anak yang menangis karena menginginkan mainan, maka meltdown bisa dicontohkan sebagai perilaku saat anak menangis karena tempat ramai, atau tidak ingin disentuh orang lain.
Meltdown juga bisa terjadi saat tantrum yang tidak bisa diatasi dan menjadi berlarut-larut. Karena dipengaruhi oleh masalah sensori, maka meltdown paling banyak ditemui pada anak yang mengalami kondisi hipersensitivitas seperti autisme.
Hal yang Bisa Dilakukan dalam Hadapi Tantrum dan Meltdown
Saat kamu berhadapan dengan anak atau seseorang yang sedang mengalami tantrum atau meltdown, langkah utama yang bisa diambil yaitu jauhkan dia dari keramaian. Beri dia ruang yang nyaman, cukup luas, dan tentunya aman. Biarkan dia mengekspresikan terlebih dahulu perasaannya.
Tunggu dengan sabar dan bila perlu kamu bisa memeluknya agar kondisinya bisa lebih tenang. Baru setelah tenang, dengarkan baik-baik apa yang dirasakan dan validasi emosinya. Bila kondisinya dirasa sudah siap untuk mendengarkan dan menerima saran, berilah dia pemahaman mengenai situasi yang terjadi.
![]() Mengatasi Anak yang Tantrum/foto: pexels.com/keira-burton |
Untuk mengetahui lebih lanjut kondisi seseorang ataupun anak yang mengalami tantrum atau meltdown yaitu dengan mendatangi profesional. Masalah emosi yang tidak terluapkan dengan baik bisa menjadi pertanda apakah seseorang memiliki masalah dengan regulasi emosinya atau memang menjadi tanda permasalahan psikologis lain yang lebih serius.
Dengan mendatangi profesional, selain bisa mengetahui kondisi dan penyebabnya, orang tua dan orang-orang sekeliling juga bisa lebih memahami langkah tepat apa yang bisa diambil saat seseorang sedang mengalami tantrum atau meltdown.
Tidak semua orang bisa mengutarakan keinginannya dengan tepat. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa dengan kondisi tertentu juga seringkali kesulitan untuk meregulasi emosinya. Jadilah support system yang baik dan berilah ruang aman bagi seseorang untuk bisa mengekspresikan emosinya dengan tepat.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!


